John Boemihardjo sudah tiba di Inggris lima hari sebelum start London-Edinburgh-London (LEL), 3 Agustus ini. Co-founder Wdnsdy Bike itu pun memaksimalkan waktunya untuk beradaptasi dengan cuaca. Sambil terus mempelajari rute dan perlengkapan untuk event bersepeda 1.500 km tersebut.

Cuaca memang jadi faktor kunci. "Panitia LEL selalu mengingatkan bahwa cuaca di UK (United Kingdom, Red) tidak bisa ditebak. Perkiraan cuaca pun sering keliru", ungkap John.

John telah tiba di London lebih awal untuk aklimatisasi cuaca di sana.

Cyclist 45 tahun itu menegaskan, cuaca adalah kendala yang paling dia khawatirkan. Apalagi nanti saat mencapai perbatasan Skotlandia, juga saat bersepeda di malam hari. Itu membuatnya semakin galau memikirkan kombinasi pakaian hangat yang harus dibawa. "Belum lagi angin dan hujan", tambahnya.

John memang benar-benar ingin turun "seminimalis" mungkin di event empat tahunan ini. Setelan sepeda Wdnsdy AJ5-nya sudah dibuat sedemikian rupa, untuk meminimalisasi bobot. Bagi John, bawaan bertambah sama dengan berat bertambah, dan itu sama dengan kecepatan berkurang.

Baca Juga: John Boemihardjo: Sepeda Minimalis untuk London-Edinburgh-London 1.500 Km!

Finisher lima besar Bentang Jawa 2024 itu berharap bisa finish di bawah 100 jam di LEL tahun ini. Bahkan, kalau memungkinkan, di bawah 90 jam. Meskipun cut off time LEL adalah 128 jam, bahkan ada tambahan lebih bagi kelompok yang start di kota London --lebih jauh-- seperti John.

"Saya harus menemukan kombinasi layering baju yang tepat agar tetap hangat dan kering. Serta menemukan keseimbangan asupan waktu riding", tuturnya.

John mengingatkan pada kata-kata partnernya di Wdnsdy Bike, yang juga founder Mainsepeda, Azrul Ananda: "Nasib baik akan muncul sebagai hasil dari persiapan yang matang."

Dalam hari-hari menjelang start, John menyempatkan diri bersepeda di sekitar Kota London. Mengunjungi situs-situs turis kondang, sekaligus menjajal rute tanjakan paling populer di dekat kota tersebut. Yaitu Box Hill, yang pernah dipakai saat Olimpiade London 2012 dan dikenal penghobi lewat rute virtual di aplikasi Zwift. "Ternyata lebih berat di Zwift daripada di aslinya", kata John tentang tanjakan sekitar 3,5 km tersebut.

John menjajal rute tanjakan populer di London, yaitu Box Hill.

London-Edinburgh-London merupakan event sepeda paling menantang di Inggris Raya, serta salah satu event ultra cycling paling kondang di dunia. Diselenggarakan setiap empat tahun, event tahun ini menyediakan rute 1.538 km dengan total menanjak 13.442 m. Mereka yang memulai di kota London akan menempuh jarak lebih jauh, tepatnya 1.558 km dan menanjak 13.750 m.

Baca Juga: Kolom Sehat: Sebelum Bentang Jawa 2025

Bila sukses, ini akan melengkapi koleksi pencapaian hebat John Boemihardjo. Pada 2021, dia menjadi orang Indonesia pertama yang menuntaskan Unbound Gravel 200. Setahun kemudian, dia menjadi orang Indonesia pertama menyelesaikan event itu sebelum matahari terbenam (Beat The Sun), menempuh jarak 320 km di bawah 13 jam dan 30 menit.

Dan tentu saja, dia sudah pernah memenangi East Java Journey 1.200 km dan finish lima besar di Bentang Jawa 2024. (mainsepeda)

Populer

Tour de Banyuwangi Ijen 2025, Etape 4: Fenomenal! Cyclist Tertua Rebut Juara Umum
London-Edinburgh-London: John Boemihardjo Target Finish di Bawah 100 Jam
Kolom Sehat: Sebelum Bentang Jawa 2025
Tour de France 2025: Empat Kali Juara, Pogacar Ancam Rekor Para Legenda!
John Boemihardjo: Sepeda Minimalis untuk London-Edinburgh-London 1.500 Km!
Tips Setting Rantai Hub Gear dan Lepas Roda Belakang Brompton
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Kolom Sehat: Remco dan MVDP Menolak Punah 
Kenapa Harus Pakai Clipless Pedal (Tips Memakai dan Memilih Pedal)
Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal