Seberapa sering pembaca bersepeda di daerah yang sepi? Biasanya cyclist itu inginnya bersepeda di tempat yang sepi, jarang kendaraan cepatnya, dan terutama jarang truk atau bus. Karena sepeda kalau dilewati dua kendaraan ini kena anginnya saja oleng. Apalagi mereka sering terlalu dekat dengan pesepeda jadi ngeri.
Kalau di Jawa sesepi-sepinya, jarang sekali jalan itu benar benar sepi tanpa pemukiman. Karena pada dasarnya jalan dibuat untuk manusia kan, jadi pasti ada titik-titik pemukimannya. Bersepeda di tengah-tengah permukiman ini, entah ini pemukiman dekat pantai, dekat sawah atau gunung. Bila kita melewatinya, maka sekilas akan terlihat kesibukan mereka sehari-harinya.
Yang saya soroti kali ini adalah kegiatan anak-anaknya. Kira-kira tiga tahun ke belakang ini, kalau saya bersepeda ke tengah permukiman dan di hari di mana sekolah libur, pemandangannya agak berbeda dari yang dulu.
Kalau dulu mereka biasanya berkumpul dan bermain yang kita di kota nggak ada. Misalnya di aliran air main kapal-kapalan, main kelereng, dan lainnya. Kalau akhir-akhir ini mereka tetap berkumpul, tiga sampai lima orang di teras rumah, kadang di bawah pohon dekat rumahnya, tapi masing-masing pada pegang hape.
Mereka pasti ML itu, Mobile legend maksud saya. Game online yang umum dimainkan kaum muda dan dewasa. Biasanya bisa mereka bermain di rumah masing-masing atau di tempat terpisah asal terkoneksi dengan internet. Tapi biar afdol mainnya ya berdekatan, biar kalau teriak-teriak langsung ke sebelahnya, sambil membully teman yang bikin kalah wkwkwkwkw.
Kemarin ini ketika saya bersepeda ke sebuah daerah di Purwosari. Panasnya cukup menyengat dan lelah. Maka berhentilah saya di bawah bayang-bayang pohon besar yang teduh di sebelah lapangan. Nampak beberapa anak bermain layangan. Oh benar juga, pikir saya, di sana angin lagi kuat. Begini kalau sepedaan akan berat dan sering oleng, mendingan main layangan ya.
Awalnya saya kira ya beberapa anak ini saja yang main layangan, sisanya seperti biasa pasti ngulik hp atau tab. Eh ternyata di tempat itu beda. Kebanyakan anak di daerah itu pada di halaman rumahnya menerbangkan layangan, malah ada satu rumah yang penuh anak kecil yang sepintas seperti maba (main bareng) ML. Akan tetapi, yang berserakan adalah layangan. Mereka sedang ngukur tali dan membagi diantara mereka.
Wah pemandangan jarang untuk masa sekarang. Masih ada ternyata permainan non elektronik yang disukai, menyehatkan dan berfilosofi ini.
Lho kok berfilosofi? Iya dari main layangan ini anda tahu jika menariknya benangnya terlalu cepat akan membuat layangan itu jatuh. Demikian ketika mengulurnya. Anda tidak serta merta mengulur benangnya harus ada feeling-nya.
Menarik dan mengulur bergantian menjadi seni dan keahlian tersendiri. Sama seperti hidup ini, bila anda menariknya terlalu cepat, maka cenderung dia nggak suka. Kalau anda mengulurnya kebablasan maka akhirnya jatuh deh di genteng orang.
Ya kira-kira itulah sekilas tentang layangan, bila anda bersepeda hati hati dengan benang layangan yang pas melintang di depan anda ya, apalagi kalau benangnya gelasan. Sekian. (Johnny Ray)