Saat di Denver, Latihan Cepat ke Lookout Mountain

Dua hari di Vail, dua hari di Denver. Setelah merasakan serunya Colorado Classic di kota resort Vail, kami bergeser ke Denver. Itu kota terbesar di negara bagian Colorado, dan punya julukan Mile High. Maksudnya, letak kota berpenduduk sekitar 3 juta (kawasan metronya) itu ada di ketinggian 1 mil alias sekitar 1.600 meter.

Kami ke Denver naik mobil. Karena kami mampir dulu di Boulder, tak jauh dari Denver. Boulder termasuk kota sepeda utama, selain kota universitas. Kami mengunjungi beberapa toko sepeda, plus mampir ke markas sekaligus pabrik Stages Power Meter. Tapi soal itu akan disampaikan di tulisan terpisah.

Di Denver, Colorado Classic diselenggarakan berpusat di Rino District. Itu kawasan yang dulunya kumuh, tapi sedang direposisi menjadi kawasan trendy. Sebuah kawasan pameran besar disiapkan untuk lomba. Di sanalah sirkuit kriterium bertempat, lokasi start-finis road race, pameran sepeda dan aksesori, sekaligus venue konser Velorama.

Suasana balap kriterium perempuan di Velorama, Rino District, Denver

Ya, untuk membuat atmosfer lebih meriah, balap sepeda Colorado Classic dipadu dengan konser musik pada malam hari.

Rino District masih di tengah kota. Hanya sekitar 2 km dari pusat kota dan convention center. Tentu saja, ini bukan tempat bagi pengunjung untuk bersepeda. Beruntung, walau kota besar, Denver tetap dekat dengan lokasi bersepeda asyik. Plus, fasilitas bike path (jalur sepeda) di sana sangat komplet.

Siapa saja bisa bersepeda nyaman dan aman terpisah dari lalu lintas mobil, dari tengah kota hingga kawasan pegunungan di sekitar kota.

Jalur khusus sepeda antara Denver dan Lookout Mountain.

Pada Sabtu, 18 Agustus, kami merasakan fasilitas itu.

Karena lomba yang ingin kami tonton berlangsung siang hari, maka pagi-pagi (pukul 07.00) kami sudah mulai bersepeda. Dari hotel kami di tengah kota menuju Lookout Mountain, tanjakan paling populer di timur Denver. Plus, Lookout Mountain itu juga menjadi tanjakan utama etape ketiga balapan kategori laki-laki hari itu.

John Boemiharjo (kiri) dan Bagus Ramadhani berada di downtown Denver menuju keluar kota ke arah Lookout Mountain.

Kami hanya perlu bersepeda di jalan mobil kurang lebih 3-4 blok. Setelah itu langsung ada jalur sepeda terpisah. Melewati sejumlah taman, melewati stadion NFL Denver Broncos (Mile High Stadium), lalu lanjut ke arah luar kota bersebelahan dengan rel kereta api.

John Boemihardjo (kiri) dan Azrul Ananda berpose di depan Mile High Stadium saat melewati jalur khusus sepeda menuju Lookout Mountain.

Kurang lebih 10 km kami lewati melalui jalur sepeda, dan kami pun tiba di Golden, sebuah kota di pinggiran Denver. Dari situlah akses naik ke dataran lebih tinggi berada.

Pagi itu, ada begitu banyak orang bersepeda ke sana. Ya, Lookout Mountain memang populer. Pagi itu semakin populer karena banyak orang ingin segera naik ke atas. Mereka akan menonton lomba lewat di atas, dan ingin mendapatkan tempat menonton sebaik mungkin.

Pemandangan dari tanjakan Lookout Mountain.

Seorang cyclist mengarahkan kami untuk mengawali tanjakan dari 19th Street. Secara “resmi,” segmen tanjakan 7,4 km tidak dimulai di situ. Ada jalur khusus di ujung 19th Street itu yang kemudian meliuk-liuk sampai puncak.

Kenapa start dari jalan itu? “Itu bagian terbaiknya,” kata cyclist perempuan itu sambil tersenyum.

Itulah ucapan seorang cyclist sejati. “Bagian terbaik” adalah bagian paling curam, paling berat. Kemiringannya mencapai 12 persen. Baru melandai ketika kita memasuki rute resmi Lookout Mountain.

Tanjakan itu sebenarnya tidak berat. Sekali lagi khas tanjakan Amerika, kemiringan tidak lebih dari 7-8 persen maksimal, kebanyakan 3-6 persen. Rata-rata kemiringan di rute itu memang “hanya” di kisaran 5 persen. Jadi, seseorang bisa menuntaskan tanjakan itu dalam waktu 20-30 menit.

Benar-benar rute yang seru bagi yang ingin latihan cepat. Bisa naik turun dari kedua sisi tanjakan, dan tidak makan waktu lama. Karena kemiringannya konstan, kita bisa menanjak sesuai irama masing-masing.

Azrul Ananda melintasi garis KOM di puncak Lookout Mountain.

Catatan khusus, setelah berhari-hari bersepeda di ketinggian 2.400 hingga 3.700 meter, napas terasa jauh lebih enak di Denver. Ya, ketinggiannya masih di kisaran 1.600 meter, dan menanjak ke atas. Tapi terasa kalau napas tidak lagi tersengal-sengal separah saat di Aspen atau Vail.

Kami membayangkan, nanti kalau pulang ke Indonesia dan bersepeda di ketinggian normal (permukaan laut), kami bakal bisa tancap gas lebih hebat dari biasanya!

Di tanjakan itu, banyak orang sudah mulai memilih tempat untuk menonton lomba siang harinya. Beberapa stan promosi juga sudah berdiri. Sebuah stasiun radio memasang speaker besar dan memainkan musik dengan keras.

Penanda jarak lomba juga sudah dipasang. Misalnya, “5 Km,” lalu “1 km,” dan “200 meter.” Di puncak tanjakan garis tanda KOM juga sudah terpasang. Mobil-mobil penyelenggara mulai berdatangan. Polisi sudah bersiap menjaga keamanan.

Sayang, kami tak akan lama di sana. Kami harus segera turun. Harus segera balik ke hotel sebelum pukul 11.00, supaya bisa mandi dan menuju kawasan Velorama untuk menonton start lomba perempuan.

Sambil turun, kami berhenti di beberapa lokasi. Berfoto dengan pemandangan seru. Termasuk dengan latar belakang pabrik bir Coors yang kondang di kota Golden.

John Boemihardjo (kiri) dan Azrul Ananda di tanjakan Lookout Mountain dengan latar belakang pabrik bir Coors di kota Golden.

Kami lantas tancap gas menyusuri ulang jalur sepeda balik ke tengah kota. Kembali ke hotel. Total, hari itu kami bersepeda “hanya” 69 km. Tapi menanjaknya hampir 1.000 meter. Wow, betapa efektifnya latihan di Denver!

Praktis, itu adalah kesempatan terakhir kami bersepeda di Colorado pada kunjungan ini. Minggu besoknya (19 Agustus) kami memang masih menonton etape penutup Colorado Classic, tapi kami tak akan punya kesempatan bersepeda.

Malam usai etape penutup kami sudah akan terbang ke Portland, Oregon, untuk beberapa urusan bisnis. Lalu lanjut ke San Francisco, California, untuk pulang ke Indonesia dari sana.

Bagi saya pribadi, ini adalah kali kedua ke Colorado untuk bersepeda. Kesimpulan saya, ini negara bagian paling asyik untuk gowes kalau Anda di Amerika.

Bagi John Boemihardjo, ini kali pertama sepedaan di Colorado. Dan dia sudah menyiapkan rencana untuk kembali tahun depan. Malah, dia sudah membayangkan betapa serunya mengajak teman-teman lain untuk training camp di Colorado! Berminat? (habis)

 


COMMENTS