Richard Carapaz, Calon Juara Incaran Team Ineos

Giro d’Italia 2019 hampir berakhir. Secara menakjubkan, pembalap muda Ekuador, Richard Carapaz, memimpin general classification (GC) menjelang etape-etape penutup. Kalau sampai menang, maka dia bisa menjadi berkah sekaligus ancaman untuk masa depan Tim Movistar!

Carapaz, 26, benar-benar konsisten di Giro d’Italia ini. Sudah memenangi satu etape, dan selalu tampil solid di etape-etape tanjakan. Saat lawan agresif dan attack, dia tidak pernah panik. Rekan setimnya yang lebih pengalaman, Mikel Landa, tidak mampu menyaingi.

Hingga usai Etape 17, dengan hanya dua etape gunung dan satu time trial tersisa, Carapaz punya pimpinan sehat di puncak GC. Yaitu 1 menit dan 54 detik di depan Vincenzo Nibali (Bahrain-Merida), serta 2 menit dan 16 detik di depan Primoz Roglic (Jumbo-Visma).

Ini berarti, Carapaz harus hati-hati dua hal kalau ingin jadi juara. Di etape-etape gunung harus bisa menempel Nibali. Di time trial jangan sampai kedodoran terlalu jauh di belakang Roglic.

Setiap detik akan sangat berharga. Seperti ketika dia mencuri tujuh detik di penghujung Etape 17, Rabu (29/5).

“Setiap detik akan berharga menjelang (etape penutup) di Verona. Segalanya masih belum pasti, karena banyak hal masih bisa terjadi di Giro ini. Kami merasa percaya diri, tapi Giro belum berakhir,” ucapnya.

Bahwa Carapaz bisa mencapai momen ini, mungkin mengejutkan banyak orang. Tapi bagi yang berada di dunia WorldTour, ini mungkin sudah dinantikan.

Tahun lalu, Carapaz sudah berhasil finis di urutan empat Giro. Di belakang Chris Froome, Tom Dumoulin, dan Miguel Angel Lopez. Bahwa tahun ini dia sebenarnya “kapten kedua” di belakang Landa, dia tetap tergolong kuda hitam.

Sekarang, justru Landa yang harus berfungsi sebagai destroyer, sedangkan Carapaz bisa tenang menjaga posisi.

Dan sekarang, posisi Carapaz ini bisa membuat Movistar harus berpikir ekstra. Karena dia bisa menjadi ancaman tim untuk tahun-tahun ke depan.

Kontrak Carapaz dengan tim Spanyol itu berakhir di penghujung 2019 ini. Kabar terkuat, Team Ineos (bekas Team Sky) sudah bersiap mencomotnya untuk 2020 dan seterusnya.

Kalau Carapaz juara, maka nilai kontraknya semakin melonjak. Team Ineos tentu mampu, sementara Movistar harus berpikir ekstra. Apalagi, Movistar juga terancam kehilangan andalan GC lain. Kontrak Mikel Landa juga berakhir tahun ini. Begitu pula andalan mereka untuk Tour de France nanti: Nairo Quintana.

Sejauh ini, Carapaz menganggap Movistar seperti keluarga. Tapi sebagai profesional, tawaran tim seperti Team Ineos akan sangat menggiurkan. Karena itulah tim terkaya di WorldTour.

Pihak Movistar sendiri tak mau terganggu pembicaraan soal kontrak Carapaz di Giro ini. Mereka mau fokus dulu mengamankan gelar juara overall. (mainsepeda)


COMMENTS