Jin Sepeda, Ini Permintaanku (Di Era Coronavirus)

Bagaimana kabar pembaca sekalian? Kalau sedang tidak bosan tolong bagi resepnya dengan pembaca yang lain.

Seperti yang sedang kita alami saat ini, sebagian besar dari kita sedang menjalani masa "tahanan rumah." Demi kebaikan kerabat dan orang lain, akan terhindar dari penyebaran virus Covid-19.

Memang, ada teman saya yang sedang tidak ditahan di rumah. Sedang berada di kapal yang tidak boleh berlabuh sampai keadaan darurat membaik. Hidupnya mungkin seperti di film Waterworld.

Keadaan ini memang tidak nyaman bagi kebanyakan orang. Yang biasa beraktivitas padat dan biasa menikmati kegiatan di luar rumah, pasti sekarang merasa jenuh. Bagaimana bisa menikmati masa-masa ini, bila jam di dinding terlihat begitu lambat berputar. Walau sudah melakukan beberapa kegiatan yang terasa lama, ternyata jam bilang waktu hanya sebentar berlalu. Beda sekali dengan ketika bersepeda ke luar rumah. Tiga atau empat jam terasa cepat berlalu.

Sambil mengingat masa-masa kita bersepeda di alam bebas, ada satu hal yang harus saya perbaiki di masa depan. Saya harus hati-hati dengan permintaan saya ini. Walau dalam keadaan bagaimana pun, saya harus berpikir panjang ketika berharap atau meminta.

Maksudnya begini: Seringkali, ketika sedang bersepeda, saya termasuk yang kurang senang menanjak. Apalagi kalau tanjakannya panjang seperti Bromo. Dalam penderitaan yang harus saya lalui, biasanya timbul banyak "selentingan" di dalam kepala saya. Kenapa ban saya tiba-tiba terasa gembos, kenapa gir saya sudah habis, dan --yang pasti-- kenapa teman-teman begitu jauh di depan.

Di tengah kondisi napas tersengal-sengal, saya sering berharap begini: "Daripada capek-capek gini, lebih baik tidur di rumah. Masa hobi kok menyiksa sekali."

Ting! Permintaan saya ternyata didengar dan dikabulkan. Sekarang saya diharuskan terus berada di rumah. Tidak perlu dan tidak bisa bersepeda jauh. Apalagi ke gunung-gunung tinggi di luar kota. Mungkin ini mirip iklan di TV yang terkenal dengan jin yang berucap, "Kuberi satu permintaan. Hmmm. Monggo."

Ternyata tidak bercapai-capai dan menanjak juga tidak membuat saya jadi hepi. Sekarang, hepinya sebentar, bosannya yang akut. Bisa bertemu teman dan bersepeda, walau di urutan berapa saja, itu ternyata tetap lebih hepi.

Kadang, kita berharap sesuatu itu akan baik apabila sesuai dengan apa yang kita kira bakal enak dan nyaman. Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Saya menyesal dulu pernah berharap seperti itu. Dan penyesalan itu selalu datang belakangan. Karena kalau penyesalan di depan namanya "down payment."

Sekarang, saya berharap keadaan ini cepat berlalu. Dan kita semua dapat bertemu di jalan dalam keadaan sehat. Yang kita perlukan sekarang adalah kesabaran menjalani masa-masa karantina mandiri ini.

Akhir kata, saya mohon jangan ada yang bertanya atau DM saya, soal jin yang mengabulkan permintaan itu ada di mana. Walau mungkin harapan itu terjadi di Bromo yang konon mistis, di mana di sebelah jalan ada tempat sembahyang kecil yang berisi sesajen, percayalah. Saya sama sekali tidak mengerti hal-hal seperti itu.

Sampai bertemu di saat krisis ini berakhir. Dan semoga, saat kembali dihajar teman-teman nanti, saya tidak lagi berharap lebih enak tidur di rumah! (johnny ray)


COMMENTS