Klaim Se-Aero Kepala Gundul

| Penulis : 

Dulu: Helm ringan banyak lubang, supaya nyaman dan adem. Beberapa tahun lalu: Helm “aero” muncul, menawarkan (sedikit) kecepatan ekstra dengan mengorbankan sedikit kenyamanan dan ventilasi. Sekarang: Helm lonjong aero tapi menawarkan ventilasi cukup, ringan, dan nyaman!

Tren helm terus berevolusi. Makin lama, makin banyak produsen yang arah pengembangannya searah. Bahwa helm ideal tetap yang aero, licin membelah angin, tapi harus ringan, nyaman, dan menawarkan ventilasi cukup.

Tren helm aero ini bisa dibilang dimulai oleh Giro, lewat Air Attack. Bentuknya simple “bulat,” nyaris tanpa lubang ventilasi. Kemudian Specialized menentukan arah tren selanjutnya. Meluncurkan helm Evade yang bentuknya lonjong, namun memiliki lubang ventilasi cukup.

Limar Air Speed

Setelah itu, susul menyusul merek lain meluncurkan helm-helm aero. Ada Bell Star Pro, Scott Cadence Plus, Bontrager Ballista, Limar Air Speed, Lazer Bullet, Abus Gamechanger, Kask Utopia, dan bahkan Giro pun kini punya helm aero yang berbentuk lonjong, bernama Vanquish. Belum merek-merek lain lagi.

Bontrager Ballista

 

Giro Vanquish

Semua berbentuk memanjang, dengan lubang ventilasi bervariatif. Ada yang permanen, ada yang bisa buka-tutup.

Menghadapi persaingan itu, Specialized tahun ini meluncurkan Evade II. Lubang-lubangnya diperkecil, dan panjangnya dikurangi hingga 11 mm.

Specialized Evade II

Produsen asal California, Amerika Serikat ini memang sangat mengedepankan aerodinamika. Mereka memiliki fasilitas terowongan angin yang diberi nama “Win Tunnel” (ya, “win” menggantikan “wind”). Chris Yu, orang yang mengepalai divisi aero, mengklaim Evade II ini nilai tahanan anginnya (drag coefficient) setara dengan kepala gundul!

Kalau dibandingkan dengan Evade lama, Yu menyebut helm ini bisa menghemat waktu 1,6 detik dalam sebuah time trial sejauh 40 km.

Kask, yang awal 2018 ini meluncurkan Utopia, tidak kalah berani bersesumbar. Mereka mengklaim telah menguji helm itu melawan sepuluh pesaing di dalam terowongan angin. Menurut mereka, saat melaju dalam kecepatan 50 km/jam, Utopia bisa menghemat energi hingga 6 watt.

Kask Utopia

Semuanya bukan angka besar, tapi dunia cycling penuh dengan orang-orang yang memburu selisih kecil-kecil!

Tahun ini, tentu merek-merek lain akan terus menyusul dengan desain-desain baru. Semua akan mengklaim helmnya lebih baik dari yang lain. Kita lihat saja, siapa akan muncul dengan bentuk yang benar-benar baru, kemudian kembali membelokkan arah tren di tahun-tahun selanjutnya! (mainsepeda)

Populer

Criterium du Dauphine 2025, Etape 7: Pogacar Semakin Dekat Juara Umum
Criterium du Dauphine 2025, Etape 8: Pogacar Raih Gelar Juara Umum
Criterium du Dauphine 2025, Etape 6: Pogacar Menang, Vingegaard Kewalahan
Sembilan Cyclist Mencari Tantangan "Gravel" Surabaya–Banyuwangi
Cannondale Topstone Carbon, Sepeda Gravel Bersuspensi
Review Sensah Empire Pro 12-Speed setelah 1.000 Km Plus (3-Habis)
Inilah Tiga Rute Seru untuk Gravel Bike di Tangerang
Citra Dewi: Tak Apa Pelan-pelan, yang Penting Gowes Stabil
Jajal Rute Dholo KOM, Wakapolda Jatim Tanpa Nuntun
Kisah LeBron James dan Kecintaannya pada Sepeda