Kolom Sehat: Sh*t Happens


Sedikit melihat ke masa yang lalu, sebuah film lama yang tayang perdana pada 1994 berjudul "Forest Gump". Dibintangi Tom Hanks dan Gary Sinise. Melalui film inilah saya mulai mengenal frase slang sh*t happens (SH). Jargon yang ingin mengatakan bahwa keadaan yang tidak diinginkan itu akan terjadi dalam hidup kita, meski kita sudah berusaha menghindarinya. Kita juga tidak pernah tahu kapan tepatnya akan terjadi, tapi tetap akan terjadi.

Penggemar olahraga sepeda pasti mengenal Egan Bernal. Kalau belum, saya akan bantu kenalkan. Paling tidak saya akan memperkenalkan prestasinya terlebih dulu. Ia adalah salah satu pemenang General Classification (GC) termuda di Tour de France. Bernal melakukannya pada 2019 lalu ketika masih berusia 21 tahun. Tahun lalu ia menjuarai Giro d'Italia.

Prestasi yang luar biasa untuk atlet muda. Apalagi timnya, Ineos Grenadiers, mendukung Bernal dengan sepeda "sexy" penuh lekukan Dogma F untuk musim 2022. Sepeda yang sangat populer di kalangan cyclist. Sayang seribu sayang, pada 24 Januari lalu Bernal terlibat kecelakaan. Mengendarai sepeda time trial, ia menabrak bus yang sedang berhenti di halte untuk menurunkan penumpang. Paling tidak Bernal menjalani operasi untuk femur dan patela dan juga untuk tulang belakangnya. Sh*t happens.

Penggemar, pengamat, dan para pehobi sepeda seperti saya sangat menyayangkan hal ini. Saya bukan fans Bernal, tetapi sekarang awan kelabu sedang menyelimuti masa depannya. Saya turut sedih dan tidak bisa berkata-kata membahas masa depannya. Hanya bisa berharap yang terbaik untuknya. Bagaimana tidak, kaki patah saja perlu recovery yang berat. Apalagi ini dikombinasi dengan tulang belakang yang patah. Ketika sadar, Bernal berkata jika ia nyaris mati ketika melakukan apa yang ia senangi dalam hidup.

Egan Bernal kini menjalani perawatan intensif di salah satu rumah sakit di Kolombia

Kalau saya pikir, bagaimana mungkin seseorang sekaliber Bernal bisa menabrak bus yang sedang berhenti di halte? Bernal kan bukan anak kemarin sore. Bukan pesepeda tas-tasan (baru belajar). Bernal adalah juara dua Grand Tour. Reflek dan fisiknya tentu sangat baik dibandingkan sebagian besar pesepeda. Tapi tetap saja musibah itu terjadi. Semoga para doktar bisa merawat dan mengembalikan Bernal seperti sedia kala.

Tiga hari setelah kecelakaan Bernal, giliran saya yang celaka. Tidak separah Bernal, tapi mungkin yang terparah dalam sejarah saya mendapat musibah. Saya tidak semahir Bernal, tapi saya cukup hati-hati bersepeda di mana saja. Meski hanya nge-loop di perumahan, Speed juga masih sopan, hanya kurang beruntung. Kesadaran saya sempat hilang. Untung ada Bang Berry dan Jimmy yang menolong saya. Saya ucapkan terima kasih untuk semua yang menolong. Sebab saya tahu bukan hanya Bang Berry dan Jimmy saja. Tetapi karena saya blank, saya tidak bisa mengingat satu per satu.

Melalui tulisan ini saya ingin mengucapkan terima kasih bagi yang memberikan dukungan baik lewat media sosial maupun secara lansung. Support para netizen dan teman-teman sungguh luar biasa. Terima kasih. Seperti yang saya dan Om Aza sampaikan, jangan lupa pakai helm. Apabila tidak memakai helm kala itu, mungkin saya sudah tidak mampu menulis tulisan ini. Sebagai catatan tambahan, saya terhantam di bagian kepala belakang dan luka sangat minor di bagian tubuh lain. Sh*t happens. (johnny ray)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray episode 72

Foto: @motretsport, Ineos Grenadiers


COMMENTS