Kolom Sehat: Sepeda di Olimpiade Tokyo

Sekarang perhatian peminat olahraga tertuju pada Olimpiade Tokyo. Termasuk pecinta olahraga sepeda. Karena para pembalap sepeda yang sudah terkenal itu, kembali beradu cepat setelah sebagian di antaranya menyelesaikan Tour de France 2021.

Perhelatan Olimpiade bukan tanpa kendala. Sebenarnya ajang ini diadakan tahun lalu. Akan tetapi, pandemi Covid-19 membuat Olimpiade dijadwal ulang dan diadakan tahun 2021. Biaya untuk menunda acara ini juga tidak murah. Pihak penyelenggara harus menyiapkan dana sekitar 6 miliar USD untuk perawatan venue dan biaya lain akibat mundurnya penyelenggaraan.

Sekarang event ini masih berlansung. Beberapa nomor di cabang olahraga sepeda sudah digelar. Ada yang sesuai prediksi, ada yang luput jauh.

Ketika saya melihat hasil road race putra di Olimpiade, wowww, hasilnya mirip juara overall di Tour de France. Richard Carapaz berhasil memperoleh emas. Sedangkan Wout van Aert dan Tadej Pogacar masing-masing mendapat perak dan perunggu.
Sedangkan fans Mathieu van der Poel (MVDP) harus kecewa. Karena jagoannya "njungkel" di lap pertama cabang cross-country. Saya juga bingung ketika melihat cuplikan jatuhnya MVDP. Sebab ia seharusnya sudah biasa di medan seperti itu. Ternyata MVDP mengira ada ramp atau papan untuk receiver. Karena pada saat latihan, papan itu ada.

Panitia sebenarnya sudah mengingatkan bahwa papan itu tak akan dipasang saat lomba. Mungkin MVDP lupa. Sehingga ia terlalu pelan ketika melewati jumping-an. Membuat ban depannya terlalu menukik dan ia akhirnya terjungkal. Sangat disayangkan karena ia harus merelakan Tom Pidcock dari Britania Raya menyabet emas di nomor ini.
Nomor road race putri juga tak kalah seru. Anna Kiesenhofer (Austria) sukses mengejutkan dunia. Dia bukan pembalap unggulan, tapi bisa juara dan berhak mendapatkan medali emas. Satu hal unik dari atlet ini adalah groupset-nya gado-gado. Crank-nya SRAM, sedangkan rear derailleur-nya Shimano. Secara hitungan mungkin lebih cocok. Maklum, Anna adalah doktor di bidang matematika. Pasti perhitungannya matang.

Kemudian Swiss menyapu bersih di nomor cross-country putri. Tiga atletnya juara satu, dua dan tiga. Jolanda Neff, atlet cantik berambut pirang keriting panjang yang mendapat medali emas, baru saja mengalamo patah lenganketika mengikuti kejuaraan dunia cross-country, enam minggu lalu.

Yang paling terkesan heroik menurut saya adalah kemenangan Primoz Roglic. Kenapa heroik? Tidak mudah menjadi atlet yang dalam usahanya selalu dirudung masalah. Kalau tidak bisa dikatakan sial.
Sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri bertarung dengan rekan senegaranya, Tadej Pogacar di ajang Tour de France 2021, Roglic harus menerima keunggulan Pogacar karena ia terjatuh akibat ulah fans. Lalu jatuh lagi di Etape 3 sehingga tubuhnya tidak sanggup meneruskan lomba. Namun ketika turun di individual time trial putra, Roglic bisa membuktikan diri dengan meraih emas. Selisih waktunya pun luar biasa. Lebih dari satu menit dari peringkat dua, Tom Dumoulin (Belanda).

Kejuaraan olahraga pasti punya cerita. Setiap atlet yang bertanding pasti telah berlatih habis-habisan di "kampungnya" untuk terpilih menjadi wakil negara di ajang empat tahunan ini. Meski dunia masih di bawah bayang-bayang pandemi, tapi mereka bekerja keras menjaga kondisi, berlatih, dan siap untuk bertanding.

Demikian juga kita. Meski keadaan seakan tidak mendukung, bukan berarti kita tidak berusaha, kan. Semoga pandemi ini cepat berlalu. Sekian. (johnny ray)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 52

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: AFP, UCI Media, ANP


COMMENTS