Ramah untuk Climber, Pesta Para Sprinter

Tidak ada gunung tinggi di sekitar Adelaide, jadi tidak ada etape tanjakan panjang di Tour Down Under (TDU), ajang pembuka WorldTour 2020. Enam etape yang diselenggarakan 21-26 Januari nanti terbilang balance. Ada makanan para sprinter, ada menu untuk climber, plus ada etape peruntungan para allrounder.

Meski demikian, agak beda dengan tahun-tahun sebelumnya, rute tahun ini lebih "tegas" pemisahnya. Akan ada banyak makanan sprinter, dan lebih ramah untuk para pure climber untuk merebut gelar juara overall.

Ini karena rutenya disebut lebih menantang dari tahun-tahun sebelumnya.

"Tidak pernah ada rute seberat ini dalam sejarah 22 tahun Tour Down Under," kata Matt White, sports director tim tuan rumah, Mitchelton-Scott.

Dalam sejarahnya, lomba ini memang "nanggung" dalam hal memperebutkan gelar juara overall. Karena memang tidak ada tanjakan gunung, yang tampil sebagai juara umum seringkali adalah tipe allrounder. Mereka yang kuat menanjak, tapi juga kuat adu sprint.

Seperti Simon Gerrans, pembalap Aussie yang pernah memenanginya empat kali. Seperti pula Daryl Impey, pembalap Mitchelton-Scott yang menjuarai TDU dalam dua tahun terakhir.


Daryl Impey

Para climber murni memang punya kans menang, tapi sering kehilangan waktu di etape rolling/sprint dan tidak bisa meninggalkan lawan di etape tanjakan.

Ambil contoh Richie Porte, climber tuan rumah, yang sekarang membela Trek-Segafredo. Dia punya julukan "King of Willunga" karena telah memenangi tanjakan terpanjang TDU, Willunga Hill. Enam tahun berturut-turut! Meski demikian, dia baru jadi juara overall sekali (2016).

Richie Porte

Nah, tahun ini, dengan pembagian rute, climber seperti Porte akan punya kans lebih besar untuk menang. Kuncinya ada pada Etape 3 dan 6 (penutup). Etape 3 akan berakhir di tanjakan curam Paracombe. Kemudian, Etape 6 adalah naik Willunga Hill dua kali.

Sementara itu, Impey sendiri sudah menyampaikan kalau kansnya tahun ini tidak seperti dua tahun sebelumnya. "Secara keseluruhan lomba ini lebih cocok untuk para climber. Lebih sulit bagi orang-orang seperti saya," kata allrounder asal Afrika Selatan tersebut.

 

Kalau benar lebih cocok untuk climber, maka Porte akan tampil sebagai unggulan utama. Timnya juga tampak serius membantu Porte. Trek-Segafredo juga menurunkan Mads Pedersen, sang juara dunia 2019.

Pesaingnya? Rohan Dennis, climber/time trialist Team Ineos yang pernah mencuri lomba ini pada 2015. Lalu dari Mitchelton-Scott ada Simon Yates. Dan, dari AG2R La Mondiale, ada climber asal Prancis, Romain Bardet.

Sementara para climber fokus merebut juara overall, para sprinter akan dapat banyak bagian berebut juara. Dan tahun ini, barisan sprinter-nya mengagumkan, seperti Tour de France.

Dari Australia, Caleb Ewan akan jadi idola, membela Lotto-Soudal. Lawannya ada Elia Viviani, yang baru pindah dari Deceuninck-QuickStep ke Cofidis Solutions Credits.


Elia Viviani

Jangan remehkan pula Sam Bennett, yang kini jadi andalan utama Deceuninck-QuickStep, setelah beberapa tahun jadi pemeran pembantu di Bora-Hansgrohe.

Jangan lupa pula si gaek Andre Greipel, yang hadir bersama tim WorldTour baru, Israel Start-Up Nation. Usianya sudah 37 tahun, tapi dia masih ingin menunjukkan taring gorilanya di Adelaide.

Apalagi, Greipel adalah pemegang rekor kemenangan etape terbanyak di TDU. Total, dia telah merebut 18 etape di lomba ini. Akan spektakuler dan populer bila dia bisa menambah totalnya.

Kekuatan para sprinter ini sudah bisa diukur di ajang pemanasan, kriterium di tengah kota pada Minggu, 19 Januari. Dia yang menang di kriterium itu biasanya terus merajai di etape-etape datar TDU! (mainsepeda)


COMMENTS