Ungkapan Veni, Vidi, Vici oleh Julius Caesar, sang jenderal Romawi, sangat populer. Sebuah frase ikonik yang sederhana, tapi penuh makna. Menggambarkan kemenangan besar Caesar pada pertempuran Zela melawan Pharnaces II dari Pontus.
Dalam bahasa Indonesia, diterjemahkan sebagai 'saya datang, saya melihat, dan saya menduduki'. Dalam konteks hari ini, ungkapan tersebut menggambarkan pencapaian yang cepat, efektif, dan sukses.
Konotasi nyata dari Veni, Vidi, Vici juga bisa ditemukan di Antangin Bromo KOM 2025 yang telah digelar Sabtu, 17 Mei. Puluhan cyclist asing datang ke Surabaya, berasal dari 18 negara berbeda untuk meramaikan event nanjak terbesar di Indonesia itu. Beberapa di antaranya bahkan mampu menaklukan Wonokitri sebagai pemenang kategori.
Baca Juga: Antangin Bromo KOM 2025, Men Kategori: Rekor Tercepat dan Kocok Ulang di Kategori Usia
Pengendara sepeda asal Inggris Raya, Daniel Smith, keluar sebagai pemenang di kelas Pria Usia 50-54. Ia finis terdepan mengalahkan dua pebalap sepeda nasional, Kahono dan Dwi Ratsongko.
"Ini balapan yang luar biasa, saya bersaing dengan seseorang dari kilometer ke-15 dan kami berjalan bersama. Tapi dia sedikit mengalami masalah, dan saya membayar semuanya," kata Smith.
Persaingan merebut gelar KOM versi Smith ini mungkin tidak membayangkan kemenangan Caesar di Pontus. Ia mengaku ini menjadi balapan terberat, sekaligus terbaik baginya.
"Ini balapan terbaik yang pernah saya rasakan karena jaraknya sangat tipis, dia adalah pengendara sepeda yang sangat baik," imbuhnya.
Smith sudah dua kali mengikuti Bromo KOM. Namun, momen perdananya sudah satu dasawarsa lalu. Ia pun mengaku lupa bagaimana impresinya mengikuti Bromo KOM saat itu. Walhasil, Antangin Bromo KOM 2025 bak pengalaman baru baginya.
Cheam Dow Wei memenangkan kompetisi di kategori Pria Usia 40-44.
Selain Smith, pebalap sepeda asal Malaysia, Cheam Dow Wei, juga sukses membawa pulang trofi Antangin Bromo KOM 2025. Hebatnya dia baru pertama kali menanjak ke Wonokitri. Dow Wei sendiri turun dalam kategori Pria Usia 40-44.
Pesepeda 43 tahun ini sering mengikuti event balapan road race, seperti Tour of Eastern Taiwan 2025, Jeju Road Cycling Competition, dan masih banyak lainnya. Namun, Bromo KOM diakuinya sebagai yang tersulit.
"Ini pertama kali saya bertanding di Indonesia. Saya telah bersaing di banyak event, tapi ini sulit. Kualitasnya tidak main-main, tanjakannya sangat menyulitkan," kata Dow Wei usai menerima penghargaan juara Antangin Bromo KOM 2025 di Pendopo Wonokitri, Pasuruan.
Baca Juga: Antangin Bromo KOM 2025, Wanita Kategori: Didominasi Ratu Tanjakan Baru
Kesan positif yang dirasakan Dow Wei semakin tinggi karena penyelenggaraan Antangin Bromo KOM 2025 dinilai sangat baik. Hal lain yang paling berkesan adalah piala yang diterimanya.
"Dan lihat hadiahnya ini, sebuah trofi yang artistik dari Indonesia. Membutuhkan usaha untuk membuatnya dan ini hadiah paling cantik yang pernah saya terima," imbuhnya.
Selain Smith dan Dow Wei, beberapa pebalap sepeda mancanegara juga mampu naik podium. Di kelas Pria Usia 55-59, terdapat Jeffrey Peter Payne dan Emmanuel Christophe yang masing-masing menempati peringkat kedua dan ketiga. Mereka kalah bersaing dari Sadiman, juara Mainsepeda Trilogy 2024, yang tahun ini naik kelas kelompok umur.
"Saya pikir tahun ini persaingan lebih tinggi. Saya kesulitan meraih podium, tapi mencatat waktu lebih baik," kata Emmanuel.
Di nomor Women, pebalap sepeda Brasil Bianca Fernandes Macron masuk podium untuk kategori usia 35-39. Ini kali kedua bagi Bianca untuk mengikuti event-event Mainsepeda. Sebelumnya, ia mengikuti balapan Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM pada tahun lalu.
Terlepas dari keberhasilan beberapa nama tersebut, pebalap sepeda Mancanegara menambah warna Antangin Bromo KOM 2025. Kehadiran mereka menunjukkan level Bromo KOM yang semakin meninggi sebagai event internasional. (Mainsepeda)