Nama Langkawi sudah tidak asing di telinga saya. Nama salah satu pulau di Malaysia ini digunakan sebagai nama even balap sepeda paling besar di Asia Tenggara, Tour de Langkawi. Tahun 1996 dahulu, balap sepeda yang masuk kalender UCI Asia Tour 2.0 HC ini digelar pertama kali di pulau dekat perbatasan Malaysia-Thailand ini.

Beruntung, tanggal 12-15 Agustus lalu, saya bersama tim OtakOtak Event Organizer diundang oleh Shuehaini Shamsudin, pemilik Shue Ellis Communication. Shue, panggilan akrabnya sudah saya kenal sejak 2001. Shue ingin mempromosikan Langkawi sebagai salah satu destinasi bersepeda.

Puncak Gunung Raya, Langkawi.

Kebetulan, saya dan Azrul Ananda dari Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS) sering gowes bersama di Cameron Highlands. Minimal setahun sekali. Kali ini saya mengajak Vee Gusti. Cyclist asal Jakarta yang sudah menetap di Bangkok, Thailand.

Menuju Langkawi dari Surabaya ada dua pilihan flight yaitu dengan Malaysia Airlines atau dengan Air Asia. Karena saya tidak bersepeda, jadwal Malaysia Airlines lebih cocok untuk saya. Buat cyclist, jadwal Air Asia lebih cocok karena mendarat di Langkawi masih pagi jadi bisa langsung gowes. Begitu pula pulangnya, flight malam dari KLIA sehingga paginya masih bisa gowes.

Saya dan Vee menjadwalkan dua hari gowes di Pulau Langkawi ini. Hari pertama tujuannya gowes menanjak ke Gunung Raya. Kami start jam 8 pagi dari Hotel Nadias yang berada di daerah Pantai Cenang.

Gowes pagi itu ditemani dengan sunrise dan pesawat landing pagi. Maklum jalanan yang kita lalui adalah tepi bandar udara bersebelahan dengan pantai. Mohd. Fadhil Khamaruddin, driver yang disediakan oleh Shue paham akan kemauan kami. Rute gowes asik sekaligus background foto indah.

Beberapa kali Fadhil melewatkan kami ke jalanan perkampungan lalu keluar menuju jalan utama lagi. Pohon-pohon rindang. Menghijau. Menjadi seksi ketika diterobos sinar mentari pagi. Suasana ini yang dicari pesepeda dan penghobi foto seperti saya.

Ketika di highway, aspalnya sangat mulus dan sangat enak buat kebut-kebutan dengan Pinarello F10 seperti yang Vee lakukan. Meski begitu, tidak bisa dianggap flat. Ada rolling-rollingnya.

Ketika kilometer di Garmin Vee menunjukkan angka 28 km, mulailah menanjak Gunung Raya. Tidak berat, gradien rata-rata hanya 6-7 persen dan menanjak sejauh 14 km. Saya yakin, cyclist pengguna sepeda lipatpun sanggup climbing ke puncak Gunung Raya ini. Pohon rindang benar-benar menjadi tabir surya. Bahkan, kami sempat disambut kabut. Beberapa kera juga menyapa di pinggir jalan.

Setelah mencapai puncak Gunung Raya di ketinggian 881 meter di atas permukaan laut, kami berhenti. Gunung Raya ini mempunyai luas kurang lebih 5.000 m2. Bersifat hutan hujan, sehingga sangat rindang. Hutan Banyak hewan yang berlindung di dalamnya. Di antaranya adalah burung elang laut perut putih, burung enggang, kelelawar, tupai terbang, kera dan lain sebagainya.

Puncak Gunung Raya, Langkawi.

Hawa sejuk dengan pemandangan indah bisa melihat Langkawi dari sini. Anehnya ada rumah besar yang kosong dan pasti seram bila di malam hari. Baliknya, harus melewati jalan yang sama dengan ketika kita naik. Kita putuskan untuk balik ke Hotel Nadias dengan mobil. Kami puas gowes hari pertama sejauh 41 km ini.

Hari kedua bersepeda, kami mengambil rute pendek. Karena sore harus terbang kembali. Pagi itu kami kami mencoba melewati highway. Jalannya cukup lebar, halus mulus dan rolling-rolling. Sangat cocok buat penggemar kebut-kebutan. Pemandangannya tidak membosankan karena dipenuhi warna hijau pepohonan.

Selanjutnya, kami menuju water breaker, tanggul penahan gelombang ini dibangun sepanjang kurang lebih 10 km. Namun, hanya 4 km yang diperbolehkan untuk aktifitas olahraga seperti cycling.

Pengalaman baru untuk Vee karena seolah-olah bisa bersepeda di tengah laut. Pemandangan di kanan kiri sangat menyenangkan. Tempat ini juga menjadi jujugan turis untuk menikmati sunset yang indah.

Sebetulnya masih banyak tempat gowes lain yang dibisa dijelajahi dengan road bike maupun sepeda lipat tetapi karena keterbatasan waktu, jadi saya dan Vee cukup dua hari bersepeda. Sebelum pulang, saya dan Vee menyempatkan diri bertemu Kamaruli Irwan Bin Rusli. Nama kerennya di kalangan cyclist Kuala Lumpur adalah Haji Saka (Haji Hantu).

Untuk next cycling trip, Haji Saka memberi tantangan yang lebih berat. Pemenang juara III Antangin Bromo KOM Challenge 2019 untuk kelompok umur 40-45 tahu ini menyarankan start dari Pulau Penang. Selanjutnya gowes menyeberang ke Kedah melalui jembatan di atas laut. Lalu dari Kedah gowes menuju Perlis. Selama perjalanan cyclist akan disuguhi jalan berkontur rolling.

Di Perlis, cyclist bisa menanjak Gunung Jerai sejauh 13 km hingga mencapai ketinggian 900 mdpl. Lantas istirahat dan menginap di Perlis. Keesokan harinya, menyeberang ke Pulau Langkawi naik kapal feri. Lalu bersepeda ke Gunung Raya seperti yang dilakukan oleh Vee itu. Menurut Haji Saka, total perjalanan selama dua hari ini menempuh jarak kurang lebih 250 km. Dan pulang Indonesia dari Pulau Langkawi.

Gowes sambil membawa keluarga? Bukan tidak mungkin dilakukan di Pulau Langkawi. Karena di sini banyak tempat wisata. Ada Langkawi Cable Car menuju Gunung Mat Cincang, ada Langkawi Sky Bridge Glass Bottom, ada wahana 6D SkyRex. Surga belanja juga karena banyak toko duty free.

Karena Pulau Langkawi dikelilingi pantai, tentu makanan seafood jadi surga dengan harga yang relatif murah. Paling sip adalah, ikannya “mati sekali” artinya ditangkap lalu langsung dimasak dan siap disantap! *

 

Populer

Bike and Camp, Cara Unik Mumed CC Gelar Acara Halal Bihalal 
Carlos Rodriguez Bungkus Gelar Juara Umum Tour de Romandie
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Polygon Luncurkan Strattos Disc Brake
Kolom Sehat: Sisi Lain Bromo
Tour de Romandie 2024 Etape 4: Puasa Kemenangan Eks Juara Olimpiade Berakhir di Leysin
Akhir Penantian Panjang Romain Bardet
Kompak ala TNT Magelang, Meracuni Main Road Bike dengan Sistem Arisan
Kolom Sehat: MVDP dan Nuntun Sopan di Koppenberg
Strategi Cerdas UAE Team Emirates Bawa Juan Ayuso Menjuarai Tour Basque Country 2024