Kolom Sehat: Nite Ride Ramadan

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi umat Muslim. Untuk menyesuaikan dengan puasa, biasanya para cyclist harus mengganti jadwal bersepedanya selama Ramadan. Opsi bersepeda setelah berbuka tidak jarang ditempuh goweser agar tak absen sebulan penuh. Hanya saja, udara malam dan kondisi jalan yang gelap membuat beberapa orang enggan mengikuti alternatif ini.

Meski begitu, sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu, saya termasuk salah satu cyclist yang suka nite ride, alias gowes malam hari. Waktu itu saya masih naik sepeda lipat.

Kenapa senang? Pertama karena cuacanya tidak panas. Kedua, pasti banyak depot makanan yang buka pada malam hari. Makan pada malam hari itu begitu nikmat. Makan adalah modal tidur pulas buat saya. Wkwkwk.

Waktu itu, ketika Ramadan, gowesnya bisa bablas lewat tengah malam. Ke luar kota kah? Tidak. Hanya di dalam kota saja. Kita rally sepeda. Tapi tiap posnya adalah tempat makan yang berbeda. Wkwkwkwk.

Tentu saja depot atau warungnya kudu yang nikmat. Malah ada yang bukanya baru di atas jam delapan malam. Gowesnya pun santai, hanya untuk menurunkan makanan. Juga sebagai alasan agar tidak merasa bersalah setelah makan begitu banyak.

Lantaran jalanan sepi dan melewati perumahan yang sepi banget, maka di jalan pun kita bisa ngobrol dan bergurau sambil di temani suara jangkrik. Dan, sesekali gigitan nyamuk. Yang perlu diperhatikan, jika Anda berpikir bersepeda pada malam hari, jangan lupa lampu depan dan belakang ya. Depan biasanya berwarna putih dan merah untuk di bagian belakang.

Bidang sepeda itu kecil sekali di jalanan yang gelap. Pengemudi kendaraan bermotor kadang tidak melihat pesepeda. Maka, adanya lampu akan mengingatkan pengendara lain untuk waspada akan keberadaan pesepeda.

Selain itu, barisan lampu-lampu yang bersinar dari tiap sepeda akan memeriahkan jalanan kota. Seperti karnaval pada malam hari.

Ketika selesai bersepeda, hendaknya memberikan waktu agar tubuh melakukan pendinginan. Setelah itu mandi. Menurut artikel yang saya baca, disarankan air dingin. Bukan air es ya. Maksudnya air yang tanpa bercampur air panas. Sebaiknya jarak dari olahraga ke tidur kita adalah dua jam. Untuk menghindari gelisah, resah, dan stres.

Kalau sudah menunggu tiga jam dan masih resah, kemungkinan besar itu bukan karena aktivitasnya, mungkin lebih karena Anda kepikiran upgrade sepeda.

Bersepeda pada malam hari memang bukan jam aktivitas yang ideal. Tapi lebih tidak ideal kalau kita memacu jantung di bawah terik matahari dan ketika sedang berpuasa.

Momok turunnya performa karena terlalu lama tidak bersepeda pasti membayangi pikiran tiap cyclist ketika Ramadan. Nite ride mungkin tidak cukup untuk menjaga kebugaran. Jadi, bagi yang ingin serius bisa memakai smart trainer dan mengikuti program-program yang tersedia. Ingat, kewer setelah lebaran itu tetap di-bully loh. (johnny ray)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 40

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: Dokumentasi Johnny Ray 


COMMENTS