Persaingan seru sudah terjadi di hari pertama East Java Journey 2024 kategori 1.500 km, Senin 26 Februari 2024. Di posisi pertama, Handika dan Dzaki Wardhana saling bersaing ketat. Hingga pukul 15.00 WIB, Handika dan Dzaki masih di posisi terdepan. Saling mendahului.

Handika dan Dzaki meskipun sama-sama turun di kategori 1.500 km, tapi mereka masuk kelas yang berbeda. Handika berada di kelas Men 40 and up. Sementara Dzaki memjadi peserta untuk kelompok Men 39 and under.

Persaingan antara Handika dan Dzaki terjadi sejak awal. Mereka beriringan, termasuk saat di tanjakan. Meskipun bersaing di jalan, tapi urusan "pondasi" (makan) mereka berdua kompak. Mereka sama-sama memilih berhenti di sebuah warung sederhana untuk makan menu yang sama: mie instan.

Mereka berhenti di km 270. Di warung yang sama. Membeli menu yang sama. Mie instan goreng. Bedanya, Handika memilih mie rebus, Dzaki memilih mie goreng.

Handika dan Dzaki sebenarnya tak berniat berhenti. Namun perjalanannya sedikit terganggu karena hujan turun mulai deras. Mereka berhenti sejenak sembari membersihkan muka dan sepeda.

"Berhenti dulu, mulai hujannya mulai deras," kata Dzaki.

"Cari yang anget-anget sebelum masuk hutan, mie kuah cocok ini," seloroh Handika.

Handika mengaku perjalanannya sejauh 270 km masih belum terasa berat. Meskipun sempat dihajar tanjakan di Tirtowening dan Tutur, Pasuruan.

"Trek oke asyik sih. Nanti mungkin hajar sampai Paltuding, istirahat sebentar, terus lanjut," papar cyclist yang mencatatkan namanya sebagai finisher asal Indonesia tercepat di Paris-Brest-Paris. 

Handika mengatakan ketika masih di medan flat, ia dan Dzaki bisa punya pace yang sama. "Kalau masih flat seperti ini masih sama, yang membedakan kami nanti ya pas di tanjakan," ujarnya.

Handika sendiri sempat nyasar. Ia salah salah jalan sekitar 2 km. "Yo wis lah ikut yang muda-muda, semoga hari ini sampai CP (check point) 1," terannya.

Sementara itu, Dzaki juga mengatakan belum ada kendala apapun. Namun ia merasa fisiknya tidak 100 persen fit karena baru saja jatuh sakit. "Nafas masih sering ngos-ngosan saat nanjak. Jadi belum berani pasang target yang penting sampai dulu di CP 1," kata Dzaki.(*)

Populer

Kolom Sehat: Sisi Lain Bromo
Kolom Sehat: Hari Apes Nggak Ada di Kalender
Kolom Azrul Ananda: Misteri Tanjakan Bromo
Trek Madone SLR: Paling Berevolusi (dan Nyaman) di Tengah “Perang Aero”
Paling Rame, Paling Serius, dan Hadiahnya Paling Top
Juwanto: 'Bertapa' di Telomoyo untuk Kuasai Bromo
Bromangge Usung Misi Bangkitkan Pariwisata Palu
Jelang Amstel Gold Race, Mathieu van der Poel Berpeluang Ulangi Kemenangan Fenomenal Paris-Roubaix
Kolom Sehat: Habis Gelap Terbitlah Terang
Giro d’Italia 2024, Etape 2: Taklukkan Tanjakan Santuario di Oropa, Pogacar Rebut Maglia Rosa