Cannondale SystemSix: Bukan Aero tapi Aero Banget

Akhirnya, sepeda “aero” baru Cannondale resmi dirilis. Hanya beberapa hari sebelum Tour de France (7-29 Juli), sepeda bernama SystemSix itu ditampilkan secara mendetail di Girona, Spanyol. Menariknya, walau didominasi bagian frame yang pipih, Cannondale tidak mau menyebut sepeda ini sebagai sepeda “aero”!

Cannondale tidak mau menyebut SystemSix sebagai aero bike. Tapi sepeda yang bisa membantu kita melaju lebih cepat di berbagai medan dan kondisi. 

Cannondale, asal Amerika Serikat, lebih suka menyebut SystemSix sebagai sepeda yang bisa membantu kita melaju lebih cepat di berbagai medan. Datar, nanjak, turun, di dalam peloton, maupun sendirian. Singkat kata, “every day faster.”

Meski demikian, dalam materi rilisnya, Cannondale dengan berani menyebut SystemSix sebagai sepeda bersertifikasi UCI tercepat. Lebih cepat dari sepeda-sepeda aero milik merek lain, dan mereka berani menampilkan hasil tes mereka dalam bentuk grafis!

Bagi yang belum lama mengikuti perkembangan sepeda, nama “SystemSix” sebenarnya bukan hal baru. Sudah ada sejak lama, yang paling kondang berupa frame dengan bahan karbon di bagian depan, alloy di bagian belakang.

Sekarang nama SystemSix dipakai lagi, sebagai opsi pilihan dari rangkaian produk road bike Cannondale. Kalau mau cepat dan “aero” pakai SystemSix, kalau mau ringan dan menanjak pakai SuperSix Evo, kalau mau nyaman pakai Synapse, dan kalau mau variasi ke jalanan off-road (mereka menyebutnya “new road”) bisa pakai Slate.

Istilah “six” di ujung nama menunjukkan fokus pengembangan pada enam bidang. Yaitu frame, fork, handlebar, stem, seat post, dan wheels.

Pada SystemSix, semuanya dibuat terintegrasi semaksimal mungkin, namun tetap memikirkan kemudahan pemakaian.

Yang utama tentu frame (dan fork). Bentuknya pipih khas sepeda aero pada umumnya, didesain menggunakan bantuan computational fluid dynamics (CFD) dan terowongan angin, bertujuan membelah angin sebaik mungkin.

Frame dan fork bentuknya pipih khas sepeda aero, didesain menggunakan bantuan computational fluid dynamics (CFD) dan terowongan angin, memaksimalkan membelah angin.

Meski demikian, geometrinya tidak beda dengan SuperSix Evo, sepeda yang begitu dicintai oleh banyak orang selama bertahun-tahun.

Frame ini didesain hanya untuk disc brake, ini membuka ruang untuk memakai ban lebih lebar, maksimal 30 mm. Sehingga, ketidaknyamanan yang biasanya dihasilkan oleh kaku/kerasnya sepeda aero bisa terbantu dengan ban lebih besar dan empuk.

Cannondale sendiri berupaya membuat bagian belakang lebih nyaman dengan desain chainstay yang relatif kurus. Ini relatif unik, karena sepeda aero biasanya punya chainstay besar dan kaku.

Bagian belakang dibuat lebih nyaman dengan desain chainstay yang kurus. 

Soal bobot juga sangat diperhatikan. Sepeda aero –ya, kita sebut saja SystemSix sepeda aero!-- biasanya cenderung berat. SystemSix dibuat seringan mungkin dengan batasan yang ada, diklaim hanya 894 gram untuk ukuran kecil 47, dan 1.085 gram untuk ukuran terbesar 62. Itu sebelum cat dan pernak-pernik kecilnya.

Sepeda aero tidak lengkap tanpa stem dan handlebar yang aero. Cannondale menyebut milik mereka “KNOT.” Kalau beli full bike, yang versi Hi-Mod (karbon terbaik) mendapatkan sistem ini. Kalau beli yang versi karbon di bawahnya, dapat stem dan handlebar buatan Vision.

Stem dan handlebar aero yang disebut “KNOT” akan didapatkan ketika membeli SystemSix full bike versi Hi-Mod (karbon terbaik). 

Cannondale makin serius mengembangkan wheelset sendiri, bermerek Hollowgram, seperti Trek (Bontrager) dan Specialized (Roval). Pada SystemSix, yang mereka pakai adalah Hollowgram KNOT64. Untuk pengembangannya, mereka memakai lisensi paten bentuk rim dari HED, yang sudah sangat kondang dalam hal aerodinamika.

Kembali soal ini sepeda aero atau bukan, Cannondale menegaskan kalau mereka tidak ingin sepeda ini mendapatkan konotasi negatif sepeda aero. Yaitu berat, keras, dan tidak asyik menanjak. “Ada beberapa orang di komunitas sepeda yang langsung menolak ketika mendengar istilah aero bike,” kata Nathan Barry, aerodynamic specialist Cannondale, via Cyclingtips.

Cannondale mengklaim, SystemSix lebih cepat daripada SuperSix Evo dalam beberapa hal. 

Menurut klaim data dari Cannondale, SystemSix bisa membantu lebih cepat dalam berbagai hal, apabila dibandingkan dengan road bike “normal” seperti SuperSix Evo.

Misalnya, kita hemat tenaga 10 persen untuk melaju 30 km/jam. Saat sprint 200 meter di kecepatan 60 km/jam, SystemSix bisa finis lebih cepat sepanjang empat sepeda. Saat menanjak di kemiringan di bawah 6 persen, SystemSix juga bisa lebih cepat. Benarkah? Tentu harus dicoba sendiri!

Sebagai gimmick, Cannondale juga menyediakan app bagi pemilik baru SystemSix. Tinggal arahkan handphone ke semacam barcode di dekat head tube, kita bisa dengan mudah mempelajari fitur-fitur pada sepeda ini. Juga bisa mengetahui nomor-nomor komponen yang dibutuhkan apabila ada masalah.

Setelah peluncuran ini, para pembalap EF Education First-Drapac tidak perlu lagi malu-malu mengenakan SystemSix di arena balap. Sepeda ini sebenarnya sudah mereka pakai sejak awal tahun, tapi mereka belum boleh bicara apa-apa.

Di Tour de France, sepeda ini bakal unjuk gigi. Selama ini, tim yang memakai Cannondale seperti kesulitan menang sprint. Siapa tahu, dengan SystemSix, nasib mereka bakal berubah! (mainsepeda)

Foto : Cyclist, Cannondale, Rupert Radley


COMMENTS