Ada dua pembalap yang menangis menyambut ending Tour de France (TdF) 2018. Geraint Thomas (Team Sky), yang jadi juara untuk kali pertama, mengaku menangis untuk kali pertama sejak upacara pernikahannya. Satunya lagi adalah Lawson Craddock (EF Education First-Drapac), yang resmi finis di urutan 145 alias terakhir.

Yang menarik, Craddock meraihnya dengan perjuangan sangat berat, dan di garis finis dia berhasil mengumpulkan dana lebih dari USD 150 ribu atau lebih dari Rp 2,2 miliar!

Craddock, pembalap asal Texas, Amerika Serikat, sudah berada di urutan terakhir sejak etape pembuka, 7 Juli lalu. Di etape datar pembuka itu, dia terjatuh setelah sepedanya menabrak botol minum pembalap lain yang terjatuh.

Ini benar-benar nasib buruk. Ada luka besar di wajah yang harus dijahit, dan bahunya retak.

Lawson Craddock mengalami kecelakaan parah di etape pertama yang mengharuskan luka di wajahnya dijahit dan mengalami retak tulang bahu. 

Yang bikin geleng-geleng kepala, Craddock tampil di TdF mendapatkan nomor 13 di punggung dan sepeda!

Bagi pembalap lain, kecelakaan seperti itu mungkin mengakibatkan mereka untuk pulang ke rumah. Tapi tidak untuk Craddock. Dia memutuskan untuk terus berjuang hingga finis. Bahkan dia berjanji akan mendonasikan USD 100 untuk setiap etape yang dia selesaikan untuk perbaikan Alkek Velodrome di Houston, yang rusak karena banjir besar baru-baru ini.

Alkek Velodrome di Houston, Texas mendapatkan sumbangan sebesar Rp. 2,2 Miliar dari Lawson Craddock setelah tuntas mengikuti Tour de France 2018.

Dia juga mengajak follower media sosialnya untuk menyamai sumbangan tersebut.

Hasilnya? Luar biasa! Craddock terus bertahan hingga finis, termasuk melewati jalanan berbatu di Etape 9, lalu pegunungan tinggi di pekan kedua dan ketiga. Hingga menjelang etape parade penutup di Paris, Craddock berada di urutan 145, terakhir dari mereka yang masih bertahan, dengan catatan waktu hampir lima jam di belakang Thomas.

Dalam sejarah TdF, pembalap yang finis terakhir ini mendapatkan gelar tidak resmi tapi sangat bergengsi: Lanterne rouge. Artinya “lampu merah,” terinspirasi dari kereta, yang memiliki lampu merah di gerbong paling belakang, sebagai penanda ujung akhir kereta.

Craddock adalah pembalap Amerika pertama yang meraih “penghargaan” ini.

Dana yang dikumpulkan pun luar biasa. Hingga Etape 20, nilainya sudah mencapai USD 150 ribu atau sekitar Rp 2,2 miliar. Dan itu akan terus bertambah!

Lawson Craddock menangis saat menuju finis Etape 20 ITT Tour de France 2018.

Dengan segala perjuangan ini, wajar bila Craddock menangis menuju finis. “Saya berjuang mati-matian dalam tiga pekan terakhir. Ini bakal menjadi pencapaian luar biasa. Saya sempat tak yakin bisa melakukannya,” ucap pembalap 26 tahun itu.

“Saya mengawali Tour ini dengan kesedihan setelah kecelakaan di hari pertama. Tapi sekarang yang saya rasakan adalah kebahagiaan luar biasa,” pungkasnya. (mainsepeda)

 Foto : Bettini, Getty

Populer

Criterium du Dauphine 2025, Etape 7: Pogacar Semakin Dekat Juara Umum
Criterium du Dauphine 2025, Etape 6: Pogacar Menang, Vingegaard Kewalahan
Kolom Sehat: Dauphine dan Kegelisahan 
Jajal Rute Dholo KOM, Wakapolda Jatim Tanpa Nuntun
Nggravel Blitar 2025: Berburu Cyclocomp iGPSport BiNavi Sembari Liburan Keluarga Seru
Trik Sepeda Unbound Gravel 2025: Ban Makin Lebar, Eksperimen Dua Pentil
Nggravel Blitar 2025: Rehat Ngopi di De Karanganjar, Finis Makan Masakan Mak Ti 
181 Cyclist Starter Bentang Jawa 2025
Tour de Surakarta Kembali Digelar, Ajak Peserta Kenali Budaya Solo
Criterium Dauphine 2025, Etape 5: Jake Stewart Menang, Evenepoel Terselamatkan