Kolom Sehat: 300 Km dan Selangkangan

Sabtu lalu, 18 Juli, adalah hari yang sulit ber-feeling good. Karena saya termasuk dari sekelompok teman yang berniat mengelilingi Pulau Madura dari pagi hingga petang. Menempuh jarak lebih dari 300 km dalam waktu kurang dari 12 jam. Cerita resminya sudah ada di Mainsepeda.com (Madura Trihandret 2020: Gowes 300 Km Tak Sampai 12 Jam). Cerita saya ini adalah bumbunya.

Biasanya, kalau mendekati sebuah acara gowes, kuota perjalanan akan laku dijual. Tapi kali ini, kuota saya tidak laku. Ternyata tidak dapat diperjualbelikan.

Kalau soal capai, sudah pasti capai. Naik mobil 300 km saja capai apalagi ini naik sepeda. Dan terus terang, saya tidak menyangka dapat "kesempatan" ini lagi. Beberapa kali kelompok kami mengutarakan rencana, beberapa kali gagal. Ohhh, alangkah leganya diriku kala (gagal) itu.

Tapi akhirnya, jadi juga acara ini. Harus berangkat jadinya.

Minimnya gowes jauh saya belakangan ini membuat saya pesimistis. Apalagi, tiga tahun lalu --saat kali pertama menempuh rute Madura ini-- kondisi saya dan beberapa teman cukup mengharukan. Jadi, keinginan untuk mengulanginya sangat minim.

Pada akhirnya, saya senang sekali bisa ikut lagi. Karena apa yang saya alami selama perjalanan kali ini benar-benar baru. Terutama poin yang akan saya sebut paling akhir di tulisan ini. Berikut yang baru-baru itu: 

1. Kelapa Muda dan Tidur di Pantai Slopeng 

Pada kilometer 132, kami tiba di Pantai Slopeng di wilayah timur Madura. Tempat wisata ini sedang tutup. Setelah empat jam lebih duduk di atas sadel, maka punggung terasa kaku sekali.

Untung, di depan pintu masuk kawasan wisata itu ada beberapa warung penjual degan (kelapa muda). Saya dan beberapa teman meminjam warung-warung itu sebagai tempat berteduh dan menikmati nasi kotak yang disediakan.

Setelah meneguk air degan, saya dan saudara Faisol Arief memilih untuk tiduran di tempat yang seadanya. Rasanya punggung bisa lurus lagi itu begitu indah. Saya sempat terlelap beberapa saat. Waktu istirahat waktu itu hanya sekitar 30 menit, tapi tiap menitnya sangat berarti untuk memulihkan badan. Kasur di rumah masih kalah enak dengan bale-bale bambu pemilik warung.

 

2. Sapi dan Sapi

Di tengah-tengah perjalanan, saya tidak ingat di bagian mana, laju sapi(da) kami terhenti sejenak. Ternyata itu pasar dan ada truk yang mau putar balik atau menurunkan muatan. Kami semua berhenti. Saya harus lepas cleat dan berhenti untuk menunggu lalu lintas berjalan.

Ternyata, truk di depan saya sedang mengangkut sejumlah sapi. Kepala sapi-sapi itu pas menghadap ke arah kami. Saya mengeluarkan ponsel. Teman-teman di belakang sudah bersiap untuk bergaya difoto. Tapi mereka kecewa karena saya justru memotret sapi-sapi itu. 

Wkwkwkwk...

Mungkin, di benak sapi-sapi itu: "Lha iya, kita-kita aja naik truk kok mereka malah mancal..."

 

3. Sadelku, Burungku, Telurku

Bagi pembaca yang mengikuti podcast saya bersama Azrul "Aza" Ananda, mungkin familiar dengan judul ini. Dalam perjalanan keliling Madura ini, kami mendapat pengalaman yang tidak mungkin dilupakan, tidak mungkin basi dibahas, dan hampir tidak mungkin terulang.

Salah satu dari teman kita, yang pernah kami sebut dalam episode Jangan Pakai Celana Dalam, membuat sebuah kejutan. Bib-nya sobek tepat di (maaf) selangkangan. Busa peredam (padding) tersembul dari sobekan itu. Kalau lubang itu geser sedikit saja, wah, burungnya bisa keluar sangkar dan bergelantungan.

Abah Asril Adenan, teman kita, berujar: "Yang lain paling cepat melepas ritsluiting jersey karena panas, dia ini menyobek bib biar dingin."

Yang bersangkutan berujar mungkin ini karena gesekan sadel. Tapi perlu Anda ketahui, ada cyclist lain yang memakai sadel merek sama dan aman-aman saja.

Catatan: Sobeknya bib itu ketahuan di Pantai Slopeng, saat perjalanan masih sekitar 170 km lagi. Beruntunglah dia, sobekan tidak bertambah dan "wardrobe malfunction" tidak terjadi fatal di perjalanan.

Pelajaran dari perjalanan "Madura Trihandret 2020" ini: Janganlah takut bersepeda jauh. Anda pasti mendapat bahan-bahan seru untuk dibahas. Apalagi kalau dapat kejadian lucu seperti sobeknya bib itu. Bertahun-tahun gowes belum pernah melihat yang seperti itu. 

Maaf ya temanku. Saya mewakili teman-teman dan pembaca mohon maaf. Karena kita tidak dapat menahan tawa dan maaf akan terus membahas hal ini sampai bosan. Entah itu kapan. Wkwkwkwk... (Johnny Ray)


COMMENTS