Kediri Dholo KOM 2023 - Ada Prancis, Spanyol, dan San Francisco


Cyclist dari AASoS melewati Bandara Dhoho, Kediri, saat tes rute Minggu, 27 Agustus 2023

Event penutup East Java Trilogy, Kediri Dholo KOM Challenge 2023, bakal memberi kesan yang unik bagi peserta. Bahkan saya pun ikut takjub sendiri dengan rute yang disiapkan teman-teman Mainsepeda.com. Khususnya bagian awal, saat rute keliling Kabupaten Kediri, melewati beberapa proyek pembangunan terbaru. Bandara Dhoho yang sedang dibangun punya pemandangan kelas dunia!

Tahun ini merupakan penyelenggaraan tahun ketiga Kediri Dholo KOM. Beda dengan dua sebelumnya, kali ini event berlangsung hanya satu hari. Tidak lagi gowes dari Surabaya, menginap, baru menanjak. Kali ini start, keliling, dan finis semua di Kediri. Semua pada hari Minggu, 24 September, mendatang.

Karena banyak kawasan yang akan dilewati dalam proses pembangunan atau penyelesaian, Mainsepeda.com bersama Pemerintah Kabupaten Kediri akan terus berkoordinasi untuk finalisasi rutenya. Tanjakan menuju Air Terjun Dholo sebagai lokasi lomba KOM (King of the Mountain) masih sama, tapi rute keliling menuju ke sananya akan terus difinalisasi.

Pada Minggu, 27 Agustus, saya dan teman-teman road captain (RC) dari Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS), Kediri, dan sekitarnya telah menjajal salah satu rute yang disiapkan tersebut. Panjangnya 80 km, terbagi dalam dua bagian. Pada 53 km pertama, kami keliling kawasan Kediri melintasi kawasan wisata dan proyek-proyek pembangunan barunya yang spektakuler.

Baru pada 27 km terakhir ada perjalanan menuju KOM Start dan --tentunya-- menu utama menanjak ke Dholo via Mojo. Menanjak sekitar 1.300 meter pada 17.5 km segmen KOM terakhir.

Rute start dari Kantor Kabupaten Kediri. Hanya dalam 2 km, peserta sudah melewati Simpang Lima Gumul alias Arc du Triomphe-nya Kediri. Sedikit rasa Paris tersaji.


Cyclist dari AASoS saat melewati Simpang Lima Gumul, Arc du Triomphe-nya Kediri, dalam tes rute Minggu, 27 Agustus 2023

Kemudian peloton menuju kawasan wisata Bendungan Waruturi. Terus berlanjut ke utara, melewati proyek pembangunan stadion sepak bola baru yang namanya sedang disayembarakan untuk masyarakat. Dari situ, baru "atraksi utama" disuguhkan. Peloton melewati Bandara Dhoho yang sedang dalam proses finishing.

Waktu lewat situ, saya berbicara dengan John Boemihardjo, co-founder Wdnsdy Bike. "Rasanya seperti di Spanyol", celetuk saya. "Campuran antara Spanyol dan Prancis", timpal John.

Bandara itu dikelilingi perbukitan yang indah. Gunung Wilis juga terlihat sebagai background yang majestic. Tidak lama lagi, bandara ini akan beroperasi. Bisa pesawat besar. Jadi, untuk event tahun depan, peserta dari jauh bisa langsung terbang ke Kediri. Tidak harus ke Surabaya dulu.

Dari bandara, peloton kembali ke arah kota. Menuju pit stop di Pendapa Panjalu Jayati Kabupaten Kediri, sebelah alun-alun Kota Kediri. Peserta nantinya akan diberi waktu 30 menit di sini. Beristirahat sejenak, menikmati snack dan minuman, serta mengecek kondisi akhir sepeda sebelum menu utama.

Nanti, peserta akan dibagi menjadi dua kelompok. Men Elite, Women Elite, dan kelompok umur perempuan akan berangkat duluan. Baru di rombongan kedua seluruh kelompok umur laki-laki.

Jarak dari pendopo ke KOM Start di Mojo sekitar sepuluh kilometer. Setelah itu, silakan gas pol menuju Dholo. Tanjakannya masih sama seperti sebelumnya (lihat grafis profil tanjakan).

Bila dibandingkan dengan Bromo dan Banyuwangi Ijen, segmen KOM ke Dholo ini lebih pendek. "Hanya" 17.5 kilometer. Kemiringan rata-rata sekitar 6 persen. Semakin ke atas semakin tinggi persentasenya.

Di beberapa kilometer awal, rute masih tergolong rolling cepat dengan kemiringan 2-4 persen. Kemudian berangsur naik ke angka 7-8 persen, lalu mulai melewati bagian-bagian dengan kemiringan belasan persen.

Sekitar 10 km menuju finis, kesabaran dan ketangguhan peserta semakin ditantang. Kemiringan mulai konstan di atas 10 persen. Khususnya menjelang gerbang gapura Besuki, 4 km sebelum finis.

Setelah Besuki, tentu saja, adalah video dan foto zone utama. Hanya 800 meter dari gerbang Besuki, Anda akan melewati segmen paling fotogenik di Indonesia. Segmen Kelok 9 dengan kemiringan konstan 17 persen, yang mirip dengan Lombard Street di San Francisco. Di kanan dan kirinya penuh dengan tanaman bunga, serta tangga yang bisa jadi "tribun" bagi penonton kesengsaraan peserta.


Foto udara tanjakan Kelok 9 saat diambil gambar dalam tes rute Minggu, 27 Agustus 2023. 

Baru saja lega dari Kelok 9, Anda turun sedikit lalu disambut oleh "Gigi 1". Inilah bagian terberat tanjakan Dholo. Kemiringan maksimal 24 persen (bisa lebih kalau Anda ambil bagian sebelah dalam). Hanya sekitar 200 meter, dan banyak peserta akan lebih efisien menuntun di sini (termasuk saya saat cek rute).

Di akhir Gigi 1, rute hanya tersisa sekitar 2,5 km. Ada belasan persennya, ada turunan panjangnya. Ada datarnya. Silakan menikmati bagian akhir menuju finis ini. Apalagi kalau cuaca mendukung tidak berkabut, pemandangannya termasuk spektakuler.


Azrul Ananda melahap tanjakan Kelok 9 saat tes rute Minggu, 27 Agustus 2023. 

Hati-hati saja 500 meter sebelum finis. Kalau tidak kabut, Anda bisa melihat jembatan finis di atas sebelah kiri. Tapi sebelum belok kiri itu, Anda harus konstan menanjak dulu 17-18 persen!

Bagi peserta yang sudah mendaftar, sampai bertemu di Kediri Dholo KOM 2023, 24 September mendatang. Bagi yang belum, pendaftaran masih tersedia di Mainsepeda.com hingga 8 September nanti.

Bagi yang ikut untuk melengkapi koleksi medali Trilogi Jawa Timur, semoga sukses. Tiga medali itu merupakan tiga bagian puzzle. Kalau digabungkan akan menjadi sebuah lingkaran pencapaian yang tidak terlupakan (perihnya).(azrul ananda)


COMMENTS