Kolom Sehat: Habis Gelap Terbitlah Terang

Beberapa hari lagi kita memperingati Hari Kartini Tanggal 21 April. Raden Ajeng Kartini adalah tokoh emansipasi wanita yang mencetuskan kesetaraan antara perempuan dan pria. Simbol perjuangan wanita. Bukunya yang terkenal dengan judul habis gelap terbitlah terang.

Terisnpirasi dari judul ini saya merefleksikan judul buku tadi dengan apa yang saya alami. Pengalaman saya hanya seputar sepedaan tidak se-heroic Ibu Kita Kartini, tapi paling tidak, beberapa hari yang lalu saya tahu benar apa itu arti gelap.

Tanda tanda gelap adalah tidak ada cahaya. Suatu kondisi di mana panca indra penghlihatan kita tidak bisa mempunyai jangakauan yang jauh. Apa yang di sekitar tidak tampak bila memungkinkan kita hanya bisa menggunakan indra yang lain seperti indra peraba, penciuman, dan pendengaran. Tapi, tetap saja, wawasan kita menjadi terbatas.

Hal ini secara konkrit saya alami ketika bersepeda pada event East Java Journey (EJJ) 2024. Tidak lazim untuk mengejar cut off time (COT) saya dan teman teman harus bersepeda sampai malam. Malam sampai pagi. Jadi intinya kami cukup lama bersepeda dalam gelap.

Saya ingat saya bertiga dengan Om Tatang dan Om Okta bersepeda di saat hari sudah gelap dan hujan dari Kepanjen menuju Blitar. Dari Kepanjen kemudian belok kanan ke daerah Karangkates menuju Blitar. Waktu sudah malam. Setelah itu saya sampai di Blitar sekitar jam 11 malam.

Johnny Ray saat bersepeda di malam hari menuju Blitar bersama Om Tatang dan Om Okta.

Selang beberapa waktu, saya berkesempatan kembali bersepeda di derah Kepanjen itu. saya ingat kalau saya  bersepeda di Kepanjen, samar-samar saya ingat jalannya, toko yang dilewati dan akhirnya belokan ke kanan ke arah Karangkates itu jalannya miring sedikit. Bedanya kali ini saya bersepeda di pagi hari. Jadi sambil menikmati rute di cyclocomp saya juga melihat sekeliling ternyata beda sekali.

Apa yang tampak dalam gelap begitu minim, masuk ke area gerbang ada petugas yang menerima uang tiket tapi saya dipersilakan jalan. Ternyata kawasan tersebut adalah kawasan Bendungan Lahor. Setelah gerbang ternyata di sebelah kiri saya melihat dataran tinggi penuh dengan pohon sedangkan di sebelah kanan terhambar air yang begitu luas.

Ya, namanya aja bendungan tentu saja banyak airnya ya. Ada persewaan perahunya juga. Nah hal ini tidak saya lihat ketika saya mengikuti event karena pada saat saya memasuki area yang sama kira kira pukul 21:00 atau 22:00. Saya bahkan tidak tahu kalau di sebelah kanan saya itu air yang begitu luas.

Suasana bersepeda saat terang berbeda dengan di kegelapan

Setelah jembatan bendungan usai dan melewati beberapa warung termasuk warung dawet, saya sudah memasuki daerah Blitar. Daerah yang saya jalani sampai ke rumah gebang pada waktu event.

Melihat Sesuatu dengan perpektif yang terang adalah hal  yang indah segala sesuatu terlihat jelas. Hal yang sama bisa dirasakan dengan sudut pandang yang jauh berbeda.

Mungkin seperti inilah yang dimaksud Ibu Kartini bahwa kaum perumpuan bisa merasakan hal yang sam terangnya dengan pria. Tidak dalam kegelapan atau secara harfiah diartikan diberi peran yang tidak sama . Terima kasih Ibu Kartini. Biarkan Kartini-Kartini masa ini meneruskan perjuanganmu. Sekian.


COMMENTS