Kolom Sehat: Si Manis yang Tertutup


Pertama-tama, saya mengucapkan selamat untuk Remco Evenepoel. Akhirnya pembalap QuickStep Alpha Vinyl itu menjuarai Grand Tour pertamanya. The Wolfpack, julukan timnya, adalah favorit saya dan mendiang Om Lucky. Sebab tim ini kerap menjuarai stage-stage di Grand Tour. Walaupun saya tidak tahu kapan terakhir kali mereka punya pembalap yang bisa menjadi juara overall di Grand Tour.

Hai para pembaca. Selamat bertemu kembali untuk kesekian kalinya. Kolom yang dipercayakan kepada saya untuk diisi setiap Jumat. Bertajuk Kolom Sehat. Walau kadang isinya mlengse dari dunia kesehatan, tapi patron awalnya seperti itu. Mungkin sudah tiga tahunan saya mengisi Kolom Sehat ini. Meski ada sedikit minggu yang absen.

Topiknya seputar sepeda dan dunianya. Meskipun saya sering gundah mengenai pilihan topik yang ingin dibaca para pembaca seputar dunia persepedaan. Beberapa edisi Kolom Sehat juga baru ditulis setelah saya diingatkan oleh tim Mainsepeda.

Untuk yang kolom hari ini, saya sebenarnya diberikan free pass. Free pass untuk tidak menulis, alias libur. Tetapi saya tetap berpikir untuk mengisi saja. Toh saya juga ingin menyampaikan sesuatu demi kepentingan pesepeda yang lain.

Sebagian besar orang suka pada sesuatu yang manis. Baik itu dalam bentuk paras, atau pun rasa. Paras manis konon lebih tidak mboseni daripada paras cantik. Soal bagaimana yang manis dan yang cantik, saya rasa tidak ada panduan khusus yang dapat menjelaskannya. Yang jelas jangan dijawil, terus dijilat. Cara ini jelas salah!!!

Demikan juga dengan rasa masakan. Kebanyakan orang Jawa, terutama Jawa Tengah atau Jogja, cenderung suka rasa yang manis. Menu masakannya seperti gudeg, liwet, dan timlo. Semuanya memiliki rasa yang cenderung manis.

Namun kali ini salah satu manisku tidak bisa ikut menulis. Paling tidak yang sebelah kiri tidak bisa ikut. Maksudnya jari manis kiri saya. Sekarang kondisinya sedang tertutup. Saya belum tahu kapan mau dan boleh terbuka. Yang jelas tidak dalam waktu seminggu ini.

Jari manis saya sedang cedera. Sebab saya terpeleset. Bukan karena tertabrak kendaraan lain. Saya jatuh sendiri. Jari manis tangan kiri saya terluka cukup parah. Detail cederanya tidak saya bahas dulu di Kolom Sehat ini. Sebab kosentrasi saya lebih untuk mengingatkan pesepeda yang lain. Waspada tanpa ketakutan berlebihan.

Kalau Anda tanya siapa yang salah, jawabanya saya sendiri. Bukan jalan berlubang, bukan jalan rusak. Salah saya sendiri. Saya lupa bawa kondisi sedang hujan. Pastinya licin karena pada waktu itu saya sedang mau masuk kapal penyebrangan di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Saya terpeleset dan jatuh. Sebab kurang hati-hati.

Saya dirawat oleh dr Tyo Prasetya dan perawat Wahyu, Pebri, dan Budi di RSUD Blambangan. Setelah itu saya langsung kembali ke Surabaya. Agar tindakan medis untuk jari manis saya bisa tetap optimal. Kebetulan saat masih diobservasi, saya dikagetkan dengan sapaan teman bersepeda saya. Lah negurnya kok di rumah sakit? Ternyata ia sedang menemani pesepeda lain yang juga mendapat musibah. 

Bukan minggu yang baik pastinya untuk dunia sepeda. Yang pasti, bagi yang lain, hendaknya tetap dan lebih berhati-hati. Keamanan dan keselamatan tetap menjadi prioritas. Cukup si manis saya saja yang istirahat. Doakan semoga si manis bisa cepat pulih. Sehingga saya bisa kembali mengupil, wkwkwkwkwkwk. Sekian. (johnny ray)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 108

Foto: @chaidar26


COMMENTS