Kediri Dholo KOM 2025 siap digelar Minggu 20 Juli mendatang. Ratusan cyclist akan kembali mencicipi tanjakan menuju puncak Dholo. Tentunya merasakan pula 'menu utama'-nya yakni Sektor Kelok 9 dan Gigi 1. Dua tanjakan ini berada di 3 Km dari titik finish.

Dampak positif digelarnya Kediri Dholo KOM membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri tak berpikir panjang untuk terus memberi dukungan. Efek yang paling dirasa adalah pada peningkatan sport tourism di sana.

Tidak semua tanjakan, bisa menjadi tanjakan event. Tapi pada 9 Juli 2016, Ferry Martallata dan Dani Lesmana mengajak Founder Mainsepeda, Azrul Ananda menjajal tanjakan baru di Kediri. Singkat cerita lahirlah Kediri Dholo KOM yang terus berkembang hingga saat ini.

Wakil Kepala Polisi Daerah (Wakapolda) Jawa Timur Brigjen Pol Pasma Royce memang penghobi olahraga sepeda. Namun, tak sekadar hanya untuk mengisi waktu luang. Hobi tersebut ia tekuni secara serius. Menu latihan terbarunya ialah nanjak ke rute Kediri Dholo KOM. Hebatnya, ia tidak nuntun ketika melewati tanjakan ikonik Kelok 9 dan Gigi 1.

Berakhirnya Antangin Bromo KOM 2025 seperti membuka tirai persaingan Mainsepeda Trilogy tahun ini. Para cyclist saat ini dapat mengukur lawannya untuk bersaing menjadi juara umum.

Tirai tahun 2024 belum ditutup, tapi Mainsepeda sudah bersiap untuk menyambut event tahun depan. Founder Mainsepeda, Azrul Ananda, telah memberikan bocoran singkat di podcast-nya bersama Johnny Ray yang dirilis di YouTube pada Rabu, 18 Desember 2024.

Kalau Anda belum tahu keseruan Kediri Dholo KOM secara langsung, tahun Anda bisa. Cuma ya itu kebanyakan Dhorong di Dholo, Wkwkwk.

Setelah di Antangin Bromo KOM pada Mei lalu Muhammad Ridwan menjadi pemenang, kali ini Abdul Soleh yang menjadi penguasa.

Azrul Ananda meminta para cyclist mengantisipasi hembusan angin yang lumayan kencang. Angin tidak hanya akan berpengaruh pada tahanan aero saat bersepeda tapi juga suhu udara.

Kediri Dholo KOM 2024 selalu punya magnet tersendiri, bahkan jika para pecintanya harus menempuh ribuan kilometer untuk datang. Perjuangan itu yang rela dilakukan oleh empat cyclist asal Manokwari, Papua Barat. Keempatnya tergabung dalam komunitas Manokwari Bike Assosiation Cycling Club (MBA).