Tour de France 2019: Mampukah Julian Alaphilippe Akhiri Paceklik Prancis?

Calon juara betulan, atau sekadar kebetulan terus mempertahankan yellow jersey? Pertanyaan itu terus diberikan untuk Julian Alaphilippe. Bintang Deceuninck-QuickStep itu benar-benar mengejutkan di Tour de France 2019.

Sebelum lomba, namanya sama sekali tidak masuk hitungan sebagai calon juara overall. Sekarang, dia telah memenangi dua etape, dan memimpin general classification (GC) secara meyakinkan.

Mampukah dia terus mempertahankannya hingga Paris, 28 Juli nanti? Mampukah dia menjadi pembalap Prancis pertama yang memenangi Tour de France dalam 34 tahun?

Sulit dipercaya, sudah begitu lama tidak ada pembalap tuan rumah yang menang. Yang terakhir adalah Bernard Hinault pada 1985!

Selama berhari-hari, setiap kali ditanya soal sukses dan peluang, Alaphilippe sendiri merasa tidak yakin. Dia selalu bilang bahwa semua yang dia raih di Tour de France 2019 adalah “bonus.”

Ya, tahun lalu dia menang dua etape gunung dan meraih jersey polkadot. Tapi orang tetap tidak melihatnya sebagai seorang pembalap GC. Bukan sebagai climber murni. Dia lebih menjadi puncheur yang punya kemampuan climbing.

Tahun ini, Alaphilippe benar-benar di luar dugaan. Dia menang Etape 3, sebuah etape rolling/sprint. Jadi belum membuat para unggulan GC khawatir. Tapi dia terus mampu mempertahankan yellow jersey, termasuk di etape yang ada tanjakannya.

Yang paling menakjubkan, Alaphilippe memenangi etape time trial, Etape 13. Mengalahkan para spesialis TT, juga sang juara bertahan Geraint Thomas dari Team Ineos.

Setelah kemenangan TT itu, keraguan masih muncul. Mampukah Alaphilippe bertahan melawan para unggulan GC di pegunungan tinggi? Etape 14 Sabtu lalu (20 Juli) adalah jawabannya. Di puncak Col du Tourmalet yang legendaris, Alaphilippe menunjukkan kalau dia mampu. Dan Alaphilippe sangat mampu mengalahkan para unggulan GC!

Julian Alaphilippe bersama Presiden Prancis, Emmanuel Macron di panggung Etape 14 Tourmalet (Sabtu, 20/7). 

Usai finis kedua di etape itu, di saat banyak nama besar rontok, Alaphilippe pun resmi jadi unggulan juara overall di Tour de France 2019. Sekarang, para pesaing tidak boleh lagi meremehkan kemampuan pembalap 27 tahun tersebut.

Menariknya, Alaphilippe sendiri masih belum yakin. “Saya masih belum tahu. Saya akan mencoba mempertahankan yellow jersey ini selama mungkin. Menghadapi lomba ini hari demi hari,” tuturnya.

Julian Alaphilippe bersama Bernard Hinault.

Nah, seperti apa kansnya?

Melihat performanya, secara individual Alaphilippe jelas sangat mampu bersaing dengan yang terbaik di segala medan. Tidak ada rute atau tanjakan yang bisa merontokkannya sekarang.

Masalahnya, Deceuninck-QuickStep mungkin tidak siap untuk menyokongnya. Mereka memasuki Tour de France ini dengan rencana “serabutan.” Ada senjata sprint (Elia Viviani), senjata segala medan (Alaphilippe), dan posisi GC sebaik mungkin (Enric Mas).

Sudah bukan rahasia, butuh tim yang kuat untuk membantu unggulan jadi juara. Dengan banyak etape gunung tersisa sebelum Paris, praktis Alaphilippe hanya bisa mengandalkan Enric Mas.

Padahal, lawan-lawannya punya kereta kuat. Dan itu kelihatan di Tourmalet.

Team Ineos (Team Sky) memang tidak sekuat dulu, tapi mereka masih punya dua senjata kuat, Geraint Thomas dan Egan Bernal. Movistar tampak punya kereta “kejam,” sampai-sampai kaptennya sendiri rontok (Nairo Quintana). Jumbo-Visma adalah ancaman serius, punya kereta untuk “menarik” Steven Kruijswijk. Bahkan Groupama-FDJ punya David Gaudu untuk mendukung Thibaut Pinot.

Team Ineos - Egan Bernal (kiri) dan Geraint Thomas (kanan).

Dan tim-tim itu sekarang sudah tahu untuk tidak meremehkan Alaphilippe. Bahkan, ada kemungkinan mereka akan kongkalikong untuk merontokkan Alaphilippe. Mengingat selisih waktu di belakang Alaphilippe tergolong ketat.

Sudah bisa dipastikan, tim-tim itu akan merancang strategi khusus. Bukan hanya untuk merontokkan Alaphilippe, tapi juga untuk meraih kemenangan overall begitu lomba mencapai Paris.

“Kesimpulan (setelah Tourmalet)? Kita melihat bahwa sang leader (Alaphilippe) lebih kuat dari yang dibayangkan. Bahwa Ineos tidak sekuat biasanya, dan Steven Kruijswijk dan Thibaut Pinot sama-sama bisa menjadi juara Tour de France,” ucap Eusebio Unzue, bos Movistar.

Dengan peta kekuatan seperti ini, semakin tak sabar menyaksikan etape demi etape berlalu di Tour de France 2019 ini. Kalau Alaphilippe sampai berhasil mempertahankan yellow hingga Paris, bisa dipastikan itu akan menjadi pesta terbesar di Prancis entah sejak kapan! (mainsepeda)

Julian Alaphilippe jadi cover koran lokal setelah memenangi etape Time Trial, Jumat (19/7).

 Foto: Getty Images dan Bettini Photo


COMMENTS