Kolom Sehat: Enter the Wind (Masuk Angin)

Halo selamat pagi pembaca sekalian. Anggap saja tulisan ini dibaca pagi ya. Bagaimana seminggu ini? Apakah Anda cukup bersepeda? Cukup jauh? Cukup senang? Saya harap hari-hari Anda menyenangkan dan membahagiakan.

Sayangnya saya tidak mengalami minggu yang cukup baik. Tidak cukp sehat. Serta jauh dari kata senang.

Pada akhir pekan lalu Mainsepeda menyelenggarakan event dua hari, Kediri Dholo KOM Challenge 2022. Kita bersepeda dari Surabaya ke Kediri. Tapi sebelum beristirahat di Kediri, kita mampir ke pos satu Kelud dulu. Setelah itu, pada hari kedua, rombongan peserta bersepeda dari Kantor Bupati Kediri ke wisata air terjun Dholo. Yang terkenal indah nan meliuk-liuk tinggi.

Nah, sayangnya pada hari pertama saja saya tidak tuntas, wkwkwkwk. Kalau ada yang bertanya apa event ini berat sekali? Ya event ini memang berat, tapi bukan berarti tidak bisa dilalui. Banyak yang bisa melalui dengan baik. Yang pasti kondisi fisiknya harus siap. Sebab kita memiliki beban kilometer dan elevasi setinggi itu selama dua hari.

Tahun lalu saya lebih beruntung karena bisa lolos. Tahun ini berkata lain. Kondisi badan saya tidak cukup fit untuk jarak sejauh itu. Tetapi bagaimana lagi, event sudah dimulai. Mau tidak mau saya tetap bersepeda.

Sampai di pit stop kedua, walau badan rasanya tidak seperti biasanya, saya berusaha istirahat seoptimal mungkin. Makan pisang, minum, dan lainnya, saya lakukan seperti biasanya ketika saya di pit stop. Setelah peleton mulai start menuju ke Gunung Kelud, di situ saya mulai ragu. Ragu bisa finis.

Penulis mulai ragu bisa finis saat melanjutkan perjalanan dari pit stop kedua ke pit stop ketiga

Karena saya tidak bisa mengikuti kecepatan peleton di daerah rolling halus. Sebelum tugu nanas. Bahkan untuk sampai ke tugu nanas saja, effort saya sudah sangat luar biasa. Dari jumlah panitia dan peserta yang ada di dekat tugu itu, saya tahu keadaan saya sangat tidak baik. Jumlah panitia pada saat itu nol. Jumlah peserta kurang dari lima orang. Itu pun sudah di depan saya.

Katanya, dari patung nanas ke pit stop ketiga tidak lah jauh. Cuma tujuh kilometer, jika saya tidak salah. Tapi bagi saya itu jauhhhh sekali. Saya sempat turun dari sepeda. Karena kehabisan tenaga beberapa kali. Hingga akhirnya saya terduduk di depan rumah warga. Lalu merenung. Sehatkah ini jika diteruskan?

Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti bersepeda di kilometer 132. Habis. Badan saya sudah tidak bertenaga. Saya putuskan naik mobil. Lalu menyusul rombongan di pit stop ketiga.

Saya berharap bisa beristirahat dulu sebentar. Kemudian mulai makan agar tenaga ada kembali. Karena hari juga sudah siang. Kira-kira lebih dari jam 12.00 kala itu. Beberapa saat setelah saya duduk, bukannya kekuatan yang terhimpun, malah rasa mual yang tidak bisa saya tahan. Sehingga saya muntah-muntah.

Penulis mendapatkan perawatan dari tim medis di pit stop ketiga

Kata salah satu teman, saya seperti Patung Merlion. Yang mulutnya keluar air terus-terusan. Memang, yang keluar kebanyakan air. Juga sedikit ampas pisang yang saya makan di pit stop kedua tadi. Setelah itu saya istirahat sambil diberi obat oleh tim medis agar mual saya berkurang. Tapi tidak secepat itu sembuh.

Setelah rombongan meneruskan perjalan, saya kembali cosplay menjadi Patung Merlion. Sampai badan ini lepas. Saya menghubungi salah satu teman. Seorang dokter. Saya meminta rekomendasi obat. Keadaan saya mulai membaik setelah meminum obat itu. Saya sudah bisa bicara dan duduk normal.

Sampai di hotel, saya bertemu dengan Om Candra Wahyudi dan keluarganya. Yang sebelumnya di pit stop pertama sudah bertemu. Dan saya foto bersama meme (anaknya yang bungsu). Katanya saya sudah ditunggu. Serta didoakan agar bisa finis. Amin dan terima kasih.

Doa meme membuat saya bisa ke hotel. Tidak ke UGD di rumah sakit. Sayangnya tidak dengan sepeda saja, wkwkwkwk.

Foto bareng keluarga Om Candra Wahyudi ketika tiba di hotel di Kediri

Karena perut ini kosong sekali pada hari itu, saya bisa menikmati kuliner di Kediri mulai dari nol. Dan karena mulai dari nol, saya bisa menemani teman-teman lebih dari sekali. Datang dari satu depot ke depot lain. Memberdayakan UMKM.

Saya tidak start pada hari ke dua karena badan saya tidak cukup kuat untuk berada di atas sepeda. Banyak yang bilang bahwa loading itu tidak dosa. Lebih baik loading bila tidak kuat. Ya dengan berat hati saya sudah melakukan seperti kata teman-teman itu. Masih ada hari esok. Semoga hari esok bisa lebih baik. Sekian. (johnny ray)

Highlight Day 1 Kediri Dholo KOM Challenge 2022


Highlight Day 2 Kediri Dholo KOM Challenge 2022

Foto: Mainsepeda.com, Tyas Hartomo Putro


COMMENTS