Kolom Sehat: Rumah Kopi


Banyak cyclist perlu booster pada pagi hari menjelang bersepeda. Biasanya booster atau pemicu semangat dan kekuatan itu didapat dari kopi. Sebab kopi mengandung kafein yang memacu kerja jantung. Degup jantung yang lebih cepat membuat seseorang lebih bersemangat.

Yang mengantuk bisa lebih melek. Pesepeda akan merasa lebih ringan mengayuh pada pagi hari setelah mengonsumsi kopi. Ya inilah efek kopi pada pagi hari. Tidak hanya pagi hari, meminum kopi setelah bersepeda juga sering menjadi budaya. Atau sekadar teman minum ketika bercakap dengan teman atau relasi.

Kalau di kota seperti Surabaya dan Jakarta, tempat minum kopi sering kita sebut kafe. Nah kalau di Sulawesi Utara, khususnya Manado dan sekitarnya, pengunaan istilahnya sedikit beda. Tempat kopi tradisional mereka sebut rumah kopi. Jangan salah, rumah kopi ini isinya bukan mesin fotocopy ya, tapi kopi untuk diminum beserta teman-temannya.

Saya adalah satu dari sedikit orang yang tidak biasa ngopi. Jadi awalnya ketika diajak ke rumah kopi, saya tidak terlalu bersemangat. Lantaran tidak terlalu menikmati kopi bikin saya jadi malas. Namun saya cukup terkejut ketika tiba di rumah kopi di Manado dan sekitarnya.

Namanya memang rumah kopi. Tapi yang dijual bukan hanya kopi. Ada banyak menu makanan ringan hingga berat. Mulai dari onde-onde, pisang goroho goreng, kue cucur, dan makanan lainnya seperti mi cakalang.

Nama menunya ada yang sama dengan daerah lain, tapi tidak berbeda bentuk dan rasanya. Onde-onde di Manado berbeda dengan yang sama makan di rumah. Pisang gorengnya terbuat dari pisang goroho yang katanya rendah gula. Kue cucurnya memiliki rasa khas kayu manis. Beda dengan jajanan yang biasa saya temui di Jawa.

Tentu saja tiap rumah kopi tidak menyajikan menu yang sama persis. Itu berlaku di mana-mana. Hanya saja yang menjadi menarik, seperti kata Om Roike Hendra, bahwa ada rumah kopi di tiap tujuan gowes di Manado dan sekitarnya. Nah inilah yang membuat bersepeda sangat sehat.

Kalau Anda lihat Podcast Main Sepeda episode 74, di mana kami bersepeda dari Manado ke Tetetana Hill, kami sempat berhenti di sebuah rumah kopi. Jaraknya cuma 30 kilometer saja dari start. Setelah itu kami ke rumah kopi kedua. Yang melewati kebun kol itu. Jaraknya hanya lima kilometer dari yang pertama.

Elevasinya lumayan, sih. Sekitar 1.000 meter untuk tiba di rumah kopi pertama. Lalu evelasi 400 meter menuju rumah kopi kedua. Lebih pendek, tapi bikin otot sakid dan pedih.  Meski capek, tapi makan setiap 5 kilometer juga membuat perut saya agak berat. Berat dan malas untuk menlanjutkan perjalanan lagi, wkwkwkwk.

Setelah itu kami kembali ke Kota Manado dengan rute yang sebagian besar jalanan menurun. Sesudah itu makan lagi. Kali ini aneka olahan ikan tuna. Menyenangkan. Senang karena tidak sakit dan juga tidak lapar. Tetapi kalori yang habis karena gowes jauh lebih kecil daripada kalori yang masuk melalui makanan. Tak masalah. Asal jangan tiap gowes seperti ini. Lama-lama saya bisa jadi panda.

Ya itulah susahnya menjadi cyclist. Setelah bersepeda pasti lelah dan lapar. Tetapi kalau asupan terlalu banyak membuat badan membesar dan bertambah berat. Pilihan ada di masing-masing pesepeda. Sekian. (johnny ray) 

NB: Tulisan ini bukan untuk 'tim tulang belulang'

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 74

Foto: Jofan Mario Tengker (@jofanmario)


COMMENTS