Sukses di Bromo dan TIJ, dr Nur Hidajat Siap Tuntaskan Trilogi Jatim

Sepeda Helios 780 warna hitam-merah itu sudah lama tak terpakai. Terparkir di garasi. Dulu sepeda itu mengantarkan pemiliknya sampai bisa ikut kejuaraan selevel Porprov (Pekan olahraga provinsi). Sepeda itu sudah lama ditinggalkan pemiliknya yang memilih berkarier sebagai pilot.

Ketika pandemi datang, sepeda itu "dimiliki" tuannya yang baru. Namanya dr Nur Hidajat, Sp BS. Yang tak lain ayah dari pemilik lama sepeda itu.

"Ya pas pandemi itu sepeda road bike pertama yang saya pakai. Itu punya anak saya. Dia dulu memang anak sepeda, sampai pernah turun di porprov. Sekarang ia jadi pilot," kenang dr Nur, begitu ia biasa disapa.

dr Nur mengakui dirinya termasuk cyclist pandemi. Mulai aktif bersepeda ketika pandemi datang. "Sebelum pandemi sebenarnya saya sudah sepedaan. Main MTB, tapi itu juga tidak terlalu sering," katanya.

Bedanya, dr Nur dengan cyclist pandemi lainnya adalah soal konsistensi. Ia aktif bersepeda sampai saat ini. Di tengah banyak cyclist pandemi sudah mengistirahatkan sepedanya dengan berbagai alasan.

Saking aktifnya, dr Nur tahun ini menyegel semua slot event bersepeda menanjak yang dibuat Mainsepeda. Ia ikut Antangin Bromo KOM Challenge 2023. Finis strong sebelum cut off time (COT).

Kini dokter alumnus Fakultas Kedokteran (FK) Unair itu siap mengikuti Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM Challenge 2023. Juga ingin menuntaskan tantangan Trilogi Jatim di Kediri Dholo KOM Challenge 2023.

Ia juga baru saja menutaskan tantangan event ultra cycling Mainsepeda, Three Islands Journey 2023.

“Saya sebenarnya ikut event-event Mainsepeda sejak tahun lalu. Sudah ikut Trilogi Jatim 2022,” katanya.

Awalnya, dr Nur penasaran dengan Bromo KOM Challenge. Ia kemudian berhasil terdaftar sebagai peserta Bromo KOM Challenge 2022. Sayang ketika itu ia gagal finis. “Baru sampai Tosari, waktu sudah habis,” ingat dr Nur.

Gagal di Bromo KOM, dr Nur mencoba tantangan baru. Ia mengikuti Banyuwangi Ijen KOM Challenge 2022. Debut mulus! dr Nur berhasil finis under COT. Bahkan ia berada di posisi 10 besar untuk kategori Men 55-59. Ia finis posisi ke-8 dengan catatan waktu 01:55:40.

“Yang sekarang bikin penasaran di Ijen karena katanya rutenya lanjut sampai Paltuding. Tapi sepulang dari TIJ ini saya belum sempat latihan khusus untuk Ijen sih,” ungkap dr Nur.

Di 2022, harusnya dr Nur menutup rangkaian Trilogi Jatim di Kediri Dholo KOM Challenge. Sayang, pada H-1event, ia mengalami kecelakaan. Akhirnya ia urung ikut.

“Saya kalau latihan sendiri sampai Kelok 9 sudah pernah. Tapi kan rutenya lebih dari itu dan setelah Kelok 9 juga masih banyak tanjakan-tanjakan pedes,” ungkap bapak enam anak itu.

Meskipun sudah pernah ikut Bromo KOM di 2022, tapi dr Nur tetap ingin ikut lagi. Apalagi ia gagal finis saat itu. Ibarat rindu, gagal finis COT ibarat dendam yang harus dibayar tuntas.

dr Nur akhirnya mendaftar lagi Bromo KOM Challenge di 2023. Dan perjuangannya tak sia-sia. Akhirnya bisa finis under COT. Ia menyentuh gate finis tepat pukul 13:25:24. Empat menit sebelum COT.           

dr Nur mengaku perjuangannya bisa finis under COT di Antangin Bromo KOM Challenge 2023 penuh pengorbanan. Ia memilih tidak banyak berhenti. Termasuk ketika di water station. “Saya isi minum saja sambil jalan,” ujarnya.

Pengorbanan lainnya adalah ia tak mau berhenti untuk sekedar foto-fotoan karena indahnya pemandangan di sepanjang rute Bromo KOM. “Agar tidak tergoda foto-fotoan, saya tidak pegang hape. Apalagi saya tahu Mainsepeda selalu menyiapkan banyak fotografer. Pasti ada foto saya,” candanya.

Tidak hanya itu, dr Nur sampai menghubungi beberapa peserta Bromo KOM yang langganan juara. Salah satunya Juwanto. "Saya minta tips dari Mas Juwanto juga," ujar pria yang beristrikan seorang legislator itu. 

dr Nur mengaku termotivasi aktif bersepeda saat pandemi karena saat itu ia banyak mengisi materi soal bagaimana menjaga imun. Profesinya sebagai dokter spesialis bedah syaraf membuatnya tak banyak menangani pasien ketika pandemi.

“Mungkin saat itu mobilitas orang kan jarang. Sehingga kasus-kasus kecelakaan juga menurun. Akhirnya saya mengisi waktu dengan menggelar zoom meeting soal manfaat olahraga. Nah saya malu dong, ngisi materi tapi tidak mempraktekan. Dari situlah saya termotivasi aktif gowes,” jelas pria yang sudah punya tujuh cucu itu.

dr Nur masih ingat, orang pertama yang meracuninya bermain road bike adalah rekan sejawat dokter. Tapi, capaian rekannya itu kini justru kalah dari dr Nur. “Seringkali family dan keluarga jauh bilang pas ketemu saya, ‘Dik Nur (Nur Hidajat) ini bakatnya muncul di usia lanjut’,” tirunya.(mainsepeda)

Ikuti cerita lengkap Dzaki Wardana selama di TABR di Podcast Mainsepeda


COMMENTS