Kolom Sehat: Gowes dan Belajar Sejarah

| Penulis : 

Mencari rute bersepeda adalah hal yang susah-susah gampang. Susah karena sering kali teman yang diajak tidak mau bergabung. Alasannya rute itu terlalu cemen atau terlalu berat. Belum lagi masalah selera. Ada yang tidak masalah dengan rute berputar-putar di tempat yang sama. Ada pula yang lebih suka menuju ke tempat dengan jarak tertentu.

Beberapa rute bersepeda yang umumnya dikunjungi di Surabaya, kini sedang ditutup. Saya sempat bingung juga mau bersepeda ke mana. Apalagi sebisa mungkin gowes sendiri dan tidak menuju atau melewati kerumunan. Beruntung Om Hen, pemilik akun Instagram @biker_santuy, sempat menghubungi saya. Kami berkomunikasi soal rute sekitar Surabaya Barat dan Mojokerto.

Saya sering melewati Mojokerto saat gowes ke luar kota. Tapi yang saya lalui adalah jalan besar yang biasa dilewati mobil dan kendaraan berat lainnya. Paling sering ketika mau ke Pujon atau ke Kediri. Juga sewaktu ke Madiun dan Sarangan.

Mojokerto menyimpan sejarah yang luar biasa. Terkandung peninggalan salah satu kerajaan terbesar di nusantara: Majapahit. Majapahit pernah mencapai puncak kejayaannya saat dipimpin Raja Hayam Wuruk.

Fakta itu pasti harus disertai bukti yang menguatkan. Maka saya pun menjelajah ke Mojokerto. Melihat peninggalan Majapahit dengan bersepeda.
Semula, ketika @biker_santuy menjelaskan di mana letak candi-candi di Mojokerto, saya mengira lokasinya pasti dekat dengan jalan yang saya lewati. Saya pun meminta @biker_santuy menyediakan waktu untuk menunjukkan jalan seputar candi-candi itu. Ia menyanggupi.

Tidak seperti yang diperkirakan, saya menuju Mojokerto dengan melewati jalan yang sepi di daerah pedesaan. Aspalnya bagus dan jarang kendaraan besar. Sesekali kami melintasi sawah. Seperti di Ubud, tapi jalannya flat. Jadi nggak lelah gowesnya, wkwkwkwk. Walau di pinggir sawah, kami masih tetap melewati jalan beton yang bagus. Bukan jalan setapak atau jalan gravel.

Setelah melaju sekitar 50 kilometer dari Surabaya, akhirnya saya melihat satu persatu candi-candi di daerah Trowulan itu. Mulai Candi Gentong, Candi Brahu, Candi Tikus, Candi Bajang Ratu, dan beberapa yang lain. Sempat juga melewati Pusat Informasi Majapahit di Trowulan. Namun masih tutup.
Saya jadi berpikir, menjelajahi tempat bersejarah menjadi salah satu agenda saat kalau jalan-jalan ke luar negeri. Terkadang cuma mengunjungi monumen atau tempat syuting film terkenal.

Padahal sebenarnya ada tempat yang bersejarah di dekat kita. Tidak salah melihat keindahan luar negeri, tapi jangan lupa dengan yang ada di negeri tercinta ini. Seperti kacang yang jangan sampai melupakan kulitnya.

Ini bulan Agustus, bulan kemerdekaan kita. Di mana-mana akan dimeriahkan dengan hiasan merah-putih. Warna itu diambil dari bendera Kerajaan Majapahit.

Ya, sekarang saya sangat sneang karena pernah gowes dan melihat candi-candi itu. Suatu saat saya ingin mengulangnya lagi ke sana. Sekian. (johnny ray)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 52

Audionya bisa didengarkan di sini

Populer

Tour de Banyuwangi Ijen 2025, Etape 4: Fenomenal! Cyclist Tertua Rebut Juara Umum
Tour de Banyuwangi Ijen 2025, Etape 3: Carter Bettles Taklukkan Raja Tanjakan di Final Sprint
Sederhana tapi Safety: Spion di Lensa Kacamata
Kediri Dholo KOM 2025: Cyclist Otodidak Tempel Ketat Pemuncak Klasemen Men Age 30-34
John Boemihardjo: Sepeda Minimalis untuk London-Edinburgh-London 1.500 Km!
Chris King Meluncurkan Wheelset Ramah Lingkungan
Hari Ini Pengambilan Starter Kit Mulai 17.00 WIB, Jangan Lupa Install Race Map
Ikut Badlands, Hadi Tombro Bersepeda di Puncak Tertinggi- Gurun Terluas di Eropa
Ismail Saputra Ikut EJJ 2024 Berbekal "Sponsor" Hadi Tombro
Fadli Raih Emas Pertama untuk Indonesia