Kolom Sehat: Finish Setelah C(R)OT

Hampir seminggu event terbesar naik gunung dari Mainsepeda berlalu, Antangin Bromo KOM Challenge 2023. Tapi gaungnya masih terasa. Foto-foto peserta masih banyak yang baru beredar. Luar biasa kan ya?

Catatan waktu para juara lebih cepat dari tahun lalu. Nah, lalu nasib saya bagaimana? Mungkin dari sekian banyak event Bromo KOM, kemarin adalah finish terlambat yang pernah saya catatkan. Seperti yang diteriakkan di panggung ketika saya finish. Finish tapi banyak menit setelah COT (cut off time). Atau kalau saya plesetkan jadi finish setelah crot. Crot tenaganya!

Apa ada penyebabnya atau alasannya? Ada dongg. Tapi tidak perlu disebutkan ya. Saya tulis persiapannya saja. Menurut saya, walau saya memakai sepeda besi yang dibilang jemuran baju, saya sudah berlatih menggunakan sepeda ini beberapa kali kemana-mana. Bahkan untuk persiapan Bromo KOM saya sudah tiga kali ke sana dalam sebulan belakangan.

Jadi, sebenarnya cukup prepare dalam segi latihan. Beberapa hari sebelum hari H memang ngantuk karena harus pulang malam terus setelah dari tempat pendfataran. Tapi tidak melelahkan akut. Jadi, untuk hal persiapan cukup semestinya.

Kembali ke bahasa tiang jemuran. Memang pernah sepeda saya dibilangin gini, tapi saya juga sudah lupa. Saya terpaksa ingat karena di saat keadaan kepala saya pusing dan nafas saya ngga beraturan ketika menanjak, tiba-tiba ada orang yang bilang begini: “Saya titip jemur baju di sepeda jemuran Anda boleh?”

Saya pertama juga bingung? saya ini lagi sepedaan kok disuruh jemur baju?

Akhirnya saya paham maksudnya, orang itu menyebut sepeda saya ini sepeda tiang jemuran. Hmmm kasiannya Rob English yang sudah membuatkan saya lebih dari 5 sepeda dengan susah payah dan bagusnya dibilang sepeda ini tiang jemuran.

Saya pun menjawab, “Mana bajunya? sini taruh belakang?"

Tidak cukup di situ, tak jauh dari percakapan tadi saya terpaksa berhenti karena saya kesulitan bernafas dan pusing (yang tidak pernah terjadi). Pesepeda yang lain ikut berhenti dan minta foto selfie.

Saya jawab, "Sebentar, Om saya minta minum ke media dulu. Setelah saya minum, kita berpose untuk foto. Orang itu kemudian berucap ke saya, "Jangan mangap gitu dong."

Saya yang dalam kondisi bingung menjawab, "Bapak saya berhenti karena lelah, kalau saya ngga mangap untuk mencari nafas dan saya pingsan tolong dipanggul ya."

Nah, setelah itu saya melanjutkan perjalanan lai. Dan tentu saja dengan banyak stop seperti yang ada di foto-foto. Kalau Anda perhatikan tempat berhenti saya beda-beda. Ya karena berhentinya sering.

Sudah banyak alasan bagus di kepala saya yang bisa melegitimasi kalau saya loading ketika jarak kurang sekitar 7 km. Tapi melihat begitu banyak peserta yang bersusah payah sampai di garis finish sampai jalan, keram nyeret sepeda, semprot yang wangi-wangi ke kaki, minum jamu, dan lain lain, saya jadi pakewuh kalau loading. Jadi saya teruskan saja walau ngga baik untuk kesehatan. Wkwkwkw.

Saya minta maaf kepada yang mengikuti saya. Karena biasanya saya jadi jaminan under cot. Tapi di jalan saya sudah sebisa mungkin bilang kepada yang ikut, "duluan aja karena pace saya ini jelek sekali."


Bersama Om Jimmy, juara 1 kelompok umur 40-44 Antangin Bromo KOM Challenge 2023.

Salah satu yang ikut saya adalah pesepeda dari RBB Palembang. Ketika saya mampir di Gedung Wolu untuk bertemu teman yang lain dan ikut pulang karena sudah ngga bisa pulang naik sepeda, grup RBB Palembang ada di sana. Dan yang luar biasanya saya bisa foto dengan mereka seperti juara. Karena sebelah saya adalah juara 1 kelompok umur 40-44, Om Jimmy dari Palembang. Wkwkwk. Terima kasih banyak RBB Palembang. Sekian.(Johnny Ray)

Baca Juga Cerita Om Jimmy di Antangin Bromo KOM Challenge 2023: Rebut Juara Men 40-44, Jimmy Berharap Dapat "SIM" dari Istri Ikut Trilogi Jatim

Jangan lupa saksian Podcast Mainsepeda terbaru

 


COMMENTS