Preview Rute EJJ 2024 1.500 Km, Start ke CP1: Siap-Siap Nanjak Paling Banyak

Tim Mainsepeda sudah menuntaskan cek terakhir kondisi jalan yang akan dilalui dalam East Java Journey 2024. Sepanjang Sabtu sampai Selasa (17-20 Februari) tim Mainsepeda menyusuri seluruh jalan yang akan dilalui pada event yang diselenggarakan pada 26 Februari sampai 3 Maret tersebut. Baik kategori 1.500 km maupun 600 km.

Secara umum kondisi jalan baik. Ada sedikit yang kurang baik. Dari cek rute itu, panitia bisa memberikan panduan ruas jalan mana yang harus diwaspadai.

”Misalnya perjalanan dari Lumajang menuju Pronojiwo, di sekitaran jembatan Besuk Kobokan ada peringatan dari pemda setempat bahwa kawasan itu rawan longsor, jadi peserta EJJ dimohon lebih waspada di sana,” kata Donny Rahardian dari Mainsepeda.

EJJ kategori 1.500 Km akan menyiapkan tiga check point (CP). CP1 akan ada di kawasan Gunung Ijen, Banyuwangi, tepatnya di ujung rute menanjak di Paltuding (km 430). CP2 akan ditempatkan di Istana Gebang di Blitar (km 863), ini adalah bangunan bersejarah yang dulu merupakan tempat tinggal Bung Karno di masa muda. CP3 akan ditempatkan Pahlawan Street Centre (km 1.155) yang berada di pusat Kota Madiun.

Karena rute yang panjang, Mainsepeda akan membagi preview rute EJJ kategori 1.500 km menjadi tiga bagian. Masing-masing dari start di Surabaya menuju CP1, dari CP1 menuju CP2, dan dari CP2 menuju CP3 sampai finis. Tulisan ini akan mengulas lebih dulu preview rute dari start menuju CP1.

Start akan dilakukan di Surabaya Town Square (Sutos), para peserta akan gowes ke arah selatan. Setelah melewati Pandaan, sejak awal para peserta EJJ akan dihadapkan tanjakan lumayan berat. Setidaknya ada dua kawasan gunung.

”Setelah gowes dari Surabaya menuju Pandaan, para peserta akan mulai nanjak, paling berat di Tirto Wening yang masuk kawasan Gunung Penanggungan. Gradient di sini bisa di atas 20 persen,” ungkap Donny.


Salah satu spot di Tirto Wening yang masuk kawasan Gunung Penanggungan.

Tidak hanya satu kawasan gunung, di awal rute, ada satu kawasan gunung lagi yang harus ditaklukkan. Yaitu di kawasan Nongkojajar menuju Tutur yang ada di sekitaran Gunung Bromo. Tanjakan di sana memiliki kemiringan mendekati 20 persen.

”Penting untuk mengatur strategi melewati dua tanjakan berat di awal, meski setelah itu turun, dan jalur mayoritas flat, cuaca akan cukup panas karena melewati jalur pantura, dari Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, sampai Banyuwangi,” papar Donny. ”Sepanjang jalur pantura, cyclist harus mewaspadai kondisi jalan yang bergelombang dan berlubang, juga lalu lintas yang ramai dengan kendaraan besar,” imbuhnya.

Sebelum masuk Banyuwangi, para cyclist akan masuk kawasan Taman Nasional Baluran. Jalanan di sini cukup mulus, juga pemandangan yang indah. Sebelum itu, ada PLTU Paiton yang jika melewatinya di malam hari, tebaran ribuan lampu di pembangkit listrik terbesar itu pemandangannya sangat menarik.

Rute sepanjang Baluran rolling halus. Masuk Banyuwangi rute mayoritas flat. Lalu, menuju CP1 yang ada di Paltuding, para peserta akan kembali ditantang oleh tanjakan yang lebih berat lagi. Sepanjang 40 km, dari Desa Macan Putih menuju Paltuding, mereka harus nanjak. Bahkan, di beberapa titik kemiringan di atas 30 persen!

Di ujung tanjakan panjang itulah CP1 ditempatkan. Tepatnya di Rante Homestay yang ada di kilometer 430. Di sana para peserta harus scan barcode yang sudah disiapkan. Scan hanya bisa dilakukan melalui Mainsepeda App yang sudah dimiliki seluruh peserta. Karena sejak pendaftaran, mereka memang hanya bisa register melalui Mainsepeda App yang sudah terverifikasi.

Di CP1 disiapkan makanan dan minuman. Juga fisioterapis dan mekanik.

Total, kategori 1.500 km akan nanjak elevation gain 14.000 ++ meter. Sebanyak 4.940 meter, hampir 5.000 meter,  di antaranya akan dilalui dari start menuju CP1. Elevation gain dari CP1 menuju CP2 sebesar 4.510 meter. Dari CP2 menuju CP3 elevation gain 2.950 meter. Dan dari CP3 menuju finis di Sutos elevation gain 1.780 meter.

”Bagian terberat, dalam hal ini tanjakan, memang dari start menuju CP1, namun rute selanjutnya juga menantang karena ada segmen gravel, kawasan berangin kencang dan panas di pinggir laut, juga masih ada tanjakan yang cukup berat,” tutup Doni.

East Java Journey adalah event ultra cycling yang diselenggarakan Mainsepeda. Tahun ini memasuki edisi kedua, dengan jarak yang lebih jauh. Kategori 1.500 km bersifat kompetitif, ada juara dan hadiah untuk yang finis tiga besar. Serta trofi finisher untuk yang finis sebelum COT pada Minggu malam (3/3) pukul 21.00 WIB. Sedangkan kategori 600 km bersifat non kompetitif, yang finis sebelum COT mendapatkan trofi finisher.(mainsepeda)


COMMENTS