Brompton Curian untuk Tenaga Medis Inggris Diduga Masuk Indonesia dari Batam

Kasus Brompton edisi Wheel for Heroes (WFH) curian yang diperdagangkan di Indonesia masih belum tuntas. Komunitas Brompton Owner Group Indonesia (BOGI) masih menelusuri perkara ini hingga ke akar-akarnya. Termasuk siapa yang membawa sepeda curian ini ke Indonesia. Hasil laporan itu akan disampaikan ke kantor pusat Brompton.

Publik dihebohkan oleh sepeda Brompton WFH curian yang dijual Indonesia. Kabar itu mencuat setelah surat dari Brompton tentang sepeda curian ini diunggah di forum BOGI di Facebook. Setelah ditelusuri, sepeda itu sempat diunggah di akun di Instagram @speedracershop dan forum Pasar Brompton di Facebook.

Ketua BOGI Baron Martanegara mengungkapkan, kedua akun tersebut dikelola oleh orang yang sama. Namanya Agung Sas. Selain pengguna Brompton, Agung juga menjual sepeda lipat buatan London, Inggris tersebut. Baron mengaku sudah mengonfirmasi ke Agung terkait Brompton curian ini.

"Orang yang bersangkutan sudah mengaku ke ke saya. Tapi ia bilang sepeda itu telah dikembalikan. Dikembalikan ke mana? Ini yang belum jelas. Kan saya juga butuh bukti jika memang sudah dikembalikan. Sebab bukti itu akan saya informasikan ke pihak Brompton di Inggris," jelas Baron eksklusif kepada Mainsepeda.com.


Brompton WFH yang diunggah di akun Instagram @speedracershop

Baron menyayangkan sikap Agung yang dianggapnya tidak terbuka. Menurutnya, Agung belum memberikan keterangan detail tentang siapa yang memberikan atau meminjamkan sepeda itu. Selain itu, jika sepeda itu betul sudah dikembalikan, Baron berharap Agung menyertainya dengan bukti-bukti.

"Orang pasti bertanya apakah sepeda ini sudah dikembalikan, atau dijual. Belum ada titik terang di sini. Saya sudah sampaikan, jika ia tidak mau bekerja sama, dengan terpaksa saya serahkan ke pihak Brompton. Biar Brompton yang mengusut," terangnya, Rabu (22/7) siang.

Akun Instagram @speedracershop sempat mengunggah isi email yang dikirim kepada Christina Lindquist, Head Of Marketing Brompton Bicycle. Mereka menjelaskan bahwa sepeda itu adalah pinjaman yang digunakan untuk kampanye melawan Covid-19. Pada saat ini sepeda tersebut telah dikembalikan ke pemiliknya.

"Informasi dari bersangkutan ini simpang siur. Beda-beda. Sekarang bilang sepeda itu pinjaman. Dulu ia bilang sepeda itu miliknya. Kami masih mencari bukti-buktinya untuk kami serahkan ke Brompton," beber Baron.

Brompton edisi WFH digunakan oleh tenaga medis Inggris

Baron menambahkan, kemunculan sepeda edisi WFH di Indonesia tentu bukan tanpa alasan. Pasti ada seseorang di Indonesia yang sangat berminat dengan sepeda itu. Apalagi masyarakat Indonesia sedang tergila-gila membeli sepeda yang special edition atau sepeda rare.

"Sepeda itu sempat ditawarkan ke salah satu teman. Ada bukti chat-nya," ungkapnya. "Sebenarnya intinya di Agung. Agung ini berbelit-belit. Makanya saya serahkan langsung ke Brompton," kata Baron.

Agung Sas: Sepeda itu dari Batam

Pengelola akun di Instagram @speedracershop dan forum Pasar Brompton di Facebook, Agung Sas menjelaskan detail perkara Brompton edisi WFH. Menurut cyclist yang bermukim di Cibubur itu, ada dua poin yang ia ingin luruskan agar publik tidak salah persepsi.

Pertama, ia pernah menjual Brompton dengan warna putih-biru pada 23 Juni lalu. Sepeda itu dibeli seseorang dari Surabaya dengan harga Rp 23 juta. Sekilas sepeda ini memang mirip dengan Brompton edisi WFH. Namun Agung menegaskan bahwa kedua sepeda ini berbeda.

"Itu Brompton keluaran 2010. Warnanya memang mirip: biru-putih. Saya juga pernah mendapatkan sepeda dengan corak yang sama pada awal tahun ini," ucap Agung.

Brompton M3LD 2020 yang mirip dengan Brompton WFH

Pada 29 Juni lalu Agung dihubungi seseorang yang mengaku bernama Rahmad via Facebook Messenger. Orang ini titip jual Brompton edisi WFH agar dipasarkan di Pasar Brompton dan Instagram @speedracershop. Kepada Agung, Rahmad mengaku mendapatkan Brompton spesial ini dari Batam.

"Saya tidak bodoh. Setiap barang yang datang pasti saya cek nomor serinya. Ketika saya cek, status sepedanya 'not stolen', atau bukan barang curian. Saya sudah resgister atas nama saya, dan itu berhasil. Tapi beberapa waktu kemudian statusnya berubah menjadi 'stolen'," jelas Agung eksklusif kepada Mainsepeda.com.

Sepeda itu langsung menjadi pembicaraan di berbagai forum diskusi. Agung sempat menawarkan sepeda ini ke sejumlah kolega. Sebelum terjadi kesepakatan, ia memutuskan mengembalikan sepeda ini ke Rahmad. Agung mengaku mendapat masukan dan sekaligus peringatan dari teman-temannya terkait status sepeda itu.

"Sudah saya kembalikan pada 5 atau 6 Juli kemarin. Kami bertemu di Cibubur," akunya.


Sayang Agung tidak punya banyak informasi tentang Rahmad. Sekadar nomor telepon pun tidak ada. "Kami berkomunikasi via Facebook Messenger. Sekarang akun saya sudah diblok. Ketika sepedanya saya kembalikan, Rahmad menelepon seseorang dan mengabarkan bahwa sepeda itu telah kembali kepadanya," ungkapnya.

Agung menambahkan bahwa ia sudah memberikan penjelasan ke BOGI terkait sepeda ini. Selain itu, ia juga memberikan klarifikasi ke Brompton. "Saya jelaskan panjang lebar ke BOGI. Saya bilang ke Baron bahwa sepeda itu sudah saya kembalikan," tutur pria asli Jogjakarta tersebut.

Agung mengaku bahwa masalah ini baru pertama kali terjadi setelah setahun mengelola Pasar Brompton. "Pasar Brompton ini saya buat gratis. Kalau sepedanya laku, terserah pembeli mau ngasih berapa ke saya. Sekarang saya kena getalnya. Akun @speedracershop juga sedang di-hack per 19 Juli jam 13.00," ujar Agung.

Sekedar diketahui, Brompton memang mendistribusikan 1.000 sepeda untuk tenaga medis yang bekerja di National Health Service (NHS). Sepeda tersebut dibuat spesial untuk NHS dibuat dengan corak khusus, yakni kombinasi putih dengan biru turquoise. (Selengkapnya baca: Brompton Spesial untuk Tenaga Medis Inggris). (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 6: Tips Touring dan Tempat Gowes Paling Asyik di Indonesia

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: Brompton, Agung Sas, Instagram @speedracershop, Brompton Bike Hire, Jonathan Kelly

 


COMMENTS