Bromo KOM Jadi Ritual Wajib Roy Iskandar Sejak 2017


Sejak kali pertama ikut pada 2017, Roy Iskandar baru sekali absen di Bromo KOM 2018

Mengikuti Bromo KOM Challenge itu sebuah keharusan bagi Roy Iskandar. Bukan sekadar harus, namun sifatnya wajib ain untuk cyclist 43 tahun tersebut. Bromo KOM menjadi rutinitas yang hampir selalu diikutinya setiap tahun. Sepertinya tradisi mudik yang dilaksanakan saban Lebaran.

Roy mengaku selalu mengikuti Bromo KOM sejak 2017. Ia hanya absen pada Bromo KOM edisi 2018 lantaran jadwalnya bentrok dengan event lain di mana ia sudah terlanjur daftar. Roy beraksi kembali di Bromo KOM 2019 dan 2020. Ketika diadakan kembali pada 2022, setelah satu tahun vakum karena pandemi, Roy kembali nanjak ke Wonokitri pada tahun lalu.

Saat ini Roy berhasil mengamankan slot untuk Bromo KOM 2023. Jika tidak ada halangan, ini akan menjadi partisipasi kelimanya dalam kendurinya cyclist di Indonesia tersebut. "Bagi saya, Bromo KOM itu mudik. Tetapi dengan cara bersepeda," ungkap Roy. "Saya jarang daftar event tur lainnya. Tapi kalau Bromo KOM, pasti daftar," imbuhnya.

Roy memang asli Surabaya. Rumahnya di daerah Kutisari, Surabaya Selatan. Namun ia tidak bermukim di Kota Pahlawan. Sejak dua dekade lalu ia sudah hijrah Ibu Kota. Untuk melanjutkan pendidikannya. Yang kemudian berlanjut ke pekerjaannya. Sekarang ia tinggal di Tangerang Selatan, Banten.

Bersepeda menjadi ritual wajib untuk Roy. Ia rajin bike to work sejak 2008. Hampir dua windu. Selain gowes ke kantor, Roy juga aktif di olahraga lari sejak 2013. Seiring dengan berjalannya waktu, Roy akhirnya menyelami olahraga triathlon. Berbagai event sudah pernah ia ikuti. Termasuk Iron Man. "Sampai sekarang pun masih aktif triathlon," ungkapnya.

Ada banyak cerita menarik selama ia mengikuti Bromo KOM. Baginya, pendaftaran yang dilaksanakan pada malam hari bukan jadi soal. Roy bahkan bersyukur karena selalu kebagian slot. Perjuangannya untuk begadang pada hari pendaftaran, selalu berbuah hasil manis. Ia selalu kebagian slot.

"Tahun ini bahkan sangat cepat. Proses pendaftarannya tidak sampai sepuluh menit dan slot sudah berhasil saya dapatkan," akunya.

Empat kali mengikuti Bromo KOM membuatnya paham betul rute nanjak ke Wonokitri. Menurut Roy, bagian paling menyebalkan adalah di 10 km terakhir. Di mana gradiennya sudah belasan persen. Ketika sudah mencapai titik ini, maka ia harus bersiap untuk mengeluarkan ekstra power. Supaya bisa finis sebelum cut off time (COT).

"Kuncinya adalah sabar. Kebanyakan teman-teman saya senang kebut-kebutan. Akhirnya banyak yang jatuh. Saya yang lambat malah bisa finis sebelum COT," ungkap Roy.

"Pokoknya harus benar-benar sabar. Jangan terpancing untuk kebut-kebutan. Sebab medan di sebelum 10 km terakhir itu tidak ada apa-apanya. Namun saat di 10 km terakhir, itu baru mulai bekerja keras. Sebab tanjakannya benar-benar top. Tidak ada habisnya," tegasnya.

Latihan yang rutin wajib dilakukan sebelum nanjak di Bromo KOM. Jangan lupa untuk latihan nanjak. Paling tidak sekali dalam sepekan. Selain itu, peralatan yang tepat juga sangat mendukung Anda untuk bisa finis sebelum COT. "Saya punya pengalaman pada 2020. Saya tidak finis karena salah bawa sepeda. Saya bawa sepeda touring," ungkapnya seraya tertawa.

Roy sudah menyusun jadwal jalan-jalan selepas Bromo KOM nanti. Ia akan mengajak para rekan yang kebagian slot untuk tidur di rumahnya di Surabaya. Kemudian, setelah finis Bromo KOM, mereka tidak akan langsung pulang. Roy dan kawan-kawan bakal mencari penginapan di Bromo. "Biar esok harinya bisa foto-foto di lautan pasir Bromo," ungkapnya. (mainsepeda)

Podcast Mainsepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 126


COMMENTS