Tips Setting Sepeda Ideal untuk Taklukkan Bromo KOM

Even menanjak paling ditunggu di Indonesia, Herbana Bromo KOM Challenge 2019, tinggal menghitung hari. Pada Sabtu, 16 Maret nanti, lebih dari 1.100 peserta akan ikut HUMN (Hari Ujian Menanjak Nasional), mencoba menaklukkan rute menuju ketinggian 2.000 meter di Wonokitri.

Secara fisik, tidak banyak yang bisa di-improve peserta dalam beberapa hari ke depan. Istirahat yang cukup mungkin lebih efektif daripada latihan keras. Namun, masih ada persiapan khusus yang bisa dilakukan pada sepeda/senjata yang akan digunakan.

Tips ini khusus ditujukan untuk peserta yang menggunakan road bike, yang akan gowes 100 km dari Surabaya ke Wonokitri. Tips ini juga khusus ditujukan kepada peserta “normal” alias non-atlet. Bagi atlet, tanjakan Wonokitri akan jadi makanan empuk. Bagi peserta “normal,” perjuangannya bakal menjadi salah satu tantangan terbesar hidup.

Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan dalam beberapa hari ke depan, sebelum menghadapi Hari Ujian Menanjak Nasional:

SATU SEPEDA CUKUP

Dalam beberapa tahun terakhir, ada-ada saja tingkah peserta dalam upaya menaklukkan rute Bromo. Misalnya membawa dua sepeda yang berbeda. Satu untuk rute datar dari Surabaya ke Pasuruan, satu lagi untuk menanjak dari Pasuruan ke Wonokitri.

Yang paling menggelikan, pernah ada peserta membawa sepeda time trial (TT) untuk rute datar, lalu pakai sepeda super ringan untuk menanjak.

Menggelikan, karena sepeda TT dirancang untuk melaju di datar SENDIRIAN. Kalau di tengah peloton besar, dengan kecepatan yang dikontrol oleh road captain, maka sepeda itu TIDAK ADA GUNANYA. Malah sepeda itu akan lebih melelahkan, karena posisi mengendaranya yang agresif.

Jadi, jangan sampai jadi bahan tertawaan saat ikut even ini. Satu sepeda cukup. Sepeda yang menurut Anda paling nyaman. Karena “comfort is speed,” dan Anda akan menyatu bersama sepeda itu selama berjam-jam. 

SEPEDA YANG SEHAT

Pastikan sepeda Anda dalam kondisi fit. Cek ban, rem, baut-baut, serta pernak-perniknya. Jangan sampai ada kesalahan konyol kecil-kecil terjadi sepanjang perjalanan. Saran: Servis sepeda Anda sebelum ikut even ini. Minta mekanik kepercayaan Anda memastikan semua komponen dalam kondisi sehat. Bagi yang datang dengan koper sepeda, pastikan saat merakit lagi semuanya dalam kondisi OK.

TAK PERLU SETELAN ANEH-ANEH

Percuma punya sepeda berbobot hanya 5 atau 6 kg, tapi pengendaranya berbobot 100 kg. Percuma punya sepeda harga ratusan juta, tapi pengendaranya jarang latihan.

Tanjakan menuju Wonokitri, Bromo, akan menguji kekuatan, ketahanan, dan ketabahan pesertanya. Bukan sepedanya. Ingat itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak peserta mencoba “over” dalam menyiapkan sepeda. Misalnya, memakai frame super ringan buatan Jerman, memakai wheelset super ringan pula buatan Jerman. Grupsetnya pun dimodifikasi. Memakai rear derailleur (RD) MTB, lalu memasang sproket sebesar piring makan (11-42).

Hasilnya? DIA TIDAK FINIS. Hanya sampai tengah jalan dan akhirnya harus diangkut kendaraan lebih murah: Mobil.

Untuk naik Bromo, tidak butuh setelan aneh-aneh. Dengarkan tips dari mereka yang rajin menanjak, bukan dari yang tidak pernah menanjak. Jangan terlalu percaya teori.

Pada prinsipnya, tanjakan sekitar 25 km dari Pasrepan ke Wonokitri adalah “menu utama.” Bagian bawah relatif landai, banyak di kemiringan 5-7 persen. Setelah lewat tulisan “Selamat Datang di Tosari,” sekitar 10 km sebelum finis, gradien mulai lebih miring di kisaran 8-11 persen secara konstan. Di sini ketabahan dan ketahanan diuji.

Ya, ada bagian akhir sebelum finis yang lebih dari 15 persen, tapi ini pendek sekali.

Anda harus menyetel sepeda untuk bagian utama yang 9-11 persen itu. Bagi yang rajin latihan, kombinasi 50-34 depan dengan 11-28 belakang sudah sangat cukup. Kombinasi 34-28 bisa nyaman untuk diputar konstan. Toh ada sedikit “istirahat,” sedikit turunan, sebelum tancap gas total di jalan curam menuju garis finis.

Belakangan, grupset Dura-Ace 9100 menyediakan sproket 11-30. Ini sangat nyaman. Pakai kombinasi 34-27 (sisa satu di belakang) di bagian paling panjang, lalu pakai sproket 30 saat mau finis. Campagnolo dengan sproket belakang 29 juga nyaman.

Dan sebenarnya, sproket belakang 11-32 sudah lebih dari cukup. Putaran kaki masih oke, speed masih oke. Kalau pakai 11-34, mungkin nyaman, tapi kecepatannya terlalu pelan. Seperti tikus kecil berputar di dalam roda, kaki berputar tapi seperti tidak ke mana-mana.

Kalau Anda membutuhkan gir lebih dari ini, mungkin Anda harus memikirkan lagi hobi Anda bersepeda. Mungkin ini bukan untuk Anda!

TIPS AKSESORI

Pastikan memakai sepatu dan helm paling nyaman. Siap-siap untuk udara panas. Pastikan pula Garmin atau GPS Anda dalam kondisi sudah di-charge. Baterai-baterai pada semua sensor dalam kondisi segar. Alangkah menyebalkannya ketika sengsara naik ke Bromo, Garmin ternyata mati atau sensor cadence mati.

Bawa lampu belakang juga (warna merah!). Siapa tahu berkabut atau hujan, untuk membantu memberi tahu yang lain posisi Anda.

KESIMPULAN

Secara keseluruhan, tidak perlu sepeda aneh-aneh untuk menaklukkan Bromo. Kunci utama adalah Anda, sang pengendara. Seminggu sebelum Herbana Bromo KOM Challenge 2019, Anda seharusnya sudah latihan cukup. Sekarang tinggal memastikan sepedanya juga sehat.

Kunci hobi bersepeda adalah BERSEPEDANYA. Bukan kehebatan sepedanya. Jadi, selamat menikmati rute menuju Wonokitri. Kalahkan diri Anda sendiri. Enjoy the suffering! (azrul ananda)

 


COMMENTS