Antangin Bromo KOM: Para Pejuang Pantang Tumbang 2025

Tanjakan Wonokitri, Bromo, lokasi Antangin Bromo KOM 2025 tak pernah mudah ditaklukkan. Segmen kemiringan konstan sejauh hampir 25 Km seperti memberikan persepsi nanjak tak berakhir. Tak sedikit yang menyerah dan gagal finish.

Namun, beberapa cyclist berprinsip pantang tumbang. Tak semudah itu menyerah dengan tanjakan Wonokitri. Dorong hingga batas kemampuan demi finish strong. 

Cyclist asal Surabaya, Az Zahra Faradita Sunandi misalnya, mengalami kram dua kali saat nanjak ke puncak Wonokitri. Rasa sakit di bagian betis bahkan membuatnya tergeletak di pinggir jalan. Beruntung, ada tim medis yang siap sedia membantunya.

Baca Juga: Antangin Bromo KOM 2025: Transformasi Syelhan, Nanjak Bromo Sejak 11 Tahun!

"Yang pertama di dekat tugu desa Puspo, yang kedua abis SDN Puspo IV, yang banyak murid berjejer," ungkapnya. 

Az Zahra bukannya tak berpikir untuk menyerah, tapi semangatnya ternyata lebih besar. Meski pelan, ia terus mengayuh pedal sepedanya. Cyclist 33 tahun itu akhirnya finish setelah 4 jam 19 menit 16 detik. Masih dibawah COT. Pencapaian baik bagi Az Zahra yang baru pertama kali mengikuti Bromo KOM. 

"Jadi pengin ikut lagi untuk bisa beat waktu yang lalu," imbuhnya. 

Sementara itu, Ayulia, cyclist asal Jakarta, juga menunjukkan semangat "Pejuang Pantang Tumbang". Di usianya yang ke-56, salah satu cyclist tertua di kelas Women, Ayu bersemangat menaklukkan tanjakan di Bromo KOM untuk pertama kalinya. 

Ayulia baru pertama kali mengikuti Bromo KOM.

Strateginya tepat. Bersepeda sesuai pace-nya, tidak terburu-buru, dan memilih menuntun daripada harus terkena kram jadi kunci keberhasilannya finish strong. "Lebih baik nuntun daripada kram, kalau kekunci, sudah gak bisa gowes lagi," ungkapnya.

Tinggal di Jakarta membuat Ayu kesulitan berlatih nanjak. Kebanyakan ia gowes rute dalkot yang flat. Pekerja di lingkungan BUMN ini hanya dua kali latihan nanjak dalam dua pekan sebelum Antangin Bromo KOM 2025. Namun, ia tetap berhasil. 

"Banyak yang ibu-ibu juga jadi kepengin ikut Bromo KOM. Mereka bilang, 'Bu Ayu saja berani, masak saya enggak'. Tapi Bromo KOM itu memang seindah itu apalagi pas kabutnya turun itu indah banget," imbuh.

Baca Juga: Antangin Bromo KOM 2025 Jadi Awal Tantangan Mainsepeda Trilogy (+ Standings Lengkap)

Sementara itu, Gusti Agung Nugraha yang berasal dari Padang harus merasakan kombo. Nuntun sekaligus kram. Gusti mengalami kram tiga kali dan terus melanjutkan perjalanannya. Meskipun demikian, tak berpikir untuk DNF. 

"Enggak mas, kebetulan masih jauh dari COT," ujarnya. 

Antangin Bromo KOM 2025 menjadi seri pembuka Mainsepeda Trilogy. Tiga event nanjak itu, dipusatkan di Jawa Timur. Setelah Bromo KOM, Mainsepeda akan menggelar Kediri Dholo KOM (20 Juli) dan Banyuwangi Bluefire Ijen KOM (27 September). (Mainsepeda)


COMMENTS