Hindari Takut, Bagi Tiga Segmen

Saya, ibu tiga orang anak, yang sedang mencari kebahagiaan dengan bersepeda. Apalagi ditemani suami, Edo Bawono. Sssttt…. Saya takut sekali dengan motor, bajaj, dan kendaraan di jalan raya.

Tapi, Edo sangat telaten dan sabar menemani saya bersepeda outdoor. Guna membiasakan diri dengan keadaan jalan raya. Buat kami, cyclist tinggal di Jakarta, agak susah mencari rute bersepeda menanjak.

Selain jauh, tidak banyak pilihan. Yang jadi favorit adalah Sentul (biasa disebut km 0 dengan elevasi 431 mdpl) dan Gadog-Rindu Alam, Puncak (elevasi 923 mdpl).

Dari Jakarta menuju Gadog itu jaraknya 60 km. Bisa digowes karena mayoritas datar. Mendekati kota Bogor mulai tanjakan merambat 2-3 persen. Total elevasi yang didapat saat riding Jakarta-Gadog sekitar 500 mdpl. Alternatif kedua, bawa mobil parkir di masjid Gadog (Haraqatul Jannah) atau di Starbucks.

Dari masjid ini, segmen Strava dimulai hingga restoran Rindu Alam Puncak sejauh 21 km dengan tanjakan rata-rata 4,6 persen. Rute ini mempunyai memori tersendiri. Waktu kecil, kami sekeluarga sering bertamasya ke Puncak.

Sekarang, menekuni hobi bersepeda, saya ingin sekali menanjak ke sana. Awalnya takut, saya bawa mobil menemani suami yang gowes dari Gadog ke Rindu Alam. Tapi jujur, kaki ini gatal ingin juga mencoba rute itu. Jadi antara takut dan gatal Hehehe…

Akhirnya, 9 Maret 2016 jadi hari bersejarah, saya gowes menanjak ke Rindu Alam! Untuk menghibur hati, saya bagi tanjakan ini menjadi tiga bagian. Yaitu Taman Safari, kebun teh dan Rindu Alam.

Bagian pertama, Gadog-Taman Safari sejauh 10 km adalah pemanasan. Tanjakannya tidak panjang dan curam. Pada permulaan nanjak, kami disambut dengan gradient 8-9 persen tapi pendek dan banyak bonus turunan.

Setelah melewati Taman Safari, masuk bagian kedua sejauh 4 km yang lebih seru nanjaknya. Terdapat tanjakan sepanjang 700 meter dengan average gradient 9,1 persen. Disebut tanjakan Pardede karena ada hotel Pardede di sebelah kiri tepat di ujung tanjakan.

Pemandangan yang bisa kita nikmati usai tanjakan Pardede.

Usai disiksa tanjakan ini, disambut dengan pemandangan kebun teh yang asri dan menyejukkan mata. Didukung hawa yang mulai dingin. Puas menikmati pemandangan dan istirahat, saatnya melalui bagian ketiga.

Bagian ini sejauh 7 km menanjak konstan dengan gradient 6 persen. Tidak ada bonus jalan datar apalagi turunan. Asyiknya, banyak kelokan switchback ala tanjakan di Eropa.

Apabila sudah menemukan masjid di sebelah kanan, maka itu tandanya kurang 2 km lagi finish ke Rindu Alam, Puncak. Legalah hati dan kaki. Hampir dua jam saya selesaikan rute sejauh 21 km ini.

Best time saya Gadog-Rindu Alam 1 jam 21 menit.

Puas berfoto di kawasan Rindu Alam, maju sedikit 500 meter mampir di warung Mang Ade yang terkenal di kalangan cyclist roadbike maupun MTB itu. Silahkan menikmati makanan pofertjes, indomie telor dan berbagai macam minuman.

Depot Mang Ade Puncak jadi jujugan cyclist roadbike maupun MTB.

Pofertjes yang enak sekali ada di Mang Ade Puncak.

Walaupun rute ini sudah saya jalani 14 kali, selalu ada rasa kangen untuk kembali. Seiring berlatih dengan structure training membangun base, saya jadi semakin lebih cepat gowes menanjak ke Rindu Alam. Saat ini, personal best saya untuk Gadog-Rindu Alam adalah 1 jam 21 menit.

Dari kiri: Dhitri, Mang Ade, dan saya.

Di luar itu semua, saya sering ajak anak-anak mengikuti dengan mobil saat kami gowes. Tujuannya, saya ingin mengajarkan ke anak-anak bahwa pentingnya perseverance (tekun) dan terus berusaha untuk tidak menyerah dalam hidup. Sama seperti ketekunan saya dan suami menaklukkan tanjakan Rindu Alam. (*)

 


COMMENTS