Kegagalan masuk podium di Kejuaraan Dunia UCI 2025 nomor Time Trial pekan lalu, langsung dibalas tuntas oleh Tadej Pogacar. Bintang Slovenia itu menunjukkan kehebatannya usai mempertahankan gelar juara dunia Men Elite di nomor road race pada Minggu, 28 September 2025.
Tak tanggung-tanggung, kemenangan di Kigali, Rwanda, itu ia raih dengan gaya khasnya: serangan solo jarak jauh. Memanfaatkan tanjakan brutal Mont Kigali, Pogacar mulai menyerang sejak 105 km jelang finis.
Seleksi alam pun terjadi. Satu per satu lawannya berguguran, hingga akhirnya hanya menyisakan Isaac del Toro (Meksiko) yang juga rekan setim Pogacar di UAE Team Emirates-XRG. Namun, pembalap 21 tahun itu kehilangan tenaga akibat masalah kesehatan. Pogacar pun melenggang sendirian dengan 66 Km tersisa.
Remco Evenepoel (paling kiri) dan Ben Healy menjadi pengisi podium bersama Pogacar.
“Awalnya saya berharap terbentuk grup kecil. Bersama Juan Ayuso dan Del Toro itu seperti kombinasi sempurna. Sayang, Juan bermasalah di Mur, Del Toro juga terganggu kondisi tubuhnya. Jadi saya harus berjuang sendirian lebih cepat dari rencana,” ujar Pogacar usai lomba.
Meski terlihat dominan, Pogacar mengakui balapan berlangsung sulit. Rute sejauh 267,5 Km itu seperti 'gigi hiu'. Para pembalap harus melewati tanjakan Cote de Kigali Golf yang punya gradiens dua digit sebanyak 16 kali. Di tengah-tenganya, ada pula tanjakan ke puncak Gunung Kigali yang punya segmen 5,9 Km dengan sudut kemiringan rata-rata 6,8 persen.
"Pendakian semakin sulit di setiap lapnya, sangat berat khususnya di lap terakhir. Di jalanan menurun pun saya juga masih harus mengayuh pedal jadi sangat melelahkan. Dampaknya energi saya seperti hilang. Tapi anda harus mendorongnya dan berharap hasil terbaik," kata Pogacar.
Pogacar akhirnya menuntaskan lomba dengan finish solo, unggul jauh, 1 menit 28 detik dari rival utama Remco Evenepoel. Pembalap Belgia itu cukup sial karena mengalami gangguan teknis berulang kali pada sepedanya. Namun, ia berhasil bangkit dan merebut medali perak. Sementara itu, Ben Healy (Irlandia) sukses menyalip Mattias Skjelmose (Denmark) di tanjakan terakhir untuk mengamankan medali perunggu.
Gelar juara dunia back to back ini semakin menegaskan status Pogacar sebagai pembalap terbaik di dunia saat ini. Bahkan label pembalap dunia sepanjang masa semakin dekat menjadi fakta. Saat ini, Pogacar hanya perlu menambah dua gelar juara dunia road race lagi untuk melewati rekor para legenda balap sepeda, seperti Eddy Merckx, Alfredo Binda, Rik Van Steenbergen, Oscar Freire dan Peter Sagan. Nama-nama hebat itu adalah para pemegang rekor juara dunia terbanyak dengan 3 gelar.
Selain itu, Pogacar juga sukses mempertahankan performa hebatnya. Meski tidak sementereng 2024 lalu ketika meraih Triple Crown, ia total meraih tujuh gelar musim ini. Termasuk gelar paling prestisius di dunia balap sepeda, Tour de France.
"Ini adalah pekan yang luar biasa. Bisa dibilang ini adalah minggu yang berhasil," tutupnya.
Pogacar masih dalam misi menambah koleksi pialanya, khususnya pada kejuaraan yang belum pernah dimenanginya. Salah satunya ialah trofi juara Eropa. Pogi dijadwalkan akan bersaing pada Kejuaran Eropa yang digelar di Prancis, 5 Oktober mendatang. (Mainsepeda)
Results powered by FirstCycling.com