Rute Unbound Gravel 200: Tolong Respek Kalau Bertemu Sapi


Unbound Gravel, even balap gravel paling bergengsi dunia, mengubah drastis rutenya untuk edisi 2022 ini. Bila tahun lalu memutar ke utara dari Kota Emporia, Kansas, kali ini memutar ke selatan. Sebagian mengadopsi rute lama sebelum 2018, sebagian lagi baru khusus untuk tahun ini.

Tentu saja, perubahan rute ini ditunggu dengan penuh berdebar oleh semua peserta dari seluruh dunia. Khususnya untuk rute 200 mil, yang menjadi suguhan/atraksi/daya tarik utama Unbound Gravel sejak masih bernama "Dirty Kanza" pada 2006.

Saat acara peluncuran rute pada 18 Mei lalu, desainer rute Ben Sachs menyebut pihaknya berniat mengurangi sedikit "kekejaman"-nya. Dalam hal total menanjak misalnya, bila tahun 2021 mencapai 3.700 meter, tahun ini "hanya" hampir 3.000 meter. Walau soal jarak masih kurang lebih sama, sekitar 205 mil alias sekitar 330 km.

"Saya dikenal sebagai orang sadis yang suka memilih rute terburuk. Tahun ini saya harus mengurangi tingkat kesadisannya, mengingat ada begitu banyak peserta. Memilih jalan-jalan yang lebih aman, sambil terus memaksimalkan sebanyak mungkin tanjakan," tutur Sachs.

The Towers climb, salah satu tanjakan Unbound Gravel di yang terletak di 18 mil setelah start

Sama seperti tahun lalu, peserta 200 mil hanya mendapatkan dua tempat pit stop resmi, yaitu di mil 77 (km 123) di Kota Eureka, lalu mil 164 (km 262) di Kota Madison. Sebelum keduanya, panitia dari Life Time hanya menyediakan fasilitas air putih (water oasis) di mil 41 (Texaco Hill, km 66) dan mil 199 (Kota Hamilton, km 190). 

Pit stop kedua di Madison itu juga menjadi satu-satunya lokasi berhenti resmi untuk peserta 100 mil.

Karena ini event di mana peserta harus mandiri, semua hanya boleh dilayani mekanik/kru di tempat pit stop resmi. Ketika di tempat fasilitas air, sama sekali tidak boleh dibantu pihak luar.

Kabar baik untuk peserta 200 mil, pada water oasis kedua di Hamilton berdiri sebuah toko kelontong. Peserta bisa beli kebutuhan kalau membutuhkan di sana (ini bisa membantu menyelesaikan masalah kekurangan makanan yang dialami penulis pada 2021 lalu).

Beberapa tanjakan utama yang disediakan: Radio Tower di mil 20, Texaco Hill mil 40, Teeter Hill yang dihajar dari dua sisi berbeda, mil 47 dan 140-an. Dan beberapa lainnya.

Hampir semua jalan yang dilewati adalah "country road" alias jalan peternakan yang tidak beraspal. Bahkan jalan-jalan yang tidak bisa dilewati mobil.

Direktur R&D SUB Jersey Amdani Ocha menunjukkan salah satu keledai milik warga lokal 

Banyak jalanan itu adalah milik pribadi/peternakan setempat, bukan milik umum atau pemerintah. Jadi, Ben Sachs mengingatkan semua peserta untuk selalu respek/menghormati semua yang dilalui. Termasuk hewan-hewan peternakan, yang kadang dibiarkan bebas berkeliaran (termasuk menyeberang jalan).

"Jadi, kalau kalian bertemu dengan sapi berkeliaran, tolong respek pada mereka dan bergeraklah secara perlahan," tegasnya.

Tahun ini, total ada 4.000 peserta Unbound Gravel di semua kategori. Terbanyak di kelas 200 mil dan 100 mil. Juga ada di kategori tambahan/penggembira seperti XL (350 mil), 50 mil, dan 25 mil. 

Ratusan pembalap profesional dan top dunia ikut berlaga. Tahun ini, di kategori 100 mil, ada juara dunia road tiga kali, Peter Sagan.

Pada hari Sabtu, 4 Juni ini, rombongan 200 mil berangkat pukul 06.00 pagi, diberi waktu 21 jam (hingga Minggu dini hari pukul 03.00) untuk menuntaskan rute. Kemudian, kelompok 100 mil start pukul 07.00 pagi. Disusul pukul 09.00 untuk kelompok jarak pendek. Kelompok XL berangkat sehari sebelum (Jumat) pukul 15.00 dan diberi waktu 36 jam.

Prediksi cuaca terakhir, weekend ini tidak akan sepanas tahun lalu. Jauh lebih "nyaman" di kisaran 25 derajat Celcius (tahun lalu mencapai 35 derajat Celcius). Namun, tantangan tahun ini adalah hujan dan angin. Bahkan, kemungkinannya 60 persen hujan. Ini membuat semua peserta harus memikirkan perlengkapan yang bisa beda dengan tahun lalu.

Angin kencang itulah yang dirasakan rombongan Indonesia yang didukung Mainsepeda.com dan Herba Mojo, Senin lalu (30 Mei) saat menjajal rute di sekitar Emporia.

Johnny Ray foto di downtown Kota Lawrence di tengah sesi latihan pada Rabu kemarin

Rabu kemarin (1 Juni), rombongan melanjutkan latihan di rute gravel di sekitar Kota Lawrence, kota lebih besar di utara Emporia. Karakter kerikil dan naik-turun bukitnya masih serupa, tapi cuaca lebih baik sehingga bisa latihan lebih efektif.

Mayoritas menjajal rute latihan yang dirancang oleh Rebecca Rusch, mantan juara Unbound 200 mil dua kali, Unbound 100 sekali, dan Unbound XL sekali, sekaligus juara dunia MTB dan endurance tujuh kali. Satu putarannya 31 km, dan rombongan melahapnya dua putaran dengan intensitas cukup tinggi.

John Boemihardjo dan Edo Bawono, yang mengejar target finis "Beat The Sun" (mengalahkan matahari terbenam di bawah 15 jam), menambah porsi latihan hingga total 120 km.

Pada Jumat pagi (3 Juni), sehari sebelum event, semua akan ikut latihan pemanasan terakhir yang diorganisir oleh panitia di Emporia. (azrul ananda)

Baca Juga: Update Perjalanan Tim Mainsepeda Menaklukkan Unbound Gravel 2022 

Baca Juga: Begini Cara Mendapatkan Foto dan Sertifikat Digital Bromo KOM

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 88

Foto: Dokumentasi Azrul Ananda, Bobby Thompson (@bobbyd_thompson )


COMMENTS