Semua Tim WorldTour Berebut Wout Van Aert

Diam-diam, ada satu pembalap yang sekarang sedang dikejar tanda tangannya oleh semua tim balap WorldTour. Dia adalah Wout Van Aert, 23, asal Belgia.

“Kalau ada orang yang bilang mereka tidak berminat untuk mengontrak Van Aert, itu berarti mereka bohong,” kata Matt White, bos Mitchelton-Scott.

“Saya ingin Van Aert di tim saya secepat mungkin. Anda bisa dengan mudah melihatnya. Orang ini akan jadi luar biasa,” ucap Marc Madiot dari Groupama-FDJ.

Siapakah Van Aert?

Mungkin hanya maniak balap sepeda (segala macam) yang kenal nama Van Aert saat ini. Dia datang dari dunia off road, juara dunia cyclocross tiga kali berturut-turut, mulai 2016 hingga 2018 ini.

Namanya jadi melejit setelah dia memutuskan terjun lebih serius ke arena road race, mengikuti sejumlah lomba musim ini. Bersama tim continental Belgia, Verandas Willems-Crelan, Van Aert mampu meraih beberapa hasil mengejutkan.

Di balapan populer Strade Bianche di Italia, Van Aert mampu finis di urutan ketiga. Lalu Minggu, 25 Maret lalu, mampu ikut adu sprint dan finis di urutan sepuluh di Gent-Wevelgem yang dimenangkan Peter Sagan.

 

Nama Van Aert makin populer berkat performanya di Gent-Wevelgem

 

Dari situ sudah kelihatan jelas, ini calon bintang balapan classics masa depan. Ala Fabian Cancellara dan Tom Boonen di masa lalu.

Dan kiprah Van Aert akan sangat diperhatikan di dua balapan Monument setelah ini. Yaitu Tour of Flanders (1 April) dan Paris-Roubaix (8 April). Bahkan, ada beberapa pihak bilang dia bisa mencuri kemenangan di keduanya. Andai tidak, dia bakal sangat diperhitungkan di lomba-lomba yang sama tahun depan.

Apa yang dilakukan Van Aert ini benar-benar membuka mata banyak orang. Bahwa jagoan cyclocross masih bisa transisi ke arena road race, walau cara balapannya sangat beda. Cyclocross sangatlah eksplosif, balapan satu jam tapi gas pol. Sedangkan road race lebih harus sabar, menunggu momen untuk attack di lomba yang begitu panjang.

Kesuksesan transisi Van Aert ini tak lepas dari peran dua orang. Pelatih Marc Lamberts dan pelatih mental Rudy Heylen. Keduanya pun mengaku kagum dengan sang pembalap muda. Van Aert disebut berkarakter dominan dan pintar.

 

Azrul Ananda bertemu Van Aert di puncak gunung Stelvio, Italia

 

Dan ternyata, transisi ke road race ini sudah cukup lama dipersiapkan. “Yang paling saya takuti adalah aspek mentalnya. Memindahkan fokus setelah kejuaraan dunia (cyclocross) tidaklah mudah. Tapi saya sudah merencanakan ini begitu lama, memudahkan segalanya untuk berpindah,” tutur Van Aert, seperti dilansir Velonews.

Seandainya kelak benar-benar pindah total ke road race, Van Aert mengaku butuh menjalani balapan-balapan berat seperti awal tahun ini. Dan saat pindah, Van Aert menegaskan bahwa dia akan fokus menjadi pembalap classics, mencoba menaklukkan lomba-lomba berat dengan bumbu jalan berbatu seperti Tour of Flanders dan Paris-Roubaix.

Dengan kemampuan handling off road, dan dengan tinggi-berat 189 cm dan 73 kilogram, dia sudah pasti tidak akan jadi climber. Dia benar-benar tipe Tom Boonen atau Fabian Cancellara. Tipe strong man.

“Saya benar-benar enjoy (balapan) classics. Jenis balapan yang berat, tapi saya menyukainya,” tegasnya.

Jangan kaget kalau tahun depan Van Aert benar-benar pindah fokus ke road race. Sekarang, dia mendapat banyak uang jadi superstar di cyclocross. Sebelum ini, kalau pindah, dia terancam kehilangan penghasilan. Tapi dengan sukses di awal musim 2018, dan dengan begitu besarnya minat tim-tim WorldTour, masalah uang tampaknya tidak akan menjadi kendala untuk pindah fokus! (mainsepeda)

         

TENTANG WOUT VAN AERT

Lahir: 15 September 1994 di Herentals, Belgia

Tinggi/Berat: 189 cm/73 kg

Tim: Verandas Willems-Crelan (Continental, Belgia)

Prestasi Utama: Tiga kali juara dunia cyclocross (2016, 2017, 2018)


COMMENTS