Lega Bisa Finis Bareng Istri, Meski Sempat Terjatuh

Harus diakui Herbana Bromo KOM Challenge adalah event besar satu-satunya di Jawa Timur. Padahal provinsi ini termasuk salah satu gudangnya cyclist. Dan harus diakui pula, meskipun namanya mengandung nama Bromo, kita tidak melihat gunung Bromo dari start sampai di tempat finis. Dan harus diakui juga, event ini selalu membawa cerita suka dan duka, pride dan kecewa.

Kali ini saya ingin bercerita tentang Herbana Bromo KOM Challenge 2020. Kali pertama saya menjadi peserta bersepeda bukan sebagai fotografer, yang karyanya selalu dinantikan para peserta di event ini, hahaha.

Semuanya bermulal dari pendaftaran. Sebelum event ini dibuka, beberapa teman di RatjoenCC sudah menanti dan bikin listing sendiri. Sebagian adalah member yang baru pertama kali ikut event akbar ini. Seperti kita ketahui Herbana Bromo KOM Challenge 2020 ini langsung sold out dalam hitungan jam. Ini tentu sebuah prestasi besar buat panitia.

Kebetulan RatjoenCC di tahun ini ditunjuk sebagai koordinator dan melayani pendaftaran tiket peserta di Malang Raya. Menjawab hal itu, seperti kebiasaan sebelumnya, sebuah panitia kecil kami buat. Kali ini sang ketupan adalah Laurentius Ricky Hadi alias Rita. Ia yang mengaturkan dari pendaftaran, transportasi cyclist, dan sepeda, pengambilan race pack, hingga selesai event kita kembali lagi ke Kota Malang. Tinggal bayar. Beres semua, hahaha.

 

Latihan

Dengan latihan membuahkan kesempurnaan. Beberapa bulan sebelumnya RatjoenCC menggelar dua kali latihan resmi sebelum Herbana Bromo KOM Challenge 2020 digelar.Hanya yang beda antara latihan dan pas event adalah titik start-nya. Kami start dari Kota Malang. Jalan ke arah Pasuruan sedikit menurun, tidak seperti dari Surabaya yang cenderung flat dan menempuh kilometer yang lebih panjang.

Tak hanya latihan bareng, beberapa teman yang mengerti tentang nutrisi juga mulai membagikan ilmu. Mereka tak pelit berbagi ilmu di WA Group. Diet sebelum gowes., asupan yang cocok, dan lainnya. Semua gratiss. Tanya gak bayar. Wkwkwk

 

Hari H-1

Sehari sebelum Bromo KOM Challenge 2020 kami sempat waswas event ini akan dibatalkan. Penyebabnya apalagi jika bukan kekhawatiran wabah Coronavirus, alis Covid-19. Apalagi kabarnya yang beredar begitu viral dan cukup membuat khawatir.

Lebih degdegan lagi, sewaktu perjalanan ke Surabaya kemarin mendadak dapat kabar event IBL seri 7 di Kota Malang ditiadakan. Dibatalkannya secara mendadak, tepat di hari pelaksanaannya.

RatjoenCC sendiri berangkat dua gelombang. Rombongan besar kelas road bike-nya memilih menginap di Surabaya. Dan beberapa teman lagi memilih berangkat subuh ke Surabaya. Sedangkan yg ikut kelas Brompton, mereka start dari Pasuruan, bisa start lebih siangan. Hehehe. Ddengan adanya jalan tol Malang, Surabaya, dan Pasuruan transportasi antar kota untuk peserta sangat dimudahkan.

 

The Big Day

Morning call bagi teman yang menginap di Harris Pop, Diponegoro, Surabaya adalah 3.45. WA Group pun mulai chit chit cuit. Ketupan menginfokan segera siap-siap. Breakfast di hotel sudah tersedia pukul 4.30. Segera check out hotel dan koper dimasukkan ke mobil untuk dibawa langsung ke lapangan di Tosari, Pasuruan.

Titik kumpul setelah race juga sudah diberikan di Google Maps. Sesuai arahan panitia yaitu di sebuah lapangan Desa Tosari.

Pukul 5 kami bersama berangkat dari hotel menuju ke titik kumpul. Teman-teman saling mengingatkan kelengkapan sepeda. Dari tekanan ban, pemasangan race pack di sepeda, brake, lampu, dan lainnya.

Begitu bahagianya kami. Ternyata event tetap berjalan sesuai rencana! Kami pun bisa bertemu teman-teman cyclist se-Indonesia Raya. Setelah pemeriksaan chip yang terpasang di helm, kami antre start sambil ber-haha-hihi.

Sesuai jadwal event, start dari lapangan Kodam V Brawijaya tepat pukul 6.

Mungkin satu hal sakral yang terlupakan di sini adalah tidak hadirnya lagu Indonesia Raya, budaya luhur di Herbana Bromo KOM Challenge sebelumnya.

 

Surabaya - Pasuruan

Bagi saya pribadi event ini cukup menakutkan. Hahaha. Berpeleton dengan lebih dari 1.400 peserta resikonya lumayan besar. Euforia dan adrenaline peserta pasti lagi bergejolak. Genjot sepeda seakan sudah akan tiba di finis line. Hahaha.

Banyak teman veteran Herbana Bromo KOM Challenge menyarankan untuk menghemat tenaga.. Dengan membatasi HR, asal nyampai. Belakang tidak apa, istilahnya asal nyampai. Toh waktunya dihitung setelah start di Pasuruan.

Tapi kenyataannya tidak mungkin bisa terlaksana. Speed peleton bisa di 35 Kpj. Kadang stop antrean lintasan kereta api dan tanjakan fly over. Hahaha. Mengejar barisan depan perlu extra tenaga.

Panitia luar biasa dalam mensterilkan lintasan ini. Padahal rute yang dilalui statusnya macam-macam loh. Ada jalan provinsi dan jalan nasional. Saking sterilnya, di kesempatan ini saya mengucapkan maaf pada pengguna jalan lainnya karena sudah mengganggu perjalanan anda. Terima kasih sudah memprioritaskan rombongan sepeda.

Sesampai di Pasuruan on time. Di GOR Surapati sudah berkumpul rombongan sepeda lipat (seli) dan Brompton. Di sana juga disediakan jajanan dan minuman dari sponsor yang berlimpah..

Catatan buat panitia, kesediaan toilet perlu diperhatikan. Banyak yang pipis di tembok pembatas stadion. Dan sampah yang berserakan habis makan dan minum langsung dibuang begitu saja. Kasihan bagian kebersihan.

 

Start Pasuruan

Start dilaksanakan berdasarkan age group atau kelompok umur. kelas elite men dan women, non competitive dan kelas brompton dan sepeda lipat..

Peserta di GOR Surapati diberangkatkan berkelompok untuk menuju titik start KOM di Pasrepan. Sekali lagi kita berpeleton dan jalanan lumayan sempit, melewati pasar tradisional yang cukup ramai dan susah untuk disterilkan. Hahaha..

Kekhawatiran tersebut benar terjadi. Ketika RC di depan memberi aba-aba untuk melambat --dan cyclist di depan saya melambat semua-- ada seorang cyclist yang euforianya memuncak. Mungkin dia saking takutnya kena Cut of Time (COT) atau takut gak kebagian medali, dia ngebut mendahului dari sebelah kiri dan, duerrr...! Saya jadi korbannya, cinta tanah air. Wkwkwk

Akibat jatuh ini lumayan berat. Dengkul babras, pundak menghempas aspal, rantai sepeda melilit di crank. Yang ternyata percuma dipasang chain chacther. Masih lolos. Mbuletttt..

Untungnya ada mekanik yang tanggap. Saya dibantu tiga mekanik untuk membetulkan rantai yang terlilit ini. Setelah ditarik manual tidak bisa, hub dibuka. Crank dilepas, di susun kembali.

Teman yang bersama saya dari RatjoenCC saya minta berangkat dulu, gak usah nunggu saya. Terbuang sekian puluh menit untuk repair ini.

Terima kasih para mekanik, akhirnya sepeda saya bisa dipancal lagi. Masalah selanjutnya saya benar-benar bingung. Start paling belakang, sudha tidak ada peserta lagi..

Seorang mekanik menawarkan untuk mendorong sampai ke peleton.Tawaran menarik! Tapi saya pikir lebih baik junjung sportivitas, dan budaya di club kami. Yang curang pasti di bully seumur hidup. Wkwkwk...

Musuh saya kali ini kemacetan mobil-mobil panitia dan peserta. Truk-truk colt diesel. Seorang mekanik --yang saya lupa menanyakan namanya-- membukakan jalan di kemacetan ini. Jalan yang nanjak dan cuaca panas membuat HR saya toppp njedok. Garmin bunyi tuit-tuit. Alarm. Wkwkwk...

Akhirnya saya bisa nyusul rombongan Brompton juga. Selamettt...selamett...

Saya ketemu mas Dewo Pratomo. Fotografer kondang ini benar-benar jadi vitamin dan semangattt. Maaf mas, saya kehabisan gaya. Wkwkwk...

Cuaca panas dan luka di dengkul lumayan perih kena keringat. Minum di bidon yang sebelumnya saya isi oralit rasa jeruk ternyata cukup membantu.

Water station pertama di Puspo. Saat melepas dahaga dan mengisi bidon --sekali lagi-- di sini sampah botol bekas berserakan. Asal buang. Semoga tahun depan bisa teratasi dan menjadi catatan khusus untuk panitia.

Perjalanan tahapan berikutnya bagi saya adalah gerbang Bank Jatim. Tercatat sekali saya berhenti di spot Honda CRV. Di sana saya ketemu teman-teman dari Otak-Otak, EO-nya mas Dewo.

Mintaaaa minum, mau minta pijet ternyata tidak disediakan. Wkwkwk...

Di sini kebersihan lumayannn. Cuma pas di tikungan jadi agak macet. Setelah foto sejenak saya harus berangkat lagiiii. Mancalll lagiii. Makasih mbak Sari Narulita dan kawan-kawan.

Akhirnya sampai juga di gerbang Bank Jatim. Lumayan ramai. Tempat ini instagramable. Banyak yang foto-foto di tengah jalan.

Di sini saya lumayan merasa nyaman. Separuh perjalanan terlampaui. Rombongan cyclist banyak yang istirahat di sini. Tapi begitu melihat jam di garmin, COT semakin dekat. Harus dikejar!

Baru melewati gerbang, saya berpapasan dengan Ricky dan Danny Setiawan. Entah dapat info dari mana kok mereka tahu saya abis jatuh. Itu lah indahnya berteman dan saling care. Semua di RatjoenCC sudah seperti saudara bagi saya. Meskipun jarak umur lumayan jauh. Kira-kira saya lulus SMA, mereka berdua masih balita. Makan masih disuapi, pipis aja masih ngompol. Wkwkwk.

Tahap berikutnya adalah jembatan cor. Doa saya supaya diberi hujan ternyata dikabulkan. Gerimis tipis, hingga akhirnya hujan deras dan petirrr. Yaaaa...mungkin Tuhan terlalu sayang sama aku. Minta hujan asal basah diberi badai. Wkwkwk

Mancal di tengah badai perlu effort tersendiri. Gowes di tanjakan gradien 8, 9, 10, saat kita cuma melihat aspal, sekarang bisa pusing karena air hujan berwarna cokelat mengalir dengan derasnya.

Kaca mata yang saya pakai dobel karena minus dan silinder berembun. Jalan di depan terlihat terbatas. Akhirnya saya berhenti untuk lepas sekalian kacamatanya.

Nah, perkara lain timbul. Waktu berhenti salah posisi di tanjakan. Mau start lagi pake sepatu cleat lumayan susah karena licin. Sungguhan...saya kepleset. Selangkangan kejeduk top tube. Alamakkkk. Wkwkwk

Akhirnya nuntun sepeda ke jalan agak datar, kali ini berhasil.. perfect. Mancal tanpa kacamata. Dan tujuan jembatan cor bisa mulai terlihat dengan adanya bangunan perkampungan..

Di sini saya ketemu Herlina Tedy alias Bu Kom. Juga teman-teman dari Ratjoen yang menunggu. Inginnya sih parade finis bareng-bareng. Wkwkwk

Nyeruput pop mie dulu, segelas lima ribu. Cukup memberi kehangatan di tengah hujan deras ini.

COT sudah semakin dekat, harus berangkat segera. Tahapan berikutnya adalah pertigaan Tosari. Event Herbana Bromo KOM Challenge ini jahatnya di sini. Di saat kita semakin lelah, di situ tanjakan semakin curam. Tapi cukup bersyukur, hujan membuat HR saya sedikit turun. Sedikit aja, gak banyakkk.

Sisa-sisa tenaga disatukan. Bidon sudah isi ramuan penguat mancal. Permen gel penambah power yang mesti dikunyah perlahan, langsung dimakan, didorong pake air bidon. Hahaha

Saya punya ritual khusus bila nanjak ke Bromo ini. Saya sempatkan memberi uang kecil dan permen atau madu sachet di tempat sembayangan umat Hindu.. Mohon izin lewat.

Sepanjang jalan ini mistis, jadi sebaiknya jangan pipis sembarangan. Atau bicara tidak sopan selama di sini. Niscaya finis setrongggg...

Sepanjang perjalanan sini, godaan banyak sekali. Tukang ojek yang menawarkan jasanya. Naik sampe wonokitri cukup bayar Rp 100 rb, belum ditawar lho.

Sampai dengan pemandangan cyclist yang didorong pake sepeda motor, bahkan banyak yang bonceng, sepeda dipangku. Semua itu cukup melemahkan mental.

Mobil panitia dan ambulance juga berhenti sembarangan. Tidak mau minggir, walau sudah diteriaki. Sementara mobil dari arah berlawanan sudah jalan, Wkwkwk.

Syukur akhirnya pertigaan Tosari sudah tercapai. Kondisi macet dengan banyaknya mobil penjemput peserta yang parkir di kiri jalan. Sementara arah sebaliknya mobil dan truk penduduk yang sudah tidak sabar menunggu lebih lama lagi.

Sampai di pertigaan Tosari ini tambah semangat, semakin yakin bakal lulus. Tinggal sekitar 2 km! Dan ada bonus turunan sedikit.

Selanjutnya tanjakan gradien belasan sampai di pojokan kandang babi. Pasti banyak cyclist yang belum tahu di situ ada peternakan babi. Ya bisa dipahami karena mereka di sini nanjak sambil memandang aspal. Viewnya bagus, apalagi berkabut. Spot favorit fotografer usil: jepret yang nuntun sepeda. Wkwkwk

Akhirnya rombongan kecil RatjoenCC berhasil melewati tanjakan ini. Tinggal satu tanjakan mautttt. Tanjakan finis line!

Di sini sebelum memulai saya berhenti sebentar untuk menurunkan HR. Tantangan di sini banyak cyclist yang bersamaan. Ada yang berjuang nanjak. Ada yang berjuang untuk turun. Jalan licin pake sepatu cleat nuntun sepeda sehabis hujan, resiko terpeleset dan glundung ke bawah sangat besar. Wkwkwk

Akhirnya, dari RatjoenCC semua finis strongggg! Horeeeeee!!!! Suatu kebahagiaan yang tak terbeli dengan uang. Akhirnya saya mendapat medali Herbana Bromo KOM Challenge 2020.

Secara fisik mungkin semua peserta bisa beli medali Herbana Bromo KOM Challenge. Tapi nilainya yang tak terbeli. Dan yang terpenting bagi saya, bisa finis bareng istri! Dan bisa mengalahkan diri sendiri. Semua kepenatan langsung hilanggg....

Di tempat finis kami sempat foto-foto bersama dengna para cyclist se-Indonesia. Kapan lagii, rek!

Akhir kata izinkan saya mengucapkan terima kasih kepada panitia Herbana Bromo KOM Challenge 2020, Mas Azrul Ananda dan team. Juga Mas Yan Christ Kartolo dan kawan-kawan.

Sungguh tidak mudah membuat gelaran akbar seperti ini. Saya salut, anda sekalian bisa mengatur 1.400 cyclist dari Surabaya ke Wonokitri dengan jarak 100 km dan tanjakan 1.900 meter. Kalian luar biasaaaa!!!

Sementara kekurangan pasti ada. Tapi jadikan kritik sepedas apapun dari peserta sebagai bahan koreksi. Semoga tahun depan jadi lebih baik dan baik lagi.

Terima kasih juga kepada RatjoenCC yang sudah menyemangati. Tanpa kalian saya pasti lebih gendut daripada hari ini. Hahaha. Dan sekarang lebih sehat pastinyaaaa.

Yuk yang belum mancal segera mancall.

Salam gowes pertemanan, satu sepeda berjuta teman. (Irawan Djakaria)

 

PS: Oh ya maaf buat teman-teman yang sudah menyapa saya duluan, tapi saya lupa nama anda. Bukan mau sombong, apalagi sok-sokan, saya sulit menghapal nama orang. Wkwkwk... Apalagi pas pakai helm dan kacamataan, semua kelihatan sama. Wkwkwk. Sama ganteng dan cantiknya. Soo...I love you alll, sampai jumpa di event berikutnyaaaa...

Tetap Bersemangat!!

 

Foto-Foto: Darius Haryanto


COMMENTS