Kolom Sehat: Podcast Berujung Gowes Mulia

Membuat podcast Main Sepeda yang ditayangkan seminggu sekali awal mulanya adalah sebuah ide iseng. Celetukan Om Aza (Azrul Ananda) untuk mengisi waktu luang di awal pandemi, di saat kita banyak bengong di rumah dan tak bisa ke luar kota. 

Apalagi itu bisa berguna, demi menjawab dan menerangkan ke para "cyclist produk pandemi" tentang bagaimana bersepeda dengan benar. Karena yang kami diskusikan bukanlah hal muluk. Lebih menjelaskan lika-liku pengalaman gowes dan keamanannya.

Pada Episode ke-21, yang tayang perdana pada Rabu, 4 November 2020 kemarin, kami dengan bangga dan senang bisa mengundang Abah Asril Kurniadi Adenan. Juara Strava Distance Challenge bulan Oktober 2020. Dosen Universitas Brawijaya itu berhasil menempuh 8.505 km menggunakan aplikasi Zwift. Sesuatu yang luar biasa, nomor satu di dunia. "Kalau mau, Indonesia bisa," begitu kata Abah di penghujung podcast.

Pada saat mendekati akhir podcast itu, Abah Asril menginspirasi kita semua bahwa segalanya berawal dari niat. Dengan niat, tubuh kita bisa melakukan sesuatu yang menurut kita tidak mungkin, bahkan gila. Seperti gowes 8.505 km itu.


Nahm, yang tidak saya sangka, ternyata orang pertama yang harus menaikkan niat itu adalah saya sendiri. Ya, saya sendiri. Menurut saya, sepedaan saya sudah cukup banyak. Tidak sehebat teman-teman "cicak" saya yang sehari bisa merayapi tiga gunung, atau seperti jagoan indoor yang sehari bisa duduk di atas trainer lebih dari tiga jam.

Selama ini, seminggu 250-300-an kilometer buat saya sudah sangat cukup. Tapi, partner podcast saya ingin saya menembus zona nyaman saya sendiri. Semangat Abah itu membuat dia menoleh ke saya, lalu membuat sebuah tantangan untuk menerima taruhan. Sebuah taruhan berbau uang tetapi tidak untuk foya-foya. Hasil kemenangannya tidak untuk saya habiskan, melainkan kudu di sumbangkan ke panti asuhan atau yayasan sosial.

Kalau tantangan itu disampaikan off-air, saya 1.000 persen pasti tidak menerimanya. Tapi karena "ditembak" di tempat dan terekam kamera, mau tak mau harus saya terima. Deal. Salaman. Kalau saya bisa gowes 2.500 km di bulan Desember, Om Aza akan menyumbang Rp 25 juta ke panti asuhan pilihan saya.

Terus terang, jumlah kilometer yang ditantangkan itu banyak buat saya. Yaitu 2.500 km selama bulan Desember. Dan saya bukan tipe yang mau terbebani oleh sesuatu yang berat.

Selesai syuting itu, saya langsung menghitung. Total 2.500 km, kalau dibagi 31 hari, berarti saya harus gowes sekitar 80-an km sehari. Jarak itu mungkin tidak berat buat saya, tapi selama ini saya menempuhnya seminggu dua kali. Bukan setiap hari selama satu bulan.

Tapi sudah telanjur salaman. Jadi harus dijalani.

Setelah podcast ditayangkan, saya tidak menyangka. Ternyata begitu banyak orang mendukung saya. Selain mereka ingin turut serta di program yang mulia ini, mungkin mereka juga senang melihat atau mendengar saya berlelah-lelah di atas sepeda.


Yang bikin terharu, ada kiriman video yang masuk akun sosmed saya. Seorang anak kecil dengan lucunya memberikan semangat untuk saya. Terima kasih Adik, Om Johnny pasti muter-muter kok!

Kiranya, podcast bersepeda kami juga menjadi saluran berkah bagi yang membutuhkan. Seperti yang diucapkan oleh Om Aza di podcast itu, terbuka bagi pihak lain bila ingin bergabung di kegiatan mulia ini. Kami akan mencoba mengatur cara supaya segala donasi bisa tercatat secara transparan, mulai dari awal sampai pada saat disumbangkan. Ikuti terus di situs Mainsepeda.com ini.

Terima kasih sebelumnya, dan doakan agar saya tidak bosan mengukur jalan sejauh 2.500 km di bulan Desember. Amin. (johnny ray) 

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 21


COMMENTS