Kolom Sehat: Fotografer Cyclist

Apa yang membuat seorang cyclist itu bangga akan hobinya? Biasanya yang membuat bangga adalah rutenya. Misal, pesepeda di Surabaya akan bangga kalau sudah bisa nanjak ke Hotel Surya di daerah Tretes. Tempat ini memang terkenal tanjakannya lumayan tinggi.

Kalau orang Jawa Tengah mungkin akan bangga kalau sudah ke daerah Cemoro Sewu. Entah ditempuh dari Solo atau Madiun. Dua jalur ini sama-sama tinggi elevasinya. Meski katanya ada perbedaan gradien. Saya sendiri baru mencoba nanjak dari Tawangmangu. Dari arah satunya malah belum pernah.

Kenapa membanggakan. Karena rutenya memang gila, sadis, bahkan tidak masuk akal. "Yang naik mobil aja lho bisa terbakar kampas koplingnya. Sebab jalannya terlalu menukik," begitu komentar yang sering kali muncul.

Namun yang jadi pertanyaan ketika sampai finis apa yang bisa menjadi bukti bahwa kita telah gowes ke sana? Cyclist yang semi-atlet pasti akan menilik ke bike computer untuk melihat waktu pencapaiannya. Waktu ini yang akan dipamerkannya.

Kalau saya ini ya malas pamer itu. Sebab secepat-cepatnya, ya paling segitu saja.

Tapi tetap harus ada yang bukti bahwa saya pernah mencapai tempat itu. Sebagai pembuktiannya tentu foto yang bagus wajib hukumnya. Pose favorit saya adalah berdiri di samping sepeda, atau yang sepedanya di depan.

Pada mulanya skema yang saya lakukan seperti itu. Tapi, tidak semua rute bersepeda memiliki tempat finis yang ikonik. Contohnya rute dalam kota (dalkot) di Jakarta.

Di sana sebenarnya ada spot foto di Jembatan Kuningan. Tapi kan tidak mungkin saya berhenti di sana sekedar untuk foto. Nah, di sinilah peran seorang fotografer dibutuhkan. Biasanya merekalah yang akan stand by dan siap mengambil momen terbaik para pesepeda yang melintas di sana.

Kalau di Surabaya, salah satu tempat bersepeda dalam kota favorit para cyclist ada di kompleks perumahan Citraland. Lokasinya memutari sekitar Universitas Ciputra. Orang mengenalnya dengan UC, atau Yusi. Sekali loop sekitar lima kilometer.

Nah di sana belakangan ini sering banyak fotografer. Apalagi UC loop memang memiliki spot-spot bagus untuk difoto. Saya lihat kadang ada seorang fotografer berpindah dari satu spot ke spot lainnya untuk memotret cyclist. Para cyclist pun pasti kreatif mencari gaya masing-masing untuk difoto.

Bahkan tak jarang ada beberapa komunitas yang launching jersey di lokasi loop ini. Lantaran pandemi mengharuskan orang tidak berkerumun, maka launching jersey pun cukup dengan foto bersama-sama bersepeda.

Banyak fotografer sepeda yang selama ini cukup intens di sana. Saya mengenal beberapa.

Mungkin yang paling awal memulai adalah Om Dewo Pratomo (@dewopratomo). Om Dewo memang sudah lama mengabadikan aksi para pesepeda. Sebelum pandemi ini terjadi, beliau sering keliling untuk memotret event-event sepeda.

Ada juga dua orang anak yang baru akil balik. Namanya si Jong (@shotsby_jong) dan Bams (@bamsutjipto). Mereka berdua rupanya mengisi waktu kosong dengan hunting foto karena sekolah tidak kunjung masuk. Tapi kalau pas ada kelas online, mereka ya sering segera buru-buru pulang.

Ada juga Om Aprian (@ra_watermark) dan Om Anank (@anankiswahyudi). Mereka goweser yang suka hunting foto juga. Selain nama-nama di atas, juga ada Surabaya Sport Photographer (@motretsport). Masih banyak lagi sebenarnya. Tapi saya tak dapat menyebutkan semuanya karena saya tidak hafal satu per satu.

Saya mewakili cyclist ingin mengucapkan banyak terima kasih pada para fotografer. Sebab karena merekalah kami jadi punya dokumentasi gowes. Karena kami terlalu sibuk mengayuh, meninggalkan atau ditinggalkan teman, jadi seringkali kami tak mungkin memfoto diri sendiri. 

Momen kami bersepeda, walau sama rutenya, tapi ceritanya akan selalu berbeda dalam jepretan mereka.

Peran fotografer seperti ini membuat hobi bersepeda ini bisa diabadikan, dibicarakan, dan dikenang.

Sekali lagi terima kasih. Pesan saya hanya satu. Kalau saya tertinggal, fotonya tolong diblur saja. Wkwkwk.(johnny ray)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 31

Foto: Dewo Pratomo, Anank Iswahyudi


COMMENTS