Kolom Sehat: SURGA


Oo, baby , do you know what thats worth? Ohh heaven is a place on earth.…
Penggalan lagu yang dibawakan oleh Belinda Carlisle ini berjudul Heaven is a Place on Earth. Surga ada di atas bumi. Kira-kira begitu pengertiannnya. Surga ada di atas bumi, benar atau tidak, ya?

Ya mungkin untuk penggalan lagu ini, saya bisa setuju. Pasalnya hari Minggu kemarin saya mengikuti sepedaan Surga. Dan masih di atas bumi. Kalau saya ke surga, yang dalam arti sebenarnya, saya tidak bisa menulis kolom ini. Apa itu surga? Itu singkatan dari Surabaya Urban Gravel Adventure.

Seperti yang sudah diperlihatkan di YouTube Mainsepeda soal sepedaan gravel di Surga, bahwa rutenya tidak lazim. Mungkin ada beberapa yang merasa miris melihat rutenya. Tapi percayalah, rutenya sangat fun. Kalau Anda membahas kekuatan, maka event ini sangat memikirkan tingkat kemampuan. Ada pilihan rute 50 kilometer dan 100 kilometer.

Sebagia pesepeda yang sudah biasa bersepeda lebih dari 100 kilometer, hendaknya pembaca jangan tergesa-gesa menyepelekan rute yang dihidangkan. Karena rutenya sarat dengan kernyitan, alias tanda bingung. Serta rasa tidak percaya. Sebab jalan yang dilewati sangat sempit. Atau hampir tidak kasat mata.

Jangan lupa, ini adalah rute yang berada di balik jalan yang kita lewati sehari-hari. Saking detailnya, maksud detail ini adalah jelimet, kita harus melihat peta dengan sangat teliti. Karena jalannya masuk-keluar gang. Yang kalau di jalanan turunan kita kencang sedikit, pasti gang itu kita lewati tanpa sadar. Tiba tiba Garmin bunyi titttt, tanda kita "off course" harus mengerem, minggir, dan kembali naik sedikit untuk masuk ke gang atau jalur yang benar.

Ketika sudah di jalan yang benar, kayuhan kaki juga tidak bisa 100 persen tenang. Karena sambil berguman dalam hati, apa betul jalannya di sini. Dan benar saja, dari 100 kilometer itu, paling tidak ada satu bagian sepanjang satu-dua kilometer yang saya "off course".

Saat itu hujan deras dan saya tidak bisa melihat bike computer dengan jelas. Sebab tertutup air. Tapi si dia bunyi-bunyi terus, tittt,tiitt, .. Ketika saya lihat lagi, ternyata saya sudah diminta untuk jalan lurus. Dari situ keluar ke Jalan Wiyung. Lalu ke arah Karangpilang sedikit. Lalu naik tambang.

Ketika Dimitra Levina, atau yang biasa dipanggil Ditra, bercerita kalau jalan itu biasanya banjir, mulai tidak cocok ceritanya. Karena bagi saya jalannya sangat keras dan proper. Betul, jalanan aspal, wkwkwkwk. Akhirnya, setelah diteliti, saya ternyata salah jalan. Ternyata saya terlalu banyak di atas aspal. Tidak saya sengaja. Saya juga tidak tahu dan menyangka kalau lewat jalan yang dimaksud. Walau nantinya jalan itu akan bertemu.

Walau akhirnya finis under cut off time (COT), setelah melewati kontur jalan yang sangat bervariasi, saya tetap merasa rute ini sangat menantang. Menguji kesabaran, pengetahuan, dan kenangan.

Catatan akhir di tulisan ini. Ketika sehari sebelumnya, saya menerima pesan berantai. Isinya apabila peserta masih belum finis pada jam 15.00 sore, peserta bisa langsung keluar ke jalan besar. Kemudian meneruskan perjalanan lansung ke tempat finis.

Saya berpikir, bagaimana kalau saya masih berada di tengah sawah itu pada jam 15.00 sore. Yang maju masih jauh dan mundur pun jauh. Sedangkan di kiri dan kanan tidak ada jalan. Ojol pun tidak dpat mengakses tempat itu. Walau kita sudah kasih titik lokasi. Kecuali airwolf dan blue thunder sudah gabung ojol. Semoga saya bisa ikut tahun depan. Sekian. (johnny ray)

Podcast Mainsepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 118

Foto: @masbambangmoto


COMMENTS