Lima cyclist East Java Journey 2024 kategori 600 km finis bareng, Minggu pagi 3 Maret 2024. Rombongan itu terdiri dari Azrul Ananda dan istrinya Ivo Ananda. Diikuti oleh Joko Sumalis, Alfa Mahesa, dan William.

Mereka tampak happy saat masuk titik finis di Surabaya Town Square (Sutos). Bersepeda beriringan sebelum scan QR sebagai pertanda telah finis.

Lima cyclist itu juga disambut para peserta 1500 yang sudah finis. Ada Trihadi "Tombro" Siswanto, Handika, Bambang "Bembenx" Anggoro Jati, Hairudin, dan Dwi Trijono. Kebetulan mereka memilih beristirahat di kantor DBL Indonesia, yang berada di Sutos.

Azrul Ananda mengatakan, setelah lepas check point (CP) 2 sudah menargetkan mengejar finis di bawah 48 jam. Mereka sepakat terus melaju dan baru istirahat ketika jarak ke finis kurang 100 km. Pilihan mbolang di masjid di sepanjang jalan yang dilalui.

"Ketemu masjid lokasinya di sekitar Kedung Adem, daerah Bojonegoro. Masjidnya di tengah sawah. Sekitar jam 12 malam itu," jelas Azrul.

Rombongan Azrul ini sempat merencanakan tidur dua jam. Tapi ternyata bablas hingga tiga jam. Setelah itu mereka berangkat tapi masih perlu membeli perbekalan. Air habis. Namun mereka baru mengisi air sekaligus makan sesampai di Jombang.

"Pulangnya ini melawan angin terus. Berat, tapi gak masalah untung setahun sekali," candanya.

Rombongan Azrul juga sempat bertemu dengan para peserta 1500 yang masih berjuang finis di hari terakhir (hari ketujuh). "Semua peserta 1500 yang ikut dan menuntaskan rutenya hebat. Tahun ini rutenya luar biasa," katanya.

Ia sempat bercanda ke para peserta 1500 bahwa tahun depan jaraknya dinaikan ke 2.000 km. "Gimana tahun depan 2.000 km ya, Mbenx," ujar Azrul pada Bembenx.

Sementara itu, William mengaku rute yang berat ada di hari pertama. Terutama di area gravel di Blitar. Mengenai tanjakan, William masih bisa mengatasinya meskipun panjang.

Soal penginapan, yang paling berkesan bukan sekadar tidur di masjid. Namun sebelumnya mereka juga sempat menyewa rumah yang setengah jadi. Celakanya, rumah itu belum memiliki kamar mandi.

"Pagi-pagi mules aku, akhirnya lari ke depan ngisi ember," cerita William yang disambut tawa lepas orang-orang yang menantinya di finis. 

William sendiri baru pertama mengikuti event ultra cycling. Dari East Java Journey ini William belajar bahwa gowes ultra beda dengan gowes jauh-jauhan biasa.

"Harus banyak faktor yang dipelajari," ujarnya. "Jadi kalau ditanya apakah ingin naik kelas ke 1500, ya saya siapkan mental dulu. Tidak bisa modal belajar di YouTube saja seperti saya sebelumnya," ucap William.(mainsepeda)

Populer

Kibar Lolos ke Kejuaraan Dunia Gravel UCI 2026, Tombro Alami Insiden
Fantastic CC Gowes Tanpa Bidon, Tak Lupa Beramal!
UCI World Championship 2025: Pogacar Back to Back Juara Dunia Road Race
Ini Dia Hasil Resmi Bentang Jawa 2025
Lelogama KOM 2025: Panasnya Tak Terkira, Pemandangannya Tiada Tara
Juara Bentang Jawa Yusuf Kibar Menimba Ilmu di Dustman 2025
Nasib Biniam Girmay Terkatung-katung Efek Merger Lotto-Intermarche
Vuelta a Espana 2025, Etape 1: Menang di Turin, Philipsen Hapus Kekecewaan Tour de France
Misi Lolos Kejuaraan Dunia Gravel, Hadi Tombro-Fian Targetkan Podium Gravelista 2025
Banyuwangi Bluefire Ijen KOM 2025: Abdul Soleh Kejar Sapu Bersih Trilogy