Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal

Membeli komponen sepeda tidak semudah sekadar membayar. Apalagi di Indonesia, di mana banyak toko sepeda tidak benar-benar paham kebutuhan pemula. Sangat sering terjadi orang membeli komponen yang tidak sesuai. Padahal harganya sangat mahal dan mereknya sangat bergengsi.

Salah satu yang paling sering “salah” adalah memilih lebar handlebar yang ideal. Berkali-kali terjadi kasus di mana seorang cyclist membeli handlebar yang terlalu lebar, atau dengan ukuran reach dan drop yang tidak sesuai.

Berikut tips memilih handlebar yang ideal, termasuk kompromi-komprominya:

1. Karbon atau Alloy?

Bahan karbon tentu lebih ringan, tapi tentu lebih mahal. Namun, bahan aluminium jauh lebih tangguh, dan selisih beratnya sebenarnya tidak terlalu signifikan. Seringkali tak sampai 100 gram. Karena alasan ketangguhan ini, banyak pembalap profesional lebih menyukai alloy atau aluminium handlebar. Kalau terjatuh, bahan karbon lebih gampang patah dan itu membuatnya harus repot ganti sepeda.

Saran: Jangan paksakan beli handlebar karbon kalau selisih harganya bumi dan langit. Apalagi kalau ukuran lebarnya tergolong pendek, seperti 38 atau 40 cm.

 

2. Mengukur Lebar yang Tepat

Secara mengejutkan, tidak banyak yang tahu kalau ukuran handlebar yang ideal sebenarnya menyesuaikan lebar bahu Anda. Silakan ambil meteran, lalu ukur lebar bahu Anda dari ujung sendi ke ujung sendi. Dari situ anda bisa tahu, tergolong 38 cm, 40 cm, 42 cm, atau bahkan 44 cm.

Bagaimana kalau ukurannya “tanggung” di tengah-tengah. Misalnya 41 cm? Sebenarnya, ada beberapa merek yang menjual ukuran ganjil. Canyon misalnya. Merek Jerman itu menyediakan handlebar ukuran 39 cm, 41 cm, atau 43 cm.

Kalau tidak menemukan opsi yang pas, maka Anda bisa memilih. Melebar 1 cm atau menyempit 1 cm. Misalnya seperti lebar bahu 41 cm di atas, maka dia bisa memilih 40 cm, efeknya bisa lebih narrow dan aero. Atau bisa memilih 42 cm, efeknya lebih lebar sedikit dan lebih nyaman bernapas (dada lebih terbuka). Juga lebih “mantap” untuk turunan.

 

3. Hati-Hati Ukuran Tertulis

Begitu mengetahui ukuran lebar yang diinginkan, tetap hati-hati dalam membeli. Beberapa merek handlebar menggunakan “cara ukur” yang berbeda dalam menuliskan ukuran.

Misalnya Anda ingin beli ukuran 40 cm, maka yang Anda cari adalah 40 cm center-to-center alias c-to-c. Kadang, ada merek yang menuliskan “40 cm,” tapi mereka menghitungnya end-to-end. Itu berarti, 40 cm-nya adalah ujung ke ujung, dan itu setara dengan 38 cm center-to-center.

Supaya tidak salah beli, pastikan mengukur lebar handlebar dengan meteran sebelum membayar. Hitung lebar center-to-center, karena itu yang “disetarakan” dengan lebar bahu Anda.

 

4. Pastikan Reach dan Drop Nyaman

Setelah memilih lebar, pastikan juga handlebar yang Anda inginkan memiliki lekukan drop yang ideal. Lagi-lagi, ada banyak macamnya. Dan tiap merek bisa punya filosofi desain yang berbeda.

Ada dua ukuran lagi yang harus diperhatikan: Reach dan Drop.

Reach maksudnya panjang ujung depan lekukan bila dibandingkan dengan “batangan utama.” Semakin jauh ke depan, maka jangkauan tangan ikut lebih jauh ke depan saat memegang tuas lever. Pastikan reach-nya ideal, sehingga badan tak terlalu menjulur ke depan.

Drop adalah jarak antara titik terbawah lekukan bila dibandingkan dengan “batangan utama” di atas. Semakin jauh jaraknya, semakin membungkuk pula posisi badan kita saat posisi aero (pegang bawah). Sekali lagi, hati-hati dalam membeli.

 

5. Ada Tiga Model Lekukan

Ternyata memilih handlebar tidak segampang membayar bukan? Masih ada lagi pilihan yang harus dibuat. Yaitu model lekukannya. Pada prinsipnya, ada tiga macam model: Classic (Traditional), Compact, dan Ergo (Anatomic).

Classic termasuk model paling disuka pembalap profesional. Reach-nya agak jauh, melengkung tajam di depan, lalu pegangan bawahnya lurus sejajar jalan. Ingat, para pembalap sanggup berjam-jam memegang bagian bawah, jadi ini bentuk yang nyaman buat mereka.

Compact merupakan model paling umum dan paling ideal untuk goweser kasual. Lengkungannya lebih halus progresif, dengan reach dan drop yang relatif pendek. Sehingga, tak beda banyak antara pegang atas dengan pegang bawah.

Ergo adalah bentuk agak unik. Bagian lengkungan handlebar tidaklah melengkung mulus, melainkan menekuk-nekuk tajam dalam tiga bagian. Posisi tangan saat di bawah dipaksa berada “di tengah-tengah” antara bagian lebih vertikal di depan dengan bagian horisontal di belakang.

 

6. Lain-lain (dan Flare)

Ternyata tidak mudah bukan? Oh ya, sebelum membeli, pastikan warna handlebar tidak bertabrakan dengan warna frame Anda. Misalnya, frame-nya dominan kuning, tapi handlebar punya corak ramai merah.

Belakangan, ada pula jenis handlebar baru untuk gravel bike. Pada dasarny mirip road bike normal, tapi dengan “flare” atau bagian bawah yang melebar. Tujuannya supaya lebih kokoh pegangan saat melewati jalanan kasar atau offroad. Kalau Anda punya road bike normal, jangan terlalu pusing dengan ini.

Sebagai penutup, sekali lagi perlu diingatkan, jangan tergoda beli hanya karena menganggap mereknya keren. Yang keren dan mahal belum tentu ideal untuk Anda. Dan banyak toko sepeda di Indonesia juga tidak paham apa yang dibutuhkan konsumennya.

Jangan sampai sudah keluar uang banyak kemudian menyesal. Antara menyesal keluar uang banyak atau menyesal tangan kesakitan karena ukuran dan bentuk yang tidak sesuai!(mainsepeda)

 

        


COMMENTS