John Lahap 700 Km dalam 42 Jam, Rute Gravel Jadi Bumbu Seru

Long weekend Tahun Baru Imlek kali ini menjadi momen untuk menguji rute East Java Journey 600 km plus. Azrul Ananda, John Boemihardjo, Asril Kurniadi Adenan, dan beberapa kawan menjajal jalur yang dirancang awal sebagai rute event yang dijadwalkan berlangsung 14-19 Maret nanti.

Sama-sama start dari Taman Apsari Surabaya, depan Gedung Grahadi di Jalan Gubernur Suryo, rombongan delapan cyclist itu berangkat Jumat pagi (20/1) pukul 06.00 WIB. Mereka bersama keluar dari Surabaya ke arah Gresik.

Cek rute start dari depan Gedung Negara Grahadi di Surabaya pada Jumat (20/1) pagi

Begitu lepas menuju Lamongan, baru dua kelompok terpecah. John Boemihardjo, co-founder dan CEO Wdnsdy Bike, langsung melaju kencang bersama  Elvan "Rico" Richardo. Kelompok ini ingin menjajal seberapa cepat rute bisa dituntaskan, kalau bisa hanya dalam dua hari.

Kelompok kedua ada enam orang. Yaitu founder Wdnsdy Bike dan Mainsepeda.com Azrul Ananda, istrinya Ivo, Asril Kurniadi Adenan, Go Suhartono "Koh Hai" yang berusia 74 tahun, Serma M. Agus, dan Octavian Trisna Wijaya. Grup ini sejak awal berniat menghabiskan tiga hari gowes, sekaligus mengecek potensi check point di kota-kota dan jalur yang dilewati.

Rute yang dijajal dari Surabaya ke arah utara sebentar lalu ke barat menuju Bojonegoro, lalu mulai ke selatan ke arah Madiun dan Ponorogo. Kemudian ke Pacitan, belok ke timur ke arah Trenggalek. Lanjut ke Tulungagung, Kediri, Pujon, baru turun balik ke Surabaya.

Pada akhirnya, total gowes yang dilakukan "pas" 700 km. Itu termasuk off course untuk ke penginapan dan lain-lain. Total menanjaknya tidak main-main, lebih dari 5.600 meter. Mayoritas didapati di rute dari Pacitan menuju Trenggalek di JLS (jalur lintas selatan).

Sebagai penguji "jalur Patas," John Boemihardjo gowes dua hari semaksimal mungkin. Hanya berhenti untuk makan dan suplai, plus hanya tidur sekitar dua jam di Tulungagung.

John Boemihardjo finis di Wdnsdy Cafe di Surabaya Townsquare pada Sabtu (21/1) malam

Menurut data Strava, finisher Unbound Gravel 200 Mil dua kali itu menghabiskan waktu hanya 41 jam dan 56 menit. Waktu moving time-nya 33 jam dan 40 menit. Berkecepatan rata-rata 20,9 km/jam. Dia finish di Surabaya, di Wdnsdy Cafe di Surabaya Townsquare, pada Sabtu (21/1) mendekati tengah malam.

Sebenarnya, ada dua alasan mengapa John "menghajar" rute ini secara nyaris nonstop. Pertama, dia memang menarget demikian supaya tetap bisa merayakan Hari Raya Imlek bersama keluarga. Kedua, dia memang sedang persiapan untuk mengikuti sebuah event berat di Australia, beberapa pekan lagi.

John Boemihardjo melibas rute 700 km dalam waktu 41 jam dan 56 menit. Waktu moving time-nya 33 jam dan 40 menit.

Sebenarnya, John ingin finis lebih cepat lagi. Tapi dia underestimate seberapa berat rutenya. Jauh lebih berat dari yang terlihat di data rute. Setelah menuntaskan rute, John punya pesan singkat untuk teman-teman cyclist yang mencari tantangan: "Jangan lewatkan daftar East Java Journey. Seru pol!".

Sementara itu, rombongan utama berhenti menginap dua kali. Hari pertama hingga Ponorogo relatif datar, total menanjak hanya hampir 1.000 meter. Namun tantangannya ada jalur dari Lamongan ke Bojonegoro yang memang dilewatkan jalur kampung/sawah/gravel. Membuat perjalanan tidak bisa secepat yang diperkirakan.

Jalur gravel akan ditemui peserta East Java Journey saat melalui rute dari Lamongan ke Bojonegoro

Rute-rute "gravel" ini akan membumbui perjalanan. Karena itu, panitia merekomendasikan ban 32-35 mm, dengan aturan minimal 30 mm.

Menginap di Ponorogo setelah sekitar 260 km, besoknya rombongan mengambil menu menanjak. Naik turun ke Pacitan, lalu menanjak terberat terus naik turun dengan kemiringan hingga 20 persen ke arah Trenggalek. Sebelumnya, grup sudah mendapat info dari Rico kalau arah Trenggalek itu "never ending climb." Tapi baru bisa dirasakan sakitnya saat dilewati.

Kelompok kedua singgah di Trenggalek sebelum melanjutkan perjalanan ke Tulungaung pada Sabtu (21/1) malam

Kelompok kedua ini makan malam di Trenggalek, lalu melanjutkan ke Tulungagung dan menginap di situ. Baru keesokannya ke arah Kediri, Kandangan, naik ke Pujon, lalu turun ke Batu dan ke Surabaya. Panas ekstrem dan hujan lebat menjadi bumbu hari ketiga. Plus macet parah turun dari Pujon hingga ke Karanglo karena efek long weekend.

Akibatnya, rombongan baru bisa finis sekitar pukul 20.00 WIB, Minggu malam (22/1). Ketika mematikan bike computer, Asril Kurniadi langsung nyeletuk: "Pas 700 km."

Pas 700 km. Catatan perjalanan Asril Kurniadi yang terekam di Strava

Tentu saja, rute resmi Half Journey 600 Km+ kelak bukanlah 700 km. "Kami melakukan survei rute yang bisa dilewati. Akan ada yang di-reroute, akan ada yang dipangkas, dan lain sebagainya. Tapi menu-menu utamanya akan dipertahankan. Memaksa peserta untuk taktis dalam membagi rute, tidak mudah menghajarnya dalam dua hari," papar Azrul Ananda.

Untuk peserta Half Journey, rencananya start event akan dilakukan Jumat, 17 Maret. Dengan cut off time (COT) Minggu, 19 Maret, pukul 18.00. Beda dengan Full Journey 1.200 km yang memiliki elemen kompetisi, ajang Half Journey bersifat nonkompetitif. Dan semua finisher di bawah COT adalah juara, semua mendapatkan trofi finis.

Pendaftaran akan dibuka secara online di Mainsepeda.com pada 1 Februari mendatang. (mainsepeda)

Podcast Mainsepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 122


COMMENTS