Peserta Antangin Bromo KOM 2025 mampu menarik minat khalayak ramai. Hampir 1.500 peserta hadir di Surabaya untuk mencoba menaklukan tanjakan Wonokitri pada Sabtu, 17 Mei lalu.
Tokoh-tokoh nasional pun turut datang dan meramaikan event yang dijuluki 'Naik Hajinya' cyclist Indonesia ini. Berikut beberapa diantaranya:
Royke Lumowa, Mantan Kakorlantas Polri
Latihan Elevasi di Bromo KOM untuk Bentang Jawa
Royke Lumowa selalu menjadikan event Bromo KOM sebagai menu latihan untuk menuntaskan misi besarnya. Salah satu misi besar mantan Kepala Korps Lalu-Lintas (Kakorlantas) Polri itu tahun ini adalah menaklukkan tantangan Bentang Jawa 2025.
Ya, Royke memang lolos seleksi pendaftaran Bentang Jawa 2025, salah satu event ultra cycling bergengsi di Indonesia. "Makanya sekarang harus rajin berlatih," kata Royke yang saat dihubungi Mainsepeda sedang istirahat dalam perjalanan gowes Surabaya-Pacet-Cangar-Batu-Surabaya.
Meskipun sudah pernah bersepeda keliling 47 negara, namun Royke masih penasaran ingin menaklukkan tantangan Bentang Jawa. Ia serius mengikuti event ini.
Begitu memutuskan mendaftar dan belum mendapatkan kepastian diterima, Royke sudah mencoba meningkatkan intensitas latihannya. Termasuk dengan mengikuti Antangin Bromo KOM 2025, yang digelar 17 Mei kemarin.
Bromo KOM memang selalu ada di hati Royke. Bahkan ia termasuk cyclist yang pernah ikut edisi perdana Bromo KOM. "Saat jersey-nya masih polkadot," kenang mantan Kapolda Sulawesi Utara (Sulut) itu.
Saat memutuskan bersepeda keliling 47 negara pada Juli 2023 hingga Juli 2024 lalu, Royke juga menjadikan Bromo KOM sebagai salah satu ajang latihannya. Katanya, tanjakan Bromo KOM itu istimewa. Cocok untuk latihan elevasi.
Royke sendiri sebelum mendaftar Bentang Jawa sudah melakukan riset kecil-kecilan. Ia menyiapkan bagaimana agar lolos seleksi pendaftaran dan persyaratan administrasi. "Sebab tidak mudah loh lolos seleksi itu. Banyak yang gugur. Katanya tahun ini dari 400-an pendaftar hanya diterima 200-an peserta," jelasnya.
Setelah dinyatakan lolos sebagai peserta, Royke langsung memetakan apa saja yang menjadi penyebab kegagalan dan keberhasilan para peserta Bentang Jawa. "Fisik harus disiapkan benar-benar. Apalagi untuk peserta yang sudah tua seperti saya ini," kata pria kelahiran 1962 itu.
Menurut Royke, fisik harus di-maintenance lewat program-program latihan. Selama tersisa waktu 2,5 bulan sebelum Bentang Jawa, Royke sudah menyiapkan berbagai program latihan. Dari latihan bersepeda jarak jauh dengan simulasi membawa barang bawaan, hingga nge-gym.
"Menurut saya, ikut Bentang Jawa itu tidak bisa amatiran, apalagi seperti saya yang sudah tua begini. Porsi latihannya harus super. Latihan fisik juga harus didukung dengan persiapan mental," jelasnya. Persiapan mental bisa dilatih dengan bersepeda jarak jauh secara mandiri ataupun mengikut event bersepeda.
Royke tak menargetkan catatan waktu khusus. Ia hanya ingin bisa "lulus" Bentang Jawa 2025 dengan finis sebelum cut off time (COT). Ia sudah membagi jarak yang harus diselesaikan selama 6 hari pelaksanaan Bentang Jawa. Planning yang dilakukan Royke didasarkan pada total jarak Bentang Jawa, yakni sekitar 1.500 km dengan elevation gain mendekati 17 ribu.
"Kalau saya bagi berdasarkan hari, kira-kira tiap hari harus menuntaskan 250 km-300 km," ujar Royke.
Ditanya tentang optimismenya, Royke tak mau sesumbar. Meskipun ia sering menuntaskan bersepeda di atas 200 km per hari saat menuntaskan misi bersepeda ke 47 negara. "Optimis itu harus. Tapi saya harus ngukur kemampuan saya. Kalau sekarang tentu saya tidak sanggup. Karena itu saya perlu push porsi latihan dalam sisa waktu 2,5 bulan ke depan," terangnya.
Dwi Soetjipto, Mantan Direktur Utama Pertamina
Puas Nanjak Tanpa Berhenti
Sementara itu, mantan Dirut Pertamina, Dwi Soetjipto, menjalani debutnya di Antangin Bromo KOM 2025 pada Sabtu, 17 Mei lalu. Ia sebelumnya sudah berniat mencicipi Bromo KOM pada tahun lalu. Namun, kesibukan menggagalkan rencananya.
Cyclist 69 tahun ini lolos COT dengan catatan waktu 3 jam 49 menit 27 detik. Ia mengaku puas tak hanya karena catatan waktunya, tapi juga tercapainya target pribadinya. Dwi bukan pertama kali nanjak ke Wonokitri, sudah beberapa kali. Dan ia mengaku harus 2-3 kali berhenti untuk rehat. Tapi di Antangin Bromo KOM 2025, Dwi nonstop nanjak tanpa berhenti.
"Sudah beberapa kali ke Bromo. Pertama itu November 2020, masih stop tiga titik karena bareng-bareng teman-teman komunitas kan. Tapi kemarin saya nonstop jadi saya merasa puas," ungkap Dwi.
Dwi mulai bersepeda sejak menjadi petinggi dari PT Semen Gresik. Saat itu, ia bersepeda MTB sembari untuk mendekatkan diri dengan para pekerja. Begitu pula saat Dwi menjabat sebagai Dirut Pertamina.
Akan tetapi, kebiasaannya berubah ketika menjabat sebagai Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), kebetulan pula sedang pandemi COVID-19, Ia lantas mulai serius berlatih roadbike.
"Sekaligus ada COVID itu, jadi lebih banyak bersepeda untuk kesehatan dan ketahanan imun. Dari situ belajar nanjak, tadinya dalkot saja," ungkapnya.
Perihal penyelenggaraan Antangin Bromo KOM 2025, ia mengaku puas. Bahkan ia berpikir untuk mengikuti dua seri Mainsepeda Trilogy, Kediri Dholo KOM dan Banyuwangi Bluefire Ijen KOM.
"Memang ada niatan untuk tiga event itu, katanya lebih berat. Jadi kalaupun harus nuntun, ya nuntun saja," candanya.
Kombes Pol Kelana Jaya, Ditserse Narkoba Polda Kalsel
Pembina Harus Coba Duluan
Kombes Pol Kelana Jaya akhirnya menjajal sendiri tanjakan ikonik Wonokitri di Antangin Bromo KOM 2025. Selain berposisi sebagai Ditserse Narkoba, ia juga salah satu pembina sepeda di Polda Kalsel. Oleh karena itu, Kelana harus turun gunung sebelum memberikan arahan kepada anggotanya untuk giat bersepeda. Khususnya mengikuti event-event Mainsepeda seperti Bromo KOM di tahun-tahun mendatang.
"Kebetulan saya salah satu pembina sepeda di Polda Kalsel. Jadi pembinanya harus mencoba, sebelum mengajak dan mengajari harus coba dulu. Dan kayaknya nagih deh ini," jelasnya.
Kelana sendiri didampingi sang istri, Amalia Kelana Jaya, dalam perjalanannya ke puncak Bromo. Kelana mewakili institurnya di kelas Men Open TNI/Polri, sedangkan sang istri, mengikuti kelas Women 40-44.
"Awalnya saya dengan istri saling support. Tapi apa daya, ketika nanjak kami terpisah dan support diri sendiri," katanya penuh canda.
Lebih lanjut, Kelana berharap Mainsepeda terus konsisten menggelar event-event sepeda di Indonesia. Ia pun memuji gelaran Antangin Bromo KOM 2025. (Mainsepeda)