Antangin Bromo KOM 2025: Para Podium Mengejar Juara Umum Mainsepeda Trilogy

Berakhirnya Antangin Bromo KOM 2025 seperti membuka tirai persaingan Mainsepeda Trilogy tahun ini. Para cyclist saat ini dapat mengukur lawannya untuk bersaing menjadi juara umum. 

Cyclist-cyclist yang memiliki peluang bersaing di klasemen juara umum pun sudah mulai ancang-ancang. Juara Antangin Bromo KOM 2025 di kelas Men Age 60+ Soetanto Tanojo mengaku telah mengalihkan fokus latihannya untuk seri kedua, Kediri Dholo KOM. 

Karakteristik tanjakan yang berbeda membuat Soetanto harus merubah porsi latihannya. Jika Bromo KOM ia memaksimalkan daya tahan, maka di Kediri Dholo KOM ia harus menyisipkan latihan untuk power-nya. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kombo tanjakan dua digit, yakni Kelok 9 dan Gigi 1. 

"Saya latihan ke Cangar terus untuk nanjak. Latihan tiga hari nanjak, tiga hari datar. Dan Kediri nanti harus ada satu hari yang nanjak itu gradiens-nya tinggi," jelas Soetanto. 

Baca Juga: Cyclist Favorit Juwanto: Sang Juara 7 Kali Bromo KOM

Latihan konsisten ini diharapkan dapat memenuhi target pribadinya. Tak hanya jadi juara umum Mainsepeda Trilogy, tapi mengulangi rekor sapu bersih seperti tahun lalu. 

"Tetap saya tidak berani meremehkan lawan-lawanku. Mereka pasti latihan lebih keras lagi, jadi saya harus latihan keras juga ini karena saya ingin sapu bersih seperti tahun lalu," imbuh cyclist 65 tahun itu. 

Sementara itu, Taufik Walhidayah juga akan mematangkan persiapannya untuk seri kedua di Kediri. Ia kecolongan dengan hadirnya pembalap-pembalap baru yang masuk ke kelompok umur Men 35-39. Walhasil, juara bertahan Mainsepeda Trilogy ini harus puas duduk sebagai peringkat kedua di Antangin Bromo KOM 2025. 

"Rencananya untuk seri kedua ini, kita memperbaiki dari pengalaman seri pertama kemarin. Siap untuk nge-push," katanya. 

Ia tak menampik persiapannya tak seideal tahun lalu. Hal ini membuat performa Taufik menurun. Padahal dua tahun belakangan, ia selalu memegang rekor sapu bersih di seluruh gelaran Mainsepeda Trilogy. 

Di lain pihak, Ethan Batara Njotoprawiro berambisi untuk mengganggu dominasi Dandi Dwi Prasetya di kelas Men Under 29. Cyclist asal Surabaya itu finish sebagai peringkat kedua pada Antangin Bromo KOM 2025. 

Ethan sejatinya punya modal apik usai menjuarai Banyuwangi Bluefire Ijen KOM 2024. Tapi ternyata modal itu belum cukup untuk menghantarkan trofi yang sama di Bromo KOM tahun ini. 

"Kompetitor yang luar biasa, terutama mas Dandi. Saya sangat salut sama dia. Saya masih harus banyak belajar ternyata," jelasnya.  

Kediri Dholo KOM yang digelar pada 20 Juli dan Banyuwangi Bluefire Ijen KOM 27 September menawarkan tantangan yang berbeda dengan Bromo KOM. Hal ini membuat para cyclist pecinta tanjakan wajib mencobanya minimal sekali seumur hidup. 

Baca Juga: Antangin Bromo KOM 2025: Pujian Kreativitas dan Kearifan Lokal di Trofi Serta Medali

Kediri Dholo KOM menawarkan kombo tanjakan dengan gradiens yang curam. Yaitu melewati tanjakan Kelok 9 yang mirip dengan Jalan Lombard di San Francisco dan tanjakan Gigi 1 yang gradiens-nya di atas 20 persen. 

Karakter nanjak di Banyuwangi Bluefire Ijen KOM akan lebih menantang. Event ini memiliki segmen KOM sejauh 27 Km, paling panjang di antara event lain di Mainsepeda Trilogy. Selain itu, rute yang akan dilewati merupakan jalur balapan profesional, yakni Tour de Banyuwangi Ijen. Event resmi yang masuk dalam kalender balapan UCI. Highlight utamanya ialah tanjakan Erek-Erek yang gradien puncaknya menyentuh 34 persen! 

Bagi pemburu podium Mainsepeda Trilogy, pastikan mengikuti seluruh seri Mainsepeda Trilogy untuk mendapatkan 20 poin tambahan. Ada pula paket bundling Kediri Dholo KOM dan Banyuwangi Bluefire Ijen KOM yang dapat dipilih. Bagi yang berminat, pendaftaran dua event tersebut bisa dilakukan melalui Mainsepeda App. (Mainsepeda)


COMMENTS