Kolom Sehat: FOMO, Fear of Missing Out

Secara umum seorang individu pasti akan bersosialisasi. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Makhluk yang memerlukan orang lain untuk hidup. Teorinya begitu.

Bagi saya, secara sederhana bisa saya katakan: paling tidak manusia perlu seseorang untuk diajak bicara. Maka, dulu kalau ada orang yang tidak bisa diajak bicara, maka kawan-kawan sering bilang "ngomong sama tembok saja kamu". Saking jengkelnya ketika komunikasi tidak bisa dilakukan dua arah dengan baik.

Akhirnya manusia juga akan berkelompok. Entah kelompok itu sama-sama mempunyai tujuan yang sama, kedekatan geografis, pekerjaan yang sama, atau hobi/kesenangan yang sama.

Demikian para individu yang memiliki hobi sepeda. Maka cenderung akan membentuk kelompok agar bersepedanya tidak membosankan. Atau paling tidak ketika keluar pagi-pagi tidak sendirian. Ada temannya di jalan. Ketika sudah mulai sering bersama, biasanya rute-rute yang akan dilakukan bersama akan di bahas di sebuah grup chat. Dan menjadi didebatkan selama beberapa hari sebelum hari H.

Sebuah kelompok bisa membuat orang happy. Ajakan atau undangan untuk mengikuti sebuah ride, bisa diartikan sebuah kehormatan. Sebuah ride yang dilakukan bersama-sama selalu sarat dengan cerita. Serta sangat membuat kita bisa menjauh dari kebosanan.

Nah kalau di dunia sepeda, ada beberapa hal yang dinilai bergengsi. Yang membuat seseorang "dipandang". Yang membuat seseorang mendapat tempatnya.

Pada awal saya memulai bersepeda mengikuti rute-rute ke luar kota. Yang pada waktu itu hampir tidak masuk akal. Membuat saya yang kurang mumpuni, ketika sudah diajak untuk bersepeda saja saya sudah merasa senang.

Tetapi saya mempunyai ketakutan. Bagaimana bila kekuatan saya tidak mumpuni. Bagaimana bila sepeda saya kurang ringan. Atau pengetahuan saya soal sepeda belum cukup.

Pada awalnya ada rute yang teman-teman pada waktu itu tidak mengajak saya karena dinilai belum cukup umur. Umur latihan atau umur pengalaman. Tentu saja ini tidak enak buat saya. Sama seperti ketika Anda tidak diajak teman-teman yang biasanya. Atau seperti ketika Anda merasa tidak menjadi bagian dari kelompok itu karena alasan pribadi.

Yang jadi persoalan adalah ketika kita merasa menjadi bagian sebuah kelompok, tapi kelompok tersebut "lupa" akan kita. Nah gimana ini. Istilahnya zaman sekarang adalah FOMO. Alias Fear of Missing Out. Seperti judul di atas.

Takut ketinggalan, takut tidak bisa catch up, tidak diajak, atau tidak menjadi bagian dari sebuah kegiatan atau kelompok, dan akhirnya merasa tersisih. Memang berat sih kalau sudah begini. Ada yang berusaha dengan segala daya untuk bisa mengejar ketinggalan. Selama itu positif, sah-sah saja menurut saya.

Misal seorang pesepeda merasa kurang bisa jauh gowesnya, maka ia latihan biar bisa jauh gowesnya. Tapi menurut saya bila semua usaha sudah dilakukan dan masih belum bisa, ada dua cara yang membuat ketakutan ini hilang.

Pertama, meminta teman kita mengakomodasi kekurangan kita. Atau kita bisa ganti teman, wkwkwkwk. Kita cari lagi yang lebih sepaham yang sevisi dan se-kekuataan. Agar gowes dan sepedaan kita tetap happy.

Bila kita berada di posisi sebaliknya, hendaknya kita bisa memahami perasaan yang lain. Karena biar bagaimana pun ditinggal itu tidak enak. Yang nulis ini sering ditinggal. Jadi sudah tahu pasti bagaima rasanya.

Akhir kata berusahalah menikmati semua keadaan. Bila dunia media sosial membuat Anda merasa tertinggal, ya jangan terlalu sering melihat medsos. Ubah FOMO menjadi JOMO. Alias 'Joy of Missing Out'. Jadi walau 'tertinggal', tetap happy. Karena bahagia dimulai dari diri kita sendiri. Sekian.(johnny ray)

Podcast Mainsepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 117
https://www.youtube.com/watch?v=QqNZJ1h5lH4

Foto: Chaidar (@chaidar26)


COMMENTS