Seru tapi menyiksa! Itulah yang dirasakan 73 anggota Ratjoen Cycling Club saat komunitasnya membuat event ala-ala Everesting. Nama event-nya Ratjoen Half Everesting Challenge, Minggu 6 Agustus 2023.

Sebagaimana diketahui, event Everesting menuntut para cyclist bersepeda naik turun berulang kali hingga mencapai ketinggian 8.848 meter. Nah sesuai namanya Ratjoen Half Everesting Challenge, ketinggiannya dibuat separonya, 4.424 meter.

Ratjoen memilih menggelar event itu di tanjakan Jalibar di Kota Batu. Dibuat ramah anggota agar lebih banyak yang ikut serta. Bukan hanya ketinggiannya, tapi juga cut off time (COT)-nya dibuat 12 jam. Dimulai pukul 06.00 WIB, berakhir 18.00 WIB.

Ketua Pelaksana Ratjoen Half Everesting Challenge Santoso Sutedjo mengatakan, event ini kali pertama digelar. Awalnya banyak anggota Ratjoen kaget dan ragu apakah kuat mengikuti tantangan itu.

"Inspirasi event ini ya dari Mas Azrul (Azrul Ananda, founder Mainsepeda). Dulu kan seingat saya beliau pernah bikin. Tapi kalau full everesting ya teman-teman banyak yang gak kuat," ujar Santoso.

Santoso mengaku tertarik membuat Ratjoen Half Everesting Challenge karena sebenarnya melihat capaian para anggota Ratjoen sendiri. "Saya lihat teman-teman itu bisa kalau sehari 2.000-5.000 meter. Jadilah dibikin Ratjoen Half Everesting Challenge ini," ucapnya. Awalnya event ini disiapkan pada Juni-Juli 2023. "Tapi banyak yang liburan," ungkapnya.

Begitu diumumkan, ternyata ada 73 anggota Ratjoen yang siap ikut. "Ya buat seru-seruan saja," kata Santoso.

Dari jumlah itu, hanya ada 6 cyclist yang berhasil finis. Keenamnya adalah Sugeng Wahyudi, Budi Setiawan, Hendry Sudjana, Dwiki Wicaksono, Vincent Hugo, dan David Santoso.

Berat memang. Setidaknya butuh 22 kali naik turun untuk bisa menyelesaikan tantangan. "Aturannya terserah anggota saja bagaimana mengaturnya. Disesuaikan dengan pace dan strategi masing-masing,” terang Santoso.

Tidak sedikit dari anggota Ratjoen yang mulai ngos-ngosan begitu lap kelima. Banyak dari mereka yang saling menyemangati saat berpapasan di jalan.

Salah satu peserta, Vincent Hugo mengatakan ujian di event itu adalah bagaimana menjaga ketahanan. "Sebenarnya nanjaknya tidak berat. Tapi karena lamanya itu, harus wani perih," ungkapnya.

Vincent mengaku sebagai peserta yang tidak terlalu kuat. Sehingga ia harus pandai-pandai melakukan persiapan dan menghitung kekuatannya. "Kalau saya watt-nya harus dihitung. Kapan mengkonsumsi nutrisi dan carbo-nya juga," ujarnya. Ia sendiri menyelesaikan tantangan itu dalam waktu 8,5 jam.

Finisher lainnya, Sugeng Wahyudi mengatakan meskipun berat namun event komunitasnya itu cukup seru.

"22 kali naik turun seperti setrikaan," kata Sugeng. Ia senang karena para peserta begitu berpapasan saling memberi semangat.

Sugeng menyebut event seperti itu membutuhkan kesabaran ekstra. "Saya sendiri sesuai target bisa tuntas 6 jam 30 menit. Selama itu saya hanya istirahat dua kali. Makan telur dan kurma. Terus istirahat salat," ungkapnya.(mainsepeda)

Populer

Nggravel Blitar 2025: Dihibur Bukit Teletubbies dan Sungai Lahar, Dibuat Kenyang Kuliner Blitar
Nggravel Blitar 2025: Hendri Finisher Pertama MTB, Marseilo Tercepat Gravel Bike
Nggravel Blitar 2025: Bukit Teletubbies is Heaven!
Tour de Suisse 2025: Joao Almeida Bangkit dari Keterpurukan, Rebut Juara Umum
Nggravel Blitar 2025: Baru Beli Sepeda Gravel, Langsung Ikut Off-Road Perdana Mainsepeda
Nggravel Blitar 2025: Lanterne Rouge untuk Rocky-Palupi yang Pantang Menyerah
Nggravel Blitar 2025: Terbukanya Potensi Blitar Berkat Rute Off-Road Menawan
Tour de Suisse 2025, Etape 7: Almeida Belum Mengangkat Bendera Putih
Kolom Sehat: Nggravel Blitar 2025
SRAM Force dan Rival AXS Baru: "One Finger Braking" Lebih Terjangkau