Nge-MiL Sunday: Luka Jatuh adalah Trofi

Beberapa waktu lalu, saya terjatuh dari sepeda karena kurang hati-hati memperhatikan jalan. Saya tidak melihat ada polisi tidur yang melintang. Sepeda saya pun terjungkal dan saya harus mendarat di aspal. Untung saya tidak mengendarai sepeda dengan kecepatan tinggi, jadi sepeda saya tidak rusak dan --yang terpenting-- adalah saya selamat. Walau pun terluka cukup serius.

Dari pengalaman terjatuh dari sepeda ini, saya mendapatkan beberapa pelajaran hidup. Pertama, tidak ada orang yang ingin terjatuh, tapi kecelakaan bisa menimpa siapa saja. Apalagi jika sedang lengah dan tidak berhati-hati mengendarai sepeda.

Rute yang saya lalui saat itu sebenarnya sering saya lewati. Rute itu menuju titik kumpul dengan teman-teman komunitas, jadi saya sangat hafal jalannya. Tetapi ternyata, beberapa hari sebelumnya, Dishub membangun polisi tidur di sana untuk mengurangi laju kendaraan bermotor yang lewat.

Saya tidak mengetahui perubahan itu. Karena jalannya familiar, saya pun lengah. Saya tidak menduga ada perubahan di jalan itu, sehingga saya tidak lagi memperhatikan jalan dengan hati-hati.

Hari-hari ini, dunia mengalami banyak perubahan. Jika kita tidak memperhatikan perubahan ini, maka kecelakaan bisa terjadi. Ekstra hati-hatilah sahabat sepedaku! Karena hari ini banyak “polisi tidur” melintang di jalan kehidupan.

Hal kedua yang saya pelajari adalah ada dua jenis luka yang saya dapatkan: Luka yang kelihatan dan luka yang tidak kelihatan. 

Luka yang kelihatan memang cukup serius, tapi hilang dalam beberapa minggu dengan meninggalkan sedikit bekas. Yang lebih lama hilangnya justru luka yang tidak kelihatan. Sampai berbulan-bulan tidak hilang-hilang. Trauma membuat saya absen dari dunia sepeda cukup lama. Trauma membuat saya takut mengendarai sepeda saya. Bayangan terjatuh kembali dan terluka lebih parah membuat saya stop bersepeda. Bahkan ingin menjual sepeda saya.

Nah, jatuh dan gagal juga terjadi dalam kehidupan. Dan hal itu mungkin menimbulkan luka dalam hati dan jiwa kita yang mengalaminya. Ketika itu terjadi, kita semua memiliki dua pilihan: Menyerah kepada keadaan atau kita bisa memilih untuk bangkit kembali.

Saya memilih pilihan yang kedua! Jatuh dan gagal adalah satu kejadian dalam kehidupan yang terjadi untuk sementara waktu. Jadi jangan membuatnya menjadi permanen! Setiap luka bisa sembuh! Jangan terus mengorek-ngoreknya sehingga tidak sembuh-sembuh!

Luka yang sembuh pasti akan meninggalkan bekas luka. Dan setiap bekas luka bisa bercerita. Cerita tentang kekalahan atau cerita tentang kemenangan adalah pengalaman penting yang berharga, yang kita lalui di dalam petualangan kita mengarungi jalan kehidupan.

Ketika saya di rumah tidak bisa lagi bersepeda karena menunggu luka ini sembuh, teman-teman di komunitas selalu memberikan semangat dan mendoakan saya untuk cepat sembuh supaya bisa “breng-brengan” lagi.

Ketika saya mau gantung sepeda karena trauma, ternyata ada teman-teman yang tidak rela saya melakukan hal itu. Saya mengucap syukur untuk mereka hari ini. Karena ketika saya sedang trauma, takut dan tidak percaya kepada diri saya sendiri, masih ada saja orang-orang di sekitar saya yang percaya kepada saya dan mau mendukung.

Di dalam kehidupan ini, kita tidak pernah sendirian! Kita mungkin bisa merasa kesepian, tapi sebenarnya kita tidak pernah sendirian. Pasti ada saja orang-orang di sekitar kita yang mendukung dan memberikan kita semangat untuk bangkit kembali. Dengarkanlah mereka!

Jatuh bisa terjadi. Jadikan luka sebuah trophy. Pasti bisa, karena kita tidak sendiri! (@milbudiyanto)

Tentang Penulis:
@milbudiyanto adalah seorang pesepeda papan bawah, pelari marathon, dan sedang belajar jadi triathlete. Pemilik hashtag #dilarangmalas ini bekerja di @gmssurabayabarat dan dikaruniai satu orang istri @juluanbahri dan dua orang anak @chloeandreab @darrenbudiyanto

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 6: Tips Touring dan Tempat Gowes Paling Asyik di Indonesia

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: Dewo Pratomo


COMMENTS