Kolom Sehat: Jangan Pernah Bosan Lima Aturan Ini

Makin hari, makin banyak orang tertarik atau menekuni hobi gowes. Sebaliknya, ada pula yang mengurungkan niat karena faktor keamanan di jalan.

Jangan salah. Gowes adalah hobi yang menyenangkan. Selain berolahraga kita dapat menikmati pemandangan atau daerah sekitar. Lebih jauh dari sekadar jalan kaki, namun tidak terlalu cepat seperti mengendarai mobil.

Memang, di jalan kita harus berbagi dengan moda transportasi lain. Dan pesepeda mungkin berada di peringkat ter-“ringkih” dari daftar pengguna kendaraan lain. Saya tidak menghitung pejalan kaki, karena mereka bisa pakai trotoar. Tidak benar-benar menggunakan jalan raya kecuali mungkin orang gila di jalan.

Bagi yang keinginan bersepedanya masih kuat, hendaknya tidak pernah bosan memperhatikan lima hal berikut ini. Banyak yang sudah membahas, banyak yang bilang basi, namun harus terus-menerus dibahas untuk kepentingan bersama.

1. Helm

Ya, benar. Helm sepeda harganya bisa lebih mahal daripada helm motor. Bahkan ada yang lebih mahal dari helm motor balap. Mengapa demikian? Banyak alasan, komersial maupun bukan. Yang jelas, helm sepeda dibuat sangat ringan sehingga meminimalisasi beban di kepala, tanpa mengurangi fungsi keselamatannya.

Pesepeda yang berpengalaman tahu betul hidup mereka bergantung helm.

Saya mungkin tidak bisa membuat tulisan ini kalau tidak selalu memakai helm. Pernah, suatu ketika ban sepeda saya “nyangkut” di antara rel kereta api. Alhasil, saya terlempar dan kepala mendarat lebih dulu. Badan memantul beberapa kali seperti bola. Banyak luka di beberapa tempat. Tapi saya masih sadar dan masih sanggup gowes sendiri pulang ke rumah. Semua karena helm!

Jangan pernah remehkan. Walau ada ada yang bilang dia gowes hanya untuk kesehatan, bukan untuk balapan. Kalau kepala Anda kena, sudah tidak ada lagi “gowes untuk kesehatan.”

 

2. Lampu

Lampu, kalau bisa depan dan belakang. Depan perlu untuk menerangi jalan ketika hari gelap, lampu belakang berwarna merah dan kelap-kelip untuk membantu mengingatkan pengguna jalan lain di belakang.

Jangan lupa, sepeda itu bidangnya tipis. Apalagi kalau kita pakai outfit hitam-hitam. Pasti sulit dibedakan dalam kegelapan malam, atau pagi buta.

 

3. Memberi Tanda

Pengguna jalan lain biasanya tidak terlalu “ngeh” dengan keberadaan pesepeda. Terutama sepeda yang speed-nya di atas 30 km/jam. Masih banyak orang mengira sepeda itu kecepatan kura-kura. Masih banyak pemakai motor yang mendadak memotong sepeda karena mengira kecepatan sepeda kalah jauh.

Memberi tanda dengan tangan, suara, atau lampu ke pengendara lain luar biasa penting. Supaya semua bisa saling mengantisipasi.

 

4. Sepeda yang Fit and Proper

Walau sepeda kita sudah disiapkan oleh orang yang berpengalaman, adalah tugas kita sendiri untuk memeriksanya sebelum memakai di jalan. Karena kalau ada apa-apa, yang celaka adalah kita sendiri sebagai pemakai.

Mungkin kita tidak mengerti teknis sepeda secara detail. Tapi paling tidak kita bisa mencoba sepeda dan mengenali masalah-masalah sepele yang bisa berakibat fatal. Contoh: Stem yang lupa dikencangkan bautnya. Quick release roda yang belum terkunci sempurna. Tekanan ban kurang. Headset yang longgar.

Pada suatu waktu, seorang teman saya sampai salto di jalan, terlontar ke depan sepedanya sendiri. Hanya karena fork depannya dipotong terlalu pendek, jadi stem-nya terpasang tanggung. Ketika turunan dan menghantam gelombang, stem-nya lepas dan dia pun terlontar ke depan.

 

5. Doa

Berdoalah menurut keyakinan masing-masing. Kalau semua sudah dipersiapkan tapi kehendak nasib lain, ya memang tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi paling tidak sebelum mau berangkat pamit dulu, mohon keselamatan.

Biasanya doa khusus orang sepeda ada satu lagi: Tuhan, hindarilah kami dari ibu-ibu naik motor yang lampu seinnya ke kanan, tapi beloknya ke kiri… (Johnny Ray)


COMMENTS