Preview Giro d’Italia 2019 (2) – Beban Berat Pemakai Pink Pertama

Grande partenza (start) Giro d’Italia 2019 diselenggarakan Sabtu ini, 11 Mei, di Bologna. Acara presentasi tim yang spektakuler sudah berlangsung Kamis, 9 Mei, di Piazza Maggiore. Para unggulan mendapat sorotan khusus. Di mata pengamat, ada empat nama yang menjadi kandidat utama juara: Primoz Roglic, Vincenzo Nibali, Tom Dumoulin, dan Simon Yates.

Roglic (Jumbo-Visma) merupakan pembalap paling hot sekarang, telah memenangi semua lomba yang dia ikuti sejak awal tahun. Climbing solid, time trial (TT) makin kuat.

Primoz Roglic (Jumbo-Visma) (kanan).

Nibali (Bahrain-Merida) adalah jagoan tuan rumah. Di usia menuju 35 tahun, punya kans jadi juara tertua dalam sejarah Giro d’Italia. Mungkin agak lemah di TT, tapi soal pengalaman dan keberanian attack mungkin paling mantap. Ingat, dia sudah dua kali menang Giro.

Vincenzo Nibali (Bahrain-Merida).

Tom Dumoulin (Team Sunweb) juga pernah juara Giro pada 2017. Bukan climber terbaik, tapi ketahanan hebat dan TT luar biasa. Khususnya TT yang ada menanjaknya, dan tahun ini ada tiga etape seperti itu.

Bahkan, bukan tidak mungkin Dumoulin bakal jadi pemakai pink jersey pertama usai etape TT pembuka. Dia dan tim pun bersiap menghadapi itu.

“Ada kemungkinan saya akan memakai maglia rosa (pink jersey) kalau kaki saya dalam kondisi tepat. Tapi saya tidak mau memikirkan apa yang akan saya lakukan kalau berhasil memenangi TT pembuka. Ini adalah TT yang indah untuk memulai lomba. Saya suka finis menanjak seperti ini,” kata pembalap Belanda bertinggi badan 186 cm itu.

Ya, kalau memakai pink duluan, tanggung jawabnya memang besar. Timnya harus mau kerja keras di depan peloton, melindungi sang pemimpin lomba. Tahun ini, itu berarti harus kerja keras lama. Karena etape-etape menanjak belum terjadi hingga pekan kedua, Etape 13. Plus, banyak etape di awal Giro jaraknya panjang-panjang, lebih dari 200 km.

Ada kekhawatiran, Dumoulin dan “pasukan pembantu” sudah kehabisan energi ketika harus membantu bertarung di etape-etape tanjakan di akhir Giro!

Silakan tanya ke Simon Yates (Mitchelton-Scott), yang tahun lalu mendominasi dua pekan pertama Giro. Pembalap Inggris itu begitu perkasa, memenangi tiga etape, dan selalu agresif di tanjakan.

Simon Yates (Mitchelton-Scott) (kanan).

Hasilnya? Pada Etape 18 tahun lalu, Yates “kolaps.” Benar-benar “habis.” Chris Froome (Team Sky) melarikan diri dan mencuri juara. Dumoulin finis kedua.

Mungkin ada baiknya, tidak perlu terlalu menunjukkan hidung di pekan pertama. Supaya bisa habis-habisan di pekan penutup.

Yates, tahun ini, akan mencoba untuk lebih bersabar. Dia merasa punya unfinished business, sangat berambisi jadi juara. “Kami begitu dekat dengan juara tahun lalu. Jadi saya sangat termotivasi untuk mencoba lagi, datang ke sini dalam kondisi sebaik mungkin,” katanya. “Saya suka membalap secara agresif, tapi kita sayangnya kita tak boleh selalu begitu. Itu pelajaran saya dari tahun lalu. Saya akan menerapkan pengalaman itu dan semoga bisa meraih kemenangan,” tandasnya.

Di belakang empat unggulan utama ini, ada sejumlah climber yang berharap bisa meraih glory. Para kuda hitam ini rata-rata punya kelemahan di TT, jadi mereka inilah yang akan tampil paling agresif di tanjakan-tanjakan.

Mereka adalah Miguel Angel Lopez (Astana), Mikel Landa (Movistar), dan Rafal Majka (Bora-Hansgrohe). Jangan lupa pula Ilnur Zakarin (Katusha-Alpecin), yang sebenarnya jago TT tapi juga dikenal sangat tidak konsisten di tanjakan. (mainsepeda/bersambung)

 

 

 


COMMENTS