Kolom Sehat: Tales of Unfortunate Events

Setelah membahas soal lecet di podcast Mainsepeda, menurut saya ada tiga hal yang tidak saya duga dari sebuah perjalanan bersepeda jarak jauh.

Kasusnya ya di East Java Journey (EJJ) 2024 kemarin.

Awalnya masalah kekuatan saya kira yang terutama, ternyata tidak. Masalah terutama bukan masalah kekuatan -karena waktu (cut off time) yang diberikan masih cukup panjang. Jika mungkin dirata-rata, average speed kita hanya perlu di bawah 10 km/jam saja. Sepertinya mudah, tapi ada tiga hal ini di bawah ini yang membuat sepedaan jarak jauh menjadi jadi berat.

Apa saja tiga hal itu?

1. Sanitasi

Saya bukan orang OCD (obsessive compulsive disorder) yang kadang terlalu alay dalam hal higienis. 

Saya bukam seperti seorang teman saya yang kalau cuci tangan dalam sejam bisa sampai 12 kali. Terutama bila kondisi psikologisnya stress.

Ada juga yang harus mengatur barang di sekitarnya baru bisa makan atau beraktifitas. Saya tidak se-ekstrem ini. Saya masih STD alias standard saja. 

Ketika segitu lama berada di jalan terkena air hujan, debu, asap kendaraan bermotor, keringat, dan partikel-partikel lain, maka tubuh ini rasanya gerah. Capek. Dan, gerahnya itu sebelas duabelas hingga akhirnya menang gerahnya, Wkwkwkwk.

Rasa gatel tidak muncul di satu titik, tapi mungkin nyaris di sekujur badan. Ya memang saya sempat mandi, tapi tak lama setelah mandi kan juga kotor lagi. Jadi ya gatal lagi, Wkwkwkwk.

2. Turunan 

Jelas kalau menanjak saya tidak piawai. Bisa dibilang ini satu-satunya kelemahan saya (sorry sedikit belagu). Tapi kalau turunan di depan mata pasti kebanyakan orang merasa beruntung dan happy, termasuk saya. 

Tapi bicara soal turunan tidak seperti itu waktu event EJJ 2024 kemarin. Saat itu saya mendapatkan turunan yang curam. Medan yang asing -dan sedikit curahan hujan yang awet- membuat turunan di daerah Watu Pecah seperti jalur ice skating. Licin. Mleseti.

Saya terpaksa harus copot sepatu untuk turun, dan tentunya ini memakan waktu yang lamaaaaa. Untung waktu itu ada spectators atau biasa disebut suporter yang baik hati. Mereka membawakan asupan bagi kami yang lewat. Terima kasih banget untuk kebaikan kalian.

3. Unfortunate events

Kejadian yang tidak beruntung atau sial banyak saya rasakan di EJJ kemarin. 

Kejadian yang mungkin remeh-remeh, tapi membuat waktu bersepeda saya lamaaaaaaa. 

Pertama kejadian itu terjadi sehari sebelum event. Waktu itu saya tidak bisa tidur. Entah karena nervous atau karena kemalaman pulang dari acara technical meeting. Jadi saat start saja sudah ngantuk.

Lalu ada kejadian lagi Om Brow Tatang bannya sobek sebelum nanjak di Watu Pecah. Di sini selesainya lama. Setelah itu teman saya Okta jatuh di turunan. Waktu itu yang jatuh dua orang. Yang satunya lagi Kak Nila.

Di saat yang lain menolong Kak Nila, Om Okta masih terduduk di jalan untuk pemulihan karena tangannya yang kram. Sendirian.

Kejadian tidak mengenakan bukan itu saja. Setelah lewat di kegelapan kebun tebu, eh ketemu lagi dengan Si Nila yang bannya bocor. Menepilah kita untuk ngeban. Mulai dari membongkar ban, menyediakan ban dalam (karena Kak Nila membawa ban tapi salah ukuran), lalu memasang dan memompa ban dalam tersebut.

Setelah itu, saya dan rombongan melajutkan perjalanan. Istirahat. Setelah sukses sampai CP 1 dan paginya ketika mau berangkat ban bocor lagi. Arghhhh…oh nasibbbb, delay lagi.

Akhirnya keselian itu ditutup dengan headset jatuh yang terinjak sepeda motor. Klop 

Ketika saya finis, saya coba mereview kembali perjalanan tiga hari itu. Benar-benar tak percaya kalau tidak mengalami sendiri. Jadi untuk perjalanan jauh, siapkan diri Anda untuk mengatasi kejadian-kejadian yang tak terduga seperti di atas. Sekian.(Johnny Ray)


COMMENTS